Sebuah ide tiba-tiba terlintas dalam benak Gabriella, ide yang enggan ia akui. “Tidak mungkin laki-laki ini menyayangiku. Dia pasti asal bicara. Seorang Max tidak akan mengerti arti keberadaan Snowy bagiku. Tidak seharusnya dia menggunakan boneka kesayanganku sebagai analogi,” batinnya.
“Apa maksudmu?” tanya Gabriella terdengar ragu.
“Apa kau tidak merasa kehidupan kita mirip? Harus berjuang seorang diri tanpa ada seorang pun yang mendukung dengan setulus hati.”
Sang wanita terpaku menyimak perkataan Max. Baru kali itu ia mendengar suaminya begitu terbuka dan jujur.
“Lalu, apa hubungannya dengan bonekaku?” selidik Gabriella dengan alis berkerut. Senyum getir sang suami lagi-lagi menambah kebingungannya.
“Kau beruntung masih memiliki Snowy yang bisa menenangkan gelisahmu. Saat kau menangis dan butuh kekuatan, kau bisa langsung memeluknya. Tetapi aku ... aku tidak memiliki siapa pun sebelum kau datang.”
Support your favorite authors and translators in webnovel.com