Max tidak bisa berdiam diri. Ia terus berjalan mondar-mandir sambil mencengkeram kepala. Sesekali, ia mendesah, berharap tekanan dalam dada dapat berkurang. Malangnya, ketakutan dalam benaknya malah semakin tergambar jelas.
“Max,” desah Gabriella yang tak tega melihat kerisauan suaminya.
Mendengar suara lirih wanita itu, sang pria akhirnya mengubah haluan dan berhenti di pelukan istrinya.
“Bagaimana ini, Gaby? Masih ada banyak hal yang harus kita bicarakan dengan Papa. Kita belum menceritakan tentang Pangeran Kecil, belum juga mengucapkan terima kasih. Aku bahkan baru satu menit memeluknya,” bisik Max menumpahkan kegundahan.
Mendapat pengakuan semacam itu, alis sang wanita berkerut semakin dalam. Dengan lembut, ia mengusap punggung suaminya. “Kita berdoa saja semoga Papa bisa bertahan, Max,” ucap Gabriella pelan. Wanita itu tidak tahu apakah kata-katanya berguna, tetapi ia tidak bisa diam saja.