43 43. Masih Dilingkupi Rasa Takut

Setelah sarapan, Leo langsung memisahkan diri. Pria itu menuju ke area tengah, di mana bagian tengah Villa memang memiliki konsep terbuka dan tidak beratap. Area kolam renang dan gazebo yang tampak adem, cocok untuk tempat berdiam diri meredam pikiran yang sedikit kacau.

Masih hari ke-4, tetapi rasanya Leo ingin cepat-cepat pulang saja. Lagi pula, liburan di villa seperti ini juga tidak terlalu banyak kegiatan. Hanya bingung memasak apa untuk makan, lalu memperhatikan area sekitar, lalu memandangi area kebun teh saja. Setelah itu juga tidak ada hal lain lagi yang dilakukan. Lebih baik liburan ke pantai saja lebih enak, menurut Leo.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sewa villa sudah full dibayar selama satu minggu. Masih ada tiga hari lagi menginap di villa itu. Leo hanya berharap, bahwa tidak akan menemui kejadian-kejadian janggal lagi setelah ini.

Tap!!

Leo langsung terperanjat kaget. Tepukan di punggung atasnya ternyata dari tangan Azzam.

"Buset, ikutan kaget gue jadinya. Haha, mikirin apa sih lo? Sampe memisahkan diri dan duduk sendirian di sini. Mikirin Andrea ya? Udahlaaah, buruan diungkapin perasaannya. Kelamaan dipendem, gak enak juga. Kalau ada peluang besar buat bisa jadian, kenapa enggak?" tanya Azzam yang mengira bahwa Leo sedang galau memikirkan perasaannya pada Andrea.

Leo berdecak pelan dan menggaruk bagian kepala yang sebenarnya tidak gatal. "Bukan itu Zam yang gue pikirin." Ujarnya.

"Terus?"

"Ada hal lain aja yang ganggu gue."

"Emangnya apaan?" Tanya Azzam penasaran, ia pun memposisikan dirinya duduk seperti Leo. Dengan kedua kaki yang dicelupkan ke air kolam renang.

Leo menoleh pada Azzam. "Lo kan lebih religius nih, masa iya lo gak ngerasa gitu kalau di sini ada yang gak beres?"

Azzam mengernyit. "Soal itu lagi… udah gue bilang kan, kalau masih di sini jangan diungkit. Apa yang terjadi sama Andrea kemarin----"

"Zam, jangan sorot Andrea mulu. Sebelum-sebelumnya, juga terjadi sama Likha kan? Likha pernah kekunci di dalem kamar mandi, bahkan sampai pingsan. Terus Kina sama Alan kemarin, nyaksiin lampu nakas pecah di lantai dua. Perihal kamar mandi atas dan kamar mandi bawah juga aneh. Mang Asep juga aneh. Semuanya aja aneh!! Dan gue juga ngalamin!!" Tegas Leo yang sedikit kesal.

"Lo ngalamin apa? Cerita." Pinta Azzam langsung.

"Semalem, gue tuh gak begadang. Tapi gue kebangun karena kebelet. Pas kebangun, baru aja duduk nih, ada suara cewek manggil nama gue. Di kamar kita loh. Gue cuek, karena masih sedikit linglung dan ngantuk. Terus pas udah dari kamar mandi nih ngelewatin ruang tamu dan kamar mandi, gue ketemu sama Felicia. Dia bilang dia juga kebelet, terus gue nawarin mau ditungguin apa gak. Dia jawab mau. Alhasil, gue berdiri di depan pintu kamar mandi. Taunya, Kina sama Felicia dateng dong. Gue bingung dan gak bisa bicara, lidah gue kelu. Terus kalau Felicia barusan dateng sama Kina, yang di dalem kamar mandi itu siapa? Karena gue juga beranggapan bahwa mereka berdua itu bukan mereka, jadi gue kabur aja lari ke kamar. Eh Taunya mereka berdua tadi pas sarapan nginggung hal itu. Agak bersyukur sih kalau mereka berdua yang memang beneran ketemu gue."

Mendengar cerita itu, Azzam langsung mengusap tengkuknya. Meskipun dianggap bahwa ia yang paling terlihat berani, namun Azzam juga bisa merinding juga. "Itu beneran lo?"

"Ya bener lah, masa gue bohong! Gak lucu Zam!"

"Ya kirain lo masih bisa bohong."

"Bego! Bukan waktunya gue bohong, anjir. Perkara ginian mana bisa gue lawak? Bukan hal yang bisa dilawakin juga!" Tegas Leo dengan wajah memberengut.

Azzam pun menepuk-nepuk punggung Leo lagi. "Ya sorry, iya gue percaya."

"Dan di dalam kamar mandi, waktu gue masih berdiri di depan cermin, ada cewek dong di dalem cermin itu. Pas gue nengok, gak ada Zam!!"

"Ssstt, pelanin suara lo."

Wajah Leo pun semakin pucat. "Gue takut."

"Wajahnya kayak gimana?" Tanya Azzam.

"Gak terlalu jelas, Zam. Kayak burem-burem gitu. Gak bisa lihat wajahnya gue. Gilak, merinding banget gue sekarang."

"Udah udah, mending jangan lo inget. Oke cukup lo cerita ke gue aja ya, jangan ke yang lain juga. Kasian kalau pada takut semua, bisa hancur masa-masa liburan kita di sini." Ujar Azzam.

Leo pun mengangguk.

"Nanti gue kasih peringatan deh ke semuanya, buat gak ke kamar mandi dulu kalau belum menginjak subuh. Sebisa mungkin ya ditahan dulu rasa kebeletnya. Kalau udah mentok, mending ngajak temen aja. Lo juga bisa bangunin gue kalau mau ngambil minum atau ke kamar mandi. Oke?"

Leo mengangguk lagi. "Oke."

"Udah, lenyapin rasa takut lo itu. Lo gak sendirian, kita tuh bersembilan. Gak perlu takut sama hal----"

Kletak!!

Perkataan Azzam terhenti langsung ketika sebuah pot tanah liat berisi tanaman bunga Hortensia yang terletak di samping pohon kamboja besar sebelah kanan gazebo itu, terjatuh begitu saja. Dan bagian atas pot tanah liat itu terlihat pecah sedikit, karena menabrak sebuah batu bulat.

Tentu Leo juga menatap hal yang sama. Mereka berdua sama-sama mematung.

Tidak mungkin hanya disebabkan oleh angin. Mengingat area tengah villa itu tidak terlalu banyak angin, karena lingkupnya tertutup. Datangnya angin pun hanya dari atas saja, harusnya tidak sekuat itu untuk menjatuhkan pot.

Pot bisa jatuh, tentunya karena ada yang menyenggol.

"Kucing mungkin." Ujar Azzam langsung.

Leo langsung menggelengkan kepala. "Nggak Zam, gak ada kucing!! Lo buta? Mana ada hewan di dalem Villa ini. Itu pastinya---"

Azzam langsung membungkam mulut Leo. "Cukup dan gak usah diperjelas di sini juga. Lebih baik kita gabung sama yang lainnya. Buruan berdiri." Ajaknya yang tampak terburu-buru juga.

Leo tentu menurut. Rasa takut dalam dirinya bukannya berkurang, justru semakin menjadi-jadi dan bertambah. Ingin rasanya Leo pergi dari villa itu sekarang juga. Namun tentu saja ia tidak ingin meninggalkan semua teman-temannya, apalagi Andrea.

"Azzam, kamu tuh dari mana sih? Ngapain berduaan terus sama Leo?" tanya Likha yang tampaknya sedikit ngambek, karena Azzam belum dekat dengannya sejak sarapan tadi.

"Aduuuh, maaf ya sayang. Kangen?" tanya Azzam dengan merangkul kekasihnya.

Likha mengangguk dan merangkul balik Azzam. Sedangkan Leo bergidik saja, sedikit geli melihat pasangan yang bermanja-manja seperti itu.

Leo masuk ke ruang tamu, ia memperhatikan Alan dan Kina yang juga saling duduk berdampingan sambal menyuapi snack ringan. "Semuanya aja pacarana!!" serunya begitu saja.

Membuat semuanya langsung menatap Leo. Bagi yang berpacaran, mereka langsung mengedikkan bahu dan cuek saja pada Leo.

Sedangkan Andrea tampak tersenyum kecil, ia tahu Leo pasti iri ingin seperti Azzam dan Alan. Tapi Andrea juga tidak mau mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Ia mau menunggu hingga Leo yang bertindak, meskipun ia tidak tahu juga kapan hal itu akan terjadi.

Setelah kejadian kemarin, jujur Andrea juga merasa insecure. Ia takut jika Leo jadi tidak suka dengannya karena keadaan dirinya yang 'spesial' atau berbeda. Ah, sebaiknya Andrea tidak perlu memusingkan hal itu. Pria yang mencintainya, tidak akan pergi ketika mengetahui keadaannya, apa pun dan bagaimana pun itu.

*****

avataravatar
Next chapter