webnovel

26. Curiga

Kina, lo ngerasa gak sih kalo sikap Andrea aneh banget? Kenapa dia sering melamun dan terlihat agak ketakutan?" Tanya Likha di sela perjalanan mereka menuju ke kamar para cowok. Sebenaranya Likha dan Kina akan mandi, tetapi dia ngerasa udara masih begitu dingin. Keduanya kemudian memutuskan untuk membangunkan para cowok terlebih dahulu.

"Iya Likha, Gue juga ngerasa, bukan cuma Andrea sih tapi Felic juga. Semenjak kita bangun tidur tadi mereka berdua jadi aneh kalo menurut gue. Likha menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang di katakana oleh Kina.

Tak terasa, mereka berdua sudah tiba di depan kamar para cowok. Likha dan Kina berdiri di depan pintu dan mengetuk pintu kamar para cowok, tentu saja keduanya memanggil nama kekasih mereka. "Azzam, bangun! Kamu udah sholat subuh belum?" Likha merasa dirinya sangat konyol. Mana mungkin Azzam belum sholat subuh sedangkan saat ini sudah hampir pukul enam pagi.

"Likha, memangnya Azzam suka telat sholatnya?" Tanya Kina polos. Likha tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Dia kemudian berbisik ke telinga Kina "Gue sengaja mengatakan hal itu, dia pasti tidak akan terima dan langsung keluar. Kalau lo gak percaya, kita hitung ya! Satu… dua… ti…" Sebelum Likha melanjutkan kata-katanya, Azzam sudah membuka pintu dengan wajah kesal masih mengenakan peci, baju koko dan sarung. Kina dan Likha tertawa cekikikan.

"Likha, memangnya kamu sudah tidak mengenalku lagi? Kenapa pake Tanya aku udah sholat belum?" Azzam mencubit hidung Likha gemas. "Mmm… itu hanya alasan, Sayang. Aku malas mengetuk pintu dan menunggu terlalu lama. Nah, dengan cara seperti itu kan kamu langsung keluar." Likha tersenyum sambil melirik Kina.

"Zam, bangunin Alan juga dong. Sekalian semua cowok-cowok itu. Sekarang jatah kalian para cowok memasak ya! Andrea dan Felicia masih tidur karena semalaman mereka tidak tidur sama sekali. Mereka mencium bau melati sampai ketakutan sehingga tidak bisa memejamkan matanya. Semua salah gue sih yang kelupaan ngantongin bunga itu." Kina menundukkan wajahnya merasa agak bersalah. Likha tersenyum sambil menepuk bahu Kina.

"Bukan salah lo, Kina. Mereka aja yang terlalu ketakutan sehingga memikirkan hal yang tidak-tidak. Ya sudah kita kembali ke kamar dan mandi lalu membangunkan mereka untuk sarapan." Kata Likha menarik tangan Kina untuk kembali ke kamar mereka. Kina kemudian menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kembali kearah Azzam yang masih berdiri di depan kamarnya. "Azzam! Jangan lupa kalian harus segera memasak. Setelah kami mandi nanti, kami akan membantu kalian." Perintah Kina lalu bersama dengan Likha keduanya segera naik ke lantai atas dan mandi.

Azzam tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Setelah memastikan kedua gadis yang membangunkannya tadi sudah kembali memasuki kamar mereka, Azzam segera masuk ke dalam kamarnya dan membangunkan Alan, Ryan, Leo dan Alvin. Mereka segera bangun dan mengantri untuk mandi. Setelah semuanya mandi, Azzam mengajak mereka semua memasak. Hanya Leo dan Alan yang berangkat sementara Ryan dan Alvin terlihat malas.

"Ryan, Alvin, ayo! Kalian kenapa malah duduk disitu?" Azzam merasa agak kesal melihat dua sahabatnya yang memang sepertinya sangat anti masuk dapur. "Kalian aja yang masak! Gue males. Gue akan membantu menghidangkannya saja nanti kalo udah mateng." Alvin menaik-turunkan alisnya dan melakukan tos dengan Ryan saat mengatakan hal itu membuat Azzam, Leo dan Alan menggelengkan kepala mereka.

"Bener banget lo, Vin. Gue bakal di marahin nyokap gue kalo sampe tangan gue bau bumbu dapur." Ledek Ryan kepada Azzam, Leo dan Alan yang tidak memperdulikan kata-kata temannya yang membuat mereka agak kesal. Azzam kemudian memilih bahan yang ada di dalam kulkas, dia mengeluarkan beberapa sayuran yang tersisa. Hanya ada kol, tomat dan daging sapi yang tinggal setengah kilo gram menurut perkiraan Azzam, juga beberapa telur dan daun bawang.

"Azzam, apakah tidak ada bahan yang lain?" Tanya Alan saat melihat Azzam sudah menutup pintu kulkas dan hanya mengeluarkan bahan-bahan itu. "Hanya tinggal ini. Leo, lo masak nasi bisa kan?" Tanya Azzam kepada Leo yang bengong memperhatikan Alan dan Azzam. "Bisa Zam! Kalau begitu gue masak nasi deh, kalian berdua yang membuat lauknya." Seru Leo yang merasa senang karena dia memang hanya bisa memasak nasi.

"Azzam, kita akan masak apa bahan-bahan ini?" Tanya Alan bingung karena mereka kan banyak sementara bahan yang ada hanya tinggal sedikit dan menurut Allan bahan-bahan itu tampak tidak menarik. "Lo dadar telor aja, bisa kan?" Alan mengangguk menjawab pertanyaan Azzam. "Bisa Zam! Gue pernah di ajarin Kina bikin telur dadar ala korea, pas banget nih telurnya ada delapan biji." Azzam mengangguk dan tersenyum, seketika sebuah ide muncul di benaknya. Azzam akan membuat tongseng daging sapi untuk menu sarapan mereka. Setelah ini, mereka sepertinya harus belanja kalau masih akan menginap disini.

Azzam mulai memotong daging sapi kecil-kecil lalu mencuci bersih, kemudian dia meracik bumbu dan setelah memasukkan semua bahan kini selesai sudah tugas mereka. Telur dadar yang di buat Alan sudah siap, nasi juga sudah matang. Sementara tongseng daging sapi buatan Azzam sebentar lagi matang. Azzam melihat kerupuk sisa kemarin yang masih cukup untuk mereka sarapan pagi ini.

Sementara itu Likha dan Kina juga sudah selesai mandi. Keduanya kini akan membangunkan Felicia dan Andrea untuk di ajak sarapan pagi. "Rea, Felic, kita sarapan dulu yuk! Nanti kalian bisa lanjutkan tidur kalian lagi setelah sarapan!" Likha mencoba membangunkan Andrea sementara Kina membangunkan Felicia.

"Iya Felic, kalian tahu kan kalau cowok-cowok itu suka menghabiskan makanan, kalian harus ikut sarapan dulu! Nanti nggak kebagian!" Likha menahan senyum mendengar Kina membangunkan Felicia. "Kina, lo lucu banget!" Likha kembali menggoncangkan tubuh Andrea. Kina sudah berhasil membangunkan Felicia tetapi Likha masih belum berhasil membangunkan Andrea. Mereka merasa heran karena tidak biasanya Andrea susah di bangunkan. Andrea bahkan biasanya paling mudah terbangun.

"Rea, bangun dong! Kenapa tumben lo susah banget sih di bangunin???" Likha menatap dua sahabatnya yang malah mengedikkan bahunya. Saat mereka akan meninggalkan Andrea turun, tiba-tiba Andrea terbangun dan langsung terduduk. Dia terlihat sangat pucat dan keringat membasahi wajah dan rambutnya, bibirnya gemetar dan matanya menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan ketakutan.

"Rea, lo kenapa? Lo mimpi buruk?" Tanya Likha panik dan langsung mendekati Andrea. Sementara Andrea kini perlahan mulai mengatur napasnya lalu segera memeluk Likha dengan erat. Kina dan Felicia merasa sangat heran bercampur takut dengan keadaan Andrea yang masih memeluk Likha.

"Rea, lo kenapa sih? Cerita dong sama kita. Jangan seperti ini! Sikap lo ini bikin kita takut tau nggak?" Likha berusaha membujuk Andrea agar menceritakan apa yang di alaminya.