webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 33

Kami berjalan masuk ke dalam hutan Ripper melalui salah satu jalan kecil yang sepertinya sudah lama tidak dipakai. Rumput liar tumbuh lebat di sepanjang jalan yang kami lalui, pohon pinus yang tinggi dan lebat berbaris di sepanjang sisi kanan dan kiri jalan. Atmosfir sunyi menyambut kami sejak memasuki hutan, tidak ada suara binatang yang biasa terdengar dari dalam hutan. Bahkan serangga pun memilih untuk diam dan mengamati, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah langkah kaki kami.

"Dimana mereka?" tanyaku saat tidak mendengar suara apapun dari hutan ini. Kami sudah berjalan selama lebih dari 30 menit, kegelapan menyelimuti hutan ini hingga terasa seperti malam hari. Kuhentikan langkahku lalu berbalik pada Charmaine. Ia berdiri beberapa langkah di belakangku, seluruh ekspresi panik dan takut yang sebelumnya terlihat jelas di wajahnya kini berganti dengan ekspresi kosong yang sangat drastis hingga membuat perasaanku tidak enak. Instingku mengatakan ada yang salah dengan situasi ini.

"Charmaine?" tanyaku sambil melangkah ke belakang, menjauhinya.

"Namaku bukan Charmaine." balasnya pendek. Ia menarik rambut panjang coklatnya lalu mengikatnya hingga leher dan bahunya terlihat jelas. Bekas luka kemerahan yang memanjang dari leher hingga ke balik blouse yang Ia kenakan terlihat jelas.

Kedua mataku terpaku pada lukanya, "Lalu siapa namamu?"

"Lily." nada suaranya yang sebelumnya penuh hormat kini berubah meremehkan.

"Lily. Dimana anggota packku?"

Tiba-tiba Ia menyeringai lalu tertawa keras, suara tawanya bergema di hutan yang sunyi ini. "Tentu saja di rumah mereka masing-masing, Luna. Aku tidak percaya seorang Luna dapat dibohongi semudah ini!" Ia kembali tertawa lagi seperti orang gila.

Harus kuakui aktingnya sebagai werewolf yang pemalu dan penakut selama ini sangat mengesankan. "Apa Edward Adler yang mengirimmu?" tebakku.

Ia mengangguk dengan antusias, "Aku adalah rencana B, jika rencana menyergapmu gagal. Alpha Edward memang sangat cerdas, Ia sudah memikirkan semuanya dengan matang."

"Apa Ia sudah mengatakan padamu apa aku ini sebenarnya?" tanyaku dengan santai, entah mengapa tidak seperti situasi 'rencana A' Alpha Edward, kali ini aku tidak merasa takut sama sekali.

Senyuman di wajahnya sedikit memudar saat mendengar pertanyaanku. "Kau adalah Luna."

Kali ini giliranku yang tersenyum padanya. "Oh? Tapi aku bukan Luna."

Sesaat panik melintasi wajahnya, "Kau Luna. Aku tidak mungkin salah."

Kutendang kerikil kecil di sebelah kakiku dengan sedikit bosan, "Aku memang mate Alpha Alex, tapi aku belum resmi menjadi Luna packnya."

Ia menarik kedua sudut bibirnya ke bawah, "Sama saja, tolol." balasnya dengan marah.

"Apa Edward hanya memberitahumu aku seorang Luna?" tanyaku lagi, kali ini dengan lebih lambat.

"Diam di tempatmu, Luna. Packku akan menjemput kita 1 jam lagi, sebaiknya kau duduk manis jika tidak ingin kusakiti." katanya, mengacuhkan pertanyaanku yang sebelumnya.

Ah... Jadi Ia tidak tahu aku adalah Leykan. Mengapa Edward Adler tidak memberitahunya? Apa Ia meremehkanku? "Apa kau tidak berpikir aku bisa menyingkirkan seorang werewolf sepertimu?" tanyaku memancingnya. Angin menyapu rambutku dan dedaunan di pohon sekitar kami, suara gemerisiknya anehnya membuatku merasa nyaman dibandingkan keheningan sebelumnya.

Lily bersandar pada batang pohon besar di sampingnya lalu melipat kedua tangannya di dada. "Alpha Edward bilang kau cacat, tidak bisa berubah wujud, eh?"

Leykan tidak perlu berubah wujud menjadi werewolf untuk mengeluarkan kekuatannya, kami bisa berubah tapi hanya jika benar-benar membutuhkannya saja.

"Cacat." ulangku, Edward memang tidak salah. "Kau bilang mereka baru akan menjemput kita 1 jam lagi?"

Tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi berhati-hati. "Aku tidak akan segan melukaimu jika kau mencoba kabur, Luna." ancamnya.

Kuhela nafasku dengan sedikit kesal, "Aku sudah mengatakannya padamu namaku bukan Luna."

"Namaku Caroline." tambahku. Aku sendiri tidak yakin siapa namaku sebenarnya, Caroline atau Gabriella.

"Aku tidak peduli." jawab Lily sebelum mengeluarkan handphonenya.

"Bagaimana bisa kau menjadi anggota 2 pack sekaligus?"

Lily mendongak sekilas lalu mengangkat bahunya. "Alphamu menerimaku saat aku dibuang dari packku sebelumnya."

Kukerutkan keningku saat mendengar jawabannya, "Maksudmu kau dibuang dari pack Silver Moon?"

"Bukan, tolol, Alpha Edward hanya meminjamkanku ke pack ini. Apa kau tidak mendengar kata-kataku barusan? Aku adalah rencana B Alpha Edward."

"Ahhh... Ada berapa orang yang akan menjemput kita?" tanyaku sebelum duduk di batu besar yang berada di pingging jalan kecil ini.

"Banyak. Ada apa denganmu dan obrolanmu ini? Sebelumnya kau sangat pendiam." tanya Lily dengan kesal.

"Aku hanya bosan." Jawabku. "Aku tidak menyukai tempat ini, sangat sunyi."

"Yeah, ada apa dengan tempat ini? Aku tidak bisa mendeteksi hewan-hewannya sama sekali."

"Oh, aku membunuh semuanya." jawabku dengan santai.

Ia mendongak menatapku dengan pandangan kosong, "Apa?"

"Aku membunuh semua hewannya, karena itu hutan ini terasa sangat sepi." balasku sambil membuka kancing parka milik Alex. Bau Alex menempel kuat di parka ini, karena itulah aku mengambilnya tadi.

"Kau?" Ia tertawa hambar lalu menempelkan handphonenya yang tiba-tiba berbunyi di telinga. "Kami sudah di hutan Ripper. Di dekat jalan masuk yang kau tunjukkan minggu lalu." katanya pada seseorang di sambungan telepon lalu mematikan handphonenya dan mengantonginya kembali.

"Sepertinya kita tidak harus menunggu lama."

"Bagaimana kau mendapatkan luka itu?" tanyaku padanya. Luka di lehernya terlihat memerah dan sangat mengenaskan, seperti sayatan besar di sepanjang tubuhnya.

"Apa kau tidak bisa diam, Luna?"

"Apa Edward yang melakukannya?" tebakku. Lukanya terlihat seperti luka cakaran besar. "Omong-omong bagaimana kabarnya? Terakhir kali aku melihatnya Edward terlihat mengenaskan."

Lily menyeringai marah saat mendengar pertanyaanku. "Tutup mulutmu!" Ia berdiri dari sandarannya lalu berjalan ke arahku, "Aku bisa membunuhmu—"

"Menurutku Ed akan kecewa jika kau membunuhku, Lily."

Ia menamparku dengan sangat keras hingga kepalaku terbentur pohon di belakangku, kurasakan darah mengalir dari sudut mulutku. Pemanasan yang bagus, Cara.

"Tutup. Mulutmu."

Kuseka darah di sudut mulutku dengan tanganku lalu tersenyum manis padanya. "Kau menyukai Alpha Ed, eh?" tanyaku dengan logat yang mengejek.

Tubuhnya mulai bergetar marah saat menatapku.

"Padahal Ia yang menyebabkan luka mengerikan itu..." pancingku lebih jauh.

Crack!

Suara tulang yang patah membuat jantungku berdebar. Lily melompat ke arahku dan dalam sekejap wujud serigalanya berdiri di depanku, menyeringai lebar dan mendesis. Serigalanya yang berwarna coklat kehitaman yang ukurannya jauh lebih kecil daripada serigala Alex.

Walaupun jantungku berdebar keras tapi kupaksa wajahku untuk tetap tenang. Serigala Lily mulai mengitariku seperti predator yang bermain dengan mangsanya. Tiba-tiba dari jauh terdengar teriakan marah yang membuat perhatian kami teralih.

10 orang pria berbadan besar datang dari arah kami masuk tadi. Salah satunya yang memiliki tato di kedua lengannya berjalan dengan cepat lalu di tengah-tengah melompat dan berubah wujud menjadi serigalanya. Serigala itu berlari dengan sangat cepat lalu menabrak serigala Lily hingga membentur pepohonan di seberangku. Serigala Lily mendengking kesakitan, sedangkan serigala besar berwarna hitam itu terus menyerangnya dan menggigitnya. Ukurannya yang jauh lebih besar membuat serigala Lily tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

"Stop!" teriakku dengan sangat marah hingga kedua tanganku bergetar hebat. Kesembilan sisanya hanya tertawa saat melihat Lily terkapar tidak berdaya di tanah. Darah merembes dari luka di lehernya. Suara dengkingan kesakitan dan suara tawa menggema di seluruh penjuru hutan Ripper.

"HENTIKAN!" teriakku hingga kurasakan tanah di bawahku bergetar. Angin besar menyapu pepohonan di sekitar kami membuat dedaunan jatuh bersamaan.

"Apa yang terjadi?" salah satu dari mereka berteriak di tengah suara gemerisik pepohonan. Kurasakan tubuhku yang terpaku di tempatku, lalu kedua mataku mulai menggelap hingga aku tidak bisa melihat apapun tapi aku masih bisa mendengar suara kekacauan di sekitarku. Suara lolongan serigala, lalu suara teriakan kesakitan dan suara tulang yang patah bercampur di dalam deruan angin yang menyapu hutan ini. Aku tidak tahu selama berapa lama hal itu berlangsung karena aku tidak bisa mengingatnya, saat aku sadar aku sedang tertidur di tanah bergelung seperti anak kecil yang tertidur... dan hutan Ripper kembali diliputi oleh keheningan.

Dedaunan hijau bertebaran sepanjang mata memandang, beberapa pohon yang lebih kecil tumbang ke tanah. Dan darah... percikan darah menempel di pepohonan seperti cat yang tumpah, genangan cairan merah kehitaman berkumpul di beberapa tempat seperti genangan air setelah hujan. Kupandang kedua tanganku yang berlumuran darah, lalu pakaianku, kakiku, seluruh tubuhku dipenuhi darah anggota pack Silver Moon. Bau darah yang pekat menusuk hidungku membuatku membungkuk dan muntah. Air mataku yang panas mengalir deras saat menyadari tidak ada yang tersisa lagi... tidak ada tulang, organ, atau apapun. Hanya ada darah.

Kumuntahkan seluruh isi perutku ke tanah lalu berdiri memandang sekitarku sekali lagi. Angin menyapu rambutku yang basah dan beberapa daun di tanah. Air mata masih mengalir dari kedua mataku.

***

"Luna!" seseorang memekik saat melihatku berjalan dari gerbang utama rumah pack, melintasi halamannya yang luas. Aku tidak tahu ini jam berapa, tapi langit sudah sangat gelap. Dari kejauhan suara guntur terdengar bersahut-sahutan.

Beberapa orang berlari ke arahku, dari tempatku aku bisa melihat Alex ikut berlari kecil sebelum berhenti di tempatnya tiba-tiba. Begitu juga beberapa orang yang mendekatiku sebelumnya. Mungkin karena aku berjalan tanpa alas kaki atau karena darah yang menutupi sekujur tubuhku dan bau pack Silver Moon yang menempel padaku.

"Luna, apa yang terjadi?" Eloise, salah satu babysitter ku sebelumnya berlari ke sampingku. Aku terus berjalan menuju Alex tanpa menghiraukan pertanyaannya. Alex berdiri tinggi dengan rambut coklatnya yang sedikit berantakan dan sangat familiar bagiku, kedua matanya menatapku dengan tajam, tidak ada ekspresi yang terbaca di wajahnya saat ini. Saat aku mendekatinya dan melewatinya suaranya yang berat terdengar dari sampingku, "Apa kau membunuh mereka?" tanyanya pelan.

"Ya."

Kakiku terus melangkah masuk ke rumah utama pack, melewati para anggota pack yang mungkin berdiri di luar sejak tadi menungguku. Tanpa bertanyapun aku hampir dapat membaca apa yang ada di dalam pikiran Alex saat ini.

'Monster.'