Cakya sudah mulai membaik, dia sudah bisa bangun sendiri dari tempat tidur. Ibu Cakya selalu berada dibelakang Cakya, setiap kali Cakya mulai bergerak turun dari tempat tidur menuju toilet.
"Cakya bisa sendiri", Cakya mulai merasa risih selalu dikawal ibunya.
"Iya, mama tau abang bisa sendiri", ibu Cakya bicara pelan, tetap saja mengekor dibelakang Cakya.
Erfly hanya tersenyum melihat tingkah ibu dan anak ini. Erfly masih asik menonton siaran Televisi. Setelah Cakya kembali keatas tempat tidur, ibu Cakya pamit untuk pulang dulu. Dia merasa tenang meninggalkan Cakya, karena ada Erfly yang akan menjaganya.
Setelah ibu Cakya pergi, Erfly duduk dengan posisi siap.
"Cakya... "
"Hem..."
"Tadi diparkiran, Erfly ketemu pak Lukman. Anaknya tadi dioperasi. Dari suster jaga Erfly dapat kabar, katanya dia ditusuk orang sehabis pulang dari nganterin motor Cakya bersama tunangannya"
"Tunangannya...?"
"Kabarnya sih, dia sempat hilang pas ngejar orang yang mencurigakan dekat rumah Cakya. Terus pas pengejaran, dia kepisah sama tunangannya. Dan dinyatakan hilang semalam. Nah... Pagi ini dia diantar orang yang nemuin dia dikebun singkong "
" Semoga dia baik-baik saja"
"Aamiin allahuma Aamiin"
***
Pak Lukman mulai panik, saat melihat dokter Firman berlari memasuki ruang ICU tempat Devi dirawat. Terlihat tubuh Devi kejang-kejang. Didalam dokter sedang melakukan tindakan medis, pak Lukman hanya mampu menatap dari luar kaca jendela, melihat anaknya dipasang beberapa alat medis.
Setelah beberapa saat, dokter Firman meninggalkan ruangan, saat yakin keadaan Devi sudah bisa kembali normal. Walaupun dia masih dikatakan dalam keadaan koma.
"Bagaimana Devi dok...? ", pak Lukman bertanya pelan.
"Untuk saat ini saya tidak bisa bilang apa-apa. Sepertinya terjadi benturan keras dikepala Devi, itu yang membuat dia koma sampai sekarang", dokter Firman berusaha jujur.
"Saya sekarang masih berusaha menghubungi dokter Alfa yang mengoperasi Devi. Tapi... Sampai sekarang tidak ada jawaban dari rumah sakit tempat dokter Alfa praktek", dokter Firman menjelaskan putus asa.
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya akan berusaha yang terbaik untuk Devi pak Jendral", dokter Firman meninggalkan pak Lukman dan Ardi yang duduk lemas mendengar keadaan tunangannya.
"Ardi... Om titip Devi, Om mau keruangan Cakya dirawat, siapa tahu disana ada Erfly", pak Lukman bicara linglung. Kemudian bergegas ketempat yang dituju.
Setelah mengetuk pintu dan mendapat persetujuan untuk masuk, pak Lukman langsung menghampiri Erfly. Pak Lukman menggenggam tangan kanan Erfly. Matanya berkaca-kaca menahan tangis.
" Pak Jendral ada apa...? ", Erfly bertanya bingung menerima perlakuan pak Lukman.
Cakyapun hanya mampu bengong menatap pak Lukman, bersandar dikepala tempat tidurnya.
" Saya mohon kamu bantu saya nak", pak Lukman memohon belas kasihan. Air matanya mengalir tidak mampu dibendung lagi.
"Kalau Erfly bisa, kenapa g'ak. Om tenang dulu, Erfly ambilkan minum biar Om lebih tenang ", Erfly beranjak mengambil minum untuk pak Lukman.
Setelah minum, pak Lukman sudah mampu menguasai kembali emosinya.
"Sebenernya ada apa pak Jendral...?", Erfly Bertanya pelan.
"Keadaan Devi tiba-tiba drop. Saat ini dia dinyatakan koma", pak Lukman membuka topik pembicaraan.
"Innalilahi wainailahirojiun ", Erfly dan Cakya berucap hampir bersamaan karena kaget.
" Kamu bisa bantu saya hubungi dokter Alfa...? Dari tadi dokter Firman berusaha mengontak beliau, tapi... Tidak ada respon dari rumah sakit ataupun tempat praktik", Pak Lukman menjelaskan tujuannya menemui Erfly.
Erfly menatap jam tangannya, sudah pukul 17.30 Wib. Erfly memutar otaknya berusaha mencari petunjuk dimana Alfa saat ini berada. Erfly menelepon salah satu no di HP-nya, hanya menunggu deringan pertama HP langsung diangkat.
"Koko dimana...? ", Erfly bertanya ragu, takut dia ada jadwal operasi.
" Koko baru keluar dari ruang operasi. Ada apa dek...? "
" Koko bisa ke rumah sakit DKT sekarang? "
" Kenapa...? Kamu kambuh lagi dek...? "
" Bukan Erfly, tapi... Bu Devi"
"Ada siapa disana...? "
" Ada pak Jendral, katanya koko dari tadi dihubungi dokter Firman tidak tersambung"
"Dek, bisa kasih HP-nya ke pak Jendral sebentar? "
Erfly langsung menyerahkan HP-nya ke pak Lukman." Iya dokter... ", pak Lukman terbata karena cemas.
" Saya bisa minta tolong sesuatu pak...? ", Alfa bertanya ragu.
" Iya dokter"
"Minta CT Scan ulang, semoga tidak ada masalah dengan otaknya. Secepatnya saya akan kesana", Alfa memberikan janji agar pak Lukman tidak panik.
"Terima kasih pak dokter", pak Lukman bicara haru. Dia mengembalikan HP Erfly kembali.
"Terima kasih nak, kalau begitu saya permisi dulu", pak Lukman mohon diri.
"Semoga bu Devi baik-baik saja pak Jendral", Erfly bicara sungguh-sungguh, berharap kesembuhan atas anak sulung pak Lukman.
"Terima kasih nak", pak Lukman langsung berlalu.
Setelah pak Lukman pergi, suasana kembali hening. "Kasian pak Lukman", Cakya buka suara.
Erfly duduk mendekati Cakya, dia mencuci anggur kemudian memakannya bersama Cakya.
"Pak Lukman orang yang baik, Erfly kasihan kepada beliau"
"Belum juga orang yang hampir melakukan pelecehan seksual kepada putri bungsunya pak Lukman selesai. Sekarang malah putri sulungnya ditusuk orang"
"Cakya g'ak nyesel membela putri bungsunya pak Lukman dari preman...? "
" Kenapa harus...? "
" Karena masalah itu, Cakya jadi begini sekarang. Diserang bodiguard pak Wako, terus... Papa juga mengundurkan diri jadi Lurah"
"Justru... Cakya akan menyesal, kalau hari itu Cakya diam saja"
"Kenapa begitu...? "
" Cakya ngebayangin, kalau putri bungsunya pak Lukman itu Wulan. Tidak ada yang mau menolong dia"
"Erfly salut ama Cakya "
***
Setelah hasil CT Scan Devi keluar, Alfa sudah menunggu untuk melihat hasil tersebut. Alfa terdiam beberapa saat, membaca dengan teliti hasil tersebut.
" Bagaimana dengan cek darahnya...? ", Alfa bertanya kepada suster yang sedang berjaga di laboratorium.
Tidak menunggu waktu lama, selembar kertas mendarat ditangan Alfa. Alfa kembali fokus membaca hasil lab Devi. Kemudian dia keluar untuk menemui pak Lukman.
"Bagaimana dokter...? ",pak Lukman bertanya cemas.
"Maaf pak Jendral, apa Devi mengkonsumsi obat tidur merk tertentu...?", Alfa berusaha memastikan keadaan pasiennya.
"Setahu saya tidak dokter", pak Lukman bicara sanksi, karena tidak begitu yakin dengan jawabannya.
"Iya dok, Devi sempat cerita. Kalau dia susah tidur akhir-akhir ini", Ardi menyela pembicaraan.
"Sudah berapa lama...? ", Alfa kembali mengejar jawaban.
"Sudah seminggu belakangan dok. Katanya dia susah tidur, dan meminta diresepkan obat tidur sama apoteker rumah sakit", Ardi menjelaskan apa yang dia ketahui.
"Itu yang menyebabkan Devi mengalami Tremor", Alfa bergumam pelan, tangannya mencubit-cubit bibir bawahnya.
"Apa dok...??!", pak Lukman dan Ardi bicara hampir bersamaan, karena tidak mendengar ucapan Alfa dengan jelas.
"Devi mengalami efeksamping dari mengkonsumsi obat penenang dalam rentan waktu yang cukup lama. Beberapa efeksamping dari rutin meminum obat tidur adalah Tremor, itu merupakan keadaan pasien yang tiba-tiba bergetar bahkan tanpa dia sadari. Efek lain yang jauh lebih parah adalah detak jantung yang tidak stabil", Alfa menjelaskan panjang lebar.
"Lalu kita harus bagaimana...? ", pak Lukman bicara panik.