webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Teen
Not enough ratings
251 Chs

Mau lari kemana, di bom dari segala penjuru arah mata angin

Kali ini Candra tidak bisa berbuat apa-apa, setelah kembali ke sel tahanan, Candra langsung dimasukkan keruang isolasi yang bahkan matahari memerlukan izin petugas untuk masuk.

Candra tidak bisa apa-apa, selain hanya meringkuk diruang gelap itu. Berharap esok akan cepat kembali, dia akan menghadapi sidang pertamanya. Candra yakin ayahnya dengan kekuasaannya bisa melepaskannya dengan mudah seperti biasanya.

Akan tetapi Candra tidak memperhitungkan, bahkan ayahnya kali ini tidak akan sanggup menyelamatkan dirinya sendiri. Mau lari kemana, di bom dari segala penjuru arah mata angin. Bahkan pak Wiratama ayahnya Candra saat ini sudah merasa setengah gila, menghadapi masalah demi masalah yang mengetuk pintu tak ada henti.

Tepat pukul 8 pagi, Candra dibawa menuju ruang sidang. Semua orang terkasihnya sudah menunggu didalam ruangan, ibunya bahkan hadir dengan mata lebam, entah berapa banyak air mata yang keluar menangisi Candra yang sekarang duduk dibangku pesakitan.

Bukan hanya Candra, bahkan 5 orang teman sebayanya juga hadir menunggu keputusan pengadilan untuk mereka.

Kelima temannya mendapat giliran masing-masing dengan hukuman yang berbeda. Ada yang terbukti positif narkoba, dihukum 2 tahun penjara. Tuduhan pelecehan, menjalani 4 bulan hukuman penjara. Bahkan ada yang lebih beruntung, karena dianggap masih dibawah umur, hanya menjadi tahanan kota.

Candra cukup merasa lega dengan keputusan teman-temannya, tibalah giliran Candra yang duduk dibangku tersangka selanjutnya.

Setelah mendengar pembukaan dari hakim. Hakim sidang memberi kesempatan kepada pengacara penuntut untuk menyampaikan tuntutan.

"Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan pak hakim. Disini saya tidak mewakili satu klien saja. Melainkan saya mewakili 3 klien sekaligus", pengacara penuntut langsung berbicara pada intinya. Hal ini sontak membuat Candra dan keluarganya menahan nafas cemas.

Candra mencium aroma Kebebasannya perlahan mulai menguap keudara tanpa ada sisa harapan yang tersisa.

"Pertama saya mewakili Putri yang menjadi korban pelecehan seksual oleh Candra dan rekan-rekannya. Selanjutnya saya mewakili Cakya yang menjadi korban penganiayaan. Dan sekaligus Devi... ", pengacara penuntut bicara kata perkata, dia sengaja menekankan setiap kata-kata dengan perlahan. Untuk menyiksa Candra dan keluarganya secara perlahan.

***

Erfly duduk ditempat favoritnya saat jam istirahat. Gama duduk disamping Erfly.

"Kamu g'ak kekantin...?", Gama bertanya sembari memakan cemilannya.

Erfly memamerkan bekal makan siangnya, "Erfly udah bawa bekal sendiri", Erfly bicara pelan sembari menyuapi suapan besar makanan kedalam mulutnya.

"Erfly... "

" Hem... "

" Bagaimana Cakya menurut kamu...?"

"Apanya...?"

"Kamu... Suka Cakya...?"

"G'ak segampang itu Erfly bisa suka sama orang"

"Terus...?"

"Apanya...?"

"Kenapa selama ini kamu begitu perhatian sama Cakya...?"

"Erfly udah janji sama mamanya Cakya, untuk mengembalikan anaknya yang hilang sejak kecelakaan itu"

"Apa kamu tidak punya sedikitpun rasa suka atau tertarik sama Cakya...?"

"Erfly g'ak tau. Saat pertama kali melihat Cakya, kalau mau jujur Erfly kasian sama dia. Matanya seolah berteriak minta diselamatkan dari putus asa"

"Apa kamu g'ak bisa belajar suka ama Cakya...?"

"G'ak segampang itu mengatur hati. Kita tidak akan pernah tau, kemana dia akan pergi esok. Atau kepada siapa dia akan berlabuh"

"Erfly... "

" Yang jelas untuk saat ini, Erfly nyaman dengan keadaan saat ini. Erfly akan berusaha sekuat mungkin untuk mengembalikan Cakya yang dulu. Semoga dia kembali menemukan kebahagiaannya kembali"

Gama tidak berani bertanya lagi, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan masalah Cakya dan Erfly. Walaupun Gama tahu persis bagaimana Cakya tergila-gila kepada gadis ini. Bahkan gadis ini mampu mengacak-acak dunia Cakya yang damai dengan kesendirian, lelaki dingin yang tidak pernah peduli dengan orang lain sekarang berubah terlalu mengkhawatirkan gadis kecil yang ada dihadapannya saat ini.

***

Sinta masih asik membersihkan rumah. Bahkan pagi-pagi Sinta susah selesai membuatkan sarapan untuk dirinya dan Tasya.

Saat Tasya bangun, Tasya merasa tidak enak karena Sinta telah selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Sedangkan dia yang tamu malah bangun kesiangan.

"Tasya, ayo sarapan sini", Sinta memanggil Tasya saat dia keluar dari kamarnya.

Tasya dengan malu-malu menghampiri Sinta di meja makan, "Mbak g'ak kerja...?", Tasya bertanya malu-malu.

"Mbak sengaja minta izin. Hari ini sidang perdana kasusnya Candra. Jadi... Mbak tidak terlalu dibutuhkan, makanya mbak ambil cuti hari ini", Sinta menjelaskan secara garis besar kenapa dia bisa berada dirumah padahal sudah jam 9 pagi.

"Kamu punya rencana apa hari ini...?", Sinta bertanya kepada Tasya apa yang akan dikerjakannya hari ini.

"Tasya bingung mbak. Tiap hari dirumah aja"

"Kita jalan-jalan hari ini. Sekalian mbak mau beli baju buat kamu, kasian mbak sama kamu kalau harus memakai baju lama mbak terus"

"G'ak usah mbak, Tasya udah banyak ngerepotin mbak Sinta"

"Kamu kayak sama siapa aja. Setelah makan, kamu siap-siap, kita jalan-jalan"

"Makasih mbak"

Sinta hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian kembali fokus pada makannya.

"Oh ya, tadi pas lagi bersih-bersih g'ak sengaja ngeliat kertas coretan kamu. Kamu suka desain...?"

"Ah... G'ak mbak, itu mah buat iseng aja"

"Mbak punya teman yang mau buka WO, kamu mau g'ak ikutan gabung sama mereka...?"

"Apa Tasya bisa mbak...?"

"Kamu jangan suka merendahkan diri seperti itu, sebenarnya gambar-gambar kamu udah mbak kirim ke teman mbak. Justru dia yang minta mbak buat bujukin kamu buat gabung sama mereka"

"Tasya...."

"Jangan terlalu banyak berfikir, kamu punya potensi besar. Sayang kalau kamu sia-siain"

"Iya mbak... "

"Kamu siap-siap, mbak tunggu diluar, nanti terlalu siang panas", Sinta merapikan peralatan makan. Kemudian duduk di ruang tamu menunggu Tasya.

***

Sebelum pulang sekolah Gama dan Erfly diminta untuk menemuinya diruang guru.

"Duduk", wali kelas mereka bicara pelan. "Bagaimana keadaan Cakya...?", wali kelas mereka mulai membuka topik pembicaraan yang lebih serius.

"Alhamdulillah Cakya udah baik-baik saja bu", Gama menjawab seperlunya.

"Apa dia masih dirumah sakit...?", wali kelas mereka kembali mengejar jawaban kali ini.

"Cakya sudah di rumah buk, Cakya belum bisa kembali ke sekolah karena masih dalam masa pemulihan. Kata dokter, Senin lusa Cakya sudah bisa beraktivitas kembali seperti biasa", Gama menjelaskan semua yang dia ketahui tentang keadaan Cakya.

"Syukurlah kalau memang seperti itu", wali kelas mereka merasa lega mendengar keadaan Cakya yang baik-baik saja.

"Erfly, apa kamu betah sekolah disini...?", wali kelas mereka beralih kepada Erfly.

"Sejauh ini Erfly betah-betah aja buk, teman-teman juga banyak membantu Erfly beradaptasi", Erfly bukanlah tipe orang yang gampang akrab dengan orang lain. Akan tetapi dia juga bukan orang yang suka mengkotak-kotakkan orang lain.

Mau dimana saja bagi Erfly sama saja, yang jelas bagaimana dia bisa menghindar sejauh mungkin dari satu-satunya sumber masalah dalam dirinya. Entah sejak kapan kedua orang tuanya menjadi musuh bebuyutannya, orang tuanya menjadi musuh yang wajib dia hindari sebisa mungkin. Bila perlu, dia akan berlari masuk ke lubang semut untuk menghindari mereka berdua.