webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Teen
Not enough ratings
251 Chs

Gama kecelakaan

Cakya masih gemetar hebat karena ketakutan. Cakya selalu mengulang kata yang sama berulang-ulang kali. "Cakya minta maaf... Cakya minta maaf... Cakya minta maaf...", tatapan mata Cakya kosong, bahkan sangat terlihat pancaran ketakutan dari wajah Cakya.

Erfly menghampiri Cakya. Erfly meletakkan telapak tangannya di kedua sisi pipi Cakya. "Cakya... Udah... Jangan kayak gini... Erfly jadi bingung harus ngapain...", Erfly juga malah ikut menangis melihat Cakya yang demikian terpukul.

Cakya menggeleng cepat, tidak ada suara lagi yang keluar dari mulutnya. Erfly menarik Cakya kedalam pelukannya. Cakya membalas pelukan Erfly lebih erat, kemudian menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Erfly. Meluapkan semua beban yang menyesakkan dadanya, rasa bersalah dan sekaligus takut kehilangan berlarian dibenak Cakya tanpa henti.

Selang beberapa waktu, Cakya sudah mulai tenang. Erfly melepaskan pelukannya. "Lebih baik kita sholat dulu, kita berdo'a untuk kesembuhan Gama", Erfly bicara pelan, menghapus jejak air mata Cakya.

Cakya hanya mengangguk patuh. Kemudian mengikuti Erfly ke mushalla rumah sakit. Setelah Sholat Zuhur, Erfly meninggalkan Cakya duduk didepan ruang operasi. Erfly pamit membeli makan siang.

Erfly memberitahukan supir yang ikut mereka untuk istirahat saja, takut ada apa-apa bisa lebih cepat. Erfly juga memberikan selembar uang seratus ribu kepada supir tersebut untuk beli rokok dan makan siang selama menunggu.

Erfly menghubungi ibu Cakya agar tidak cemas. "Assalamu'alaikum...", Erfly bicara lirih.

"Wa'alaikumsalam, nak... Kamu kenapa...?", ibu Cakya bertanya cemas, mendengar nada suara Erfly yang bergetar, tidak terdengar yakin seperti biasanya.

"Ma... Erfly sekarang sama Cakya, kita masih di Muara Bulian", Erfly terpaksa berbohong agar ibu Cakya tidak cemas.

"O... Kamu bareng abang kesana...?", ibu Cakya bertanya antusias, setidaknya ibu Cakya merasa tenang, karena Cakya sekarang bersama Erfly.

"G'ak ma, Erfly sama bang Gama kesininya. Tadi ketemu Cakya di makam Asri. Erfly sama bang Gama malah g'ak tahu kalau Cakya kesini...", Erfly bicara jujur.

"Ya udah kalau begitu, mama titip Cakya ya nak...", ibu Cakya bicara penuh harap.

"Iya ma, Erfly tutup dulu. Assalamu'alaikum", Erfly menyelesaikan hubungan telfon.

"Wa'alaikumsalam", ibu Cakya menjawab pelan.

Erfly kembali menekan salah satu nomor yang ada di HPnya. Begitu telfon diangkat, Erfly menangis sejadi-jadinya.

"Dek... Kamu kenapa...?", Alfa bertanya bingung mendengar suara tangisan Erfly.

"Gama Ko...", Erfly bicara pelan disela tangisnya.

"Kenapa dengan Gama...?", Alfa kembali bertanya mengejar jawaban.

"Gama kecelakaan, sekarang lagi diruang operasi", Erfly menjelaskan terbata di sela tangisnya.

"Kamu sekarang lagi dimana dek...?", Alfa bertanya lagi.

"Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari", Erfly bicara pelan.

"Kamu tenang disana, jangan panik. Koko coba hubungi teman Koko yang kerja disana buat memastikan keadaan Gama", Alfa memberi instruksi kepada Erfly.

"Iya Ko, makasih...", Erfly bicara pelan, sebelum menutup hubungan telfon.

Erfly memutuskan untuk kembali ke depan ruang operasi melihat keadaan Cakya.

***

Alfa mencari kontak peserta seminar sebelum dia dan Erfly ziarah pertama kali ke makam Asri.

Alfa segera menghubungi nomor yang tertera saat membaca salah satu nama utusan dari Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari.

"Assalamu'alaikum...?", terdengar suara perempuan dari ujung telfon sebrang begitu hubungan telfon terhubung.

"Selamat siang, apa benar ini dengan dokter Caca spesialis jantung yang ikut seminar jantung utusan dari Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari...?", Alfa bertanya dengan satu nafas.

"Iya selamat siang, ini saya sendiri. Bisa saya tahu saya sedang berbicara dengan siapa....?", perempuan di ujung telfon balik bertanya.

"Syukurlah. Saya Alfa, yang memberikan materi waktu seminar", Alfa memperkenalkan dirinya.

"MasyAllah dokter, apa kabar...?", Caca bertanya dengan girang, tidak menyangka dia akan di telfon oleh dokter muda lulusan terbaik, bukan hanya satu, melainkan langsung memegang 2 spesialis sekaligus.

"Saya baik", Alfa menjawab singkat.

"Ada apa ini dokter...? Mimpi apa saya semalam, bisa dapat telfon dari dokter Alfa yang fenomenal itu...?", Caca ngoceh panjang lebar mengungkapkan rasa bahagianya.

"Saya mau minta tolong dokter", Alfa langsung bicara keintinya, tidak berniat berbasa-basi lagi.

"Apa itu...? Selagi saya bisa kenapa g'ak dokter...", Caca menjawab dengan antusias, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan betapa bahagianya dia, bisa berkomunikasi langsung dengan dokter yang dia kagumi.

"Begini, ada kerabat saya yang mengalami kecelakaan. Dia dibawa kerumah sakit tempat dokter Caca bekerja. Namanya Gama, bisa saya dapat rekaman medis pasien sekarang...? Saya takut terjadi apa-apa sama kerabat saya...", Alfa bicara panjang lebar.

"Oh... Baik dok, saya akan coba tanyakan kebagian administrasi. Bisa kirim alamat e-mail dokter, biar saya langsung kirim...?", Caca mengajukan syarat.

"Baik kalau begitu, terima kasih sebelumnya dokter. Saya tunggu kabarnya segera, alamat e-mail akan saya kirim sebentar lagi", Alfa memberi jaminan sebelum menutup telfon.

Alfa gelisah menunggu e-mail yang tak kunjung dikirim oleh Caca. Alfa mondar-mandir seperti setrikaan. Berkali-kali Alfa mengecek layar HPnya yang hitam. Hingga setengah jam berlalu, sebuah pemberitahuan e-mail baru masuk.

Alfa langsung membuka e-mail yang masuk, benar saja itu dari Caca. Berisi Rekaman medis Gama, lengkap dengan tindakan yang telah diberikan. Alfa membaca hasil rekaman medis Gama dengan teliti.

***

Caca mendekati ruang operasi. Menghampiri Erfly dan Cakya yang gelisah menunggu selama 1 jam.

"Maaf... Kalian siapanya pasien...?", Caca bertanya bingung. Karena Alfa tidak bicara tentang siapa saja yang menemani kerabatnya dirumah sakit. Dan setahu Caca hanya kerabat dokter Alfa saja yang sedang berada di ruang operasi saat ini.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi.

"Dokter bagaimana kabar bang Gama...?", Erfly langsung menyambar dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

Dokter tersebut membuka masker yang menutup setengah dari mukanya. "Pasien kehilangan banyak darah. Secepatnya kita butuh transfusi darah sebanyak 3 kantong. Kebetulan stok darah rumah sakit kita AB Rh negatif sekarang sedang kosong. Kalau dalam 1 jam Gama tidak mendapatkan donor, itu bisa membahayakan nyawanya", dokter menjelaskan panjang lebar.

"AB Rh negatif, itu golongan darah yang terhitung langka. Bahkan di Asia hanya ada 0,1% yang memiliki darah tersebut", Caca bicara polos. Menambah kepanikan Cakya, yang dari tadi gelisah.

"Apa dari kalian ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien...?", dokter kembali bertanya.

"Cakya AB tapi positif", Cakya bicara putus asa.

"Ambil darah Erfly dok. Erfly AB negatif", Erfly mengajukan diri.

"Baik kalau begitu dokter Caca bisa bantu untuk transfusi darah...?", dokter tersebut langsung meminta bantuan Caca, karena tidak ada siapa-siapa yang bisa diminta bantuan lagi.

"Baik dokter", Caca menyanggupi permintaan dokter tersebut.

"Cakya tunggu disini ya, Erfly pergi sebentar", Erfly mengingatkan Cakya agar tidak pergi kemana-mana.

Selama pengambilan darah, Caca mengajak Erfly bicara agar tidak merasakan sakit.

"Gama masih belum aman, kita masih butuh 2 kantong darah lagi", Caca membuka topik pembicaraan.

"Kenapa tidak ambil darah Erfly saja semuanya dokter...?", Erfly bicara frustrasi.

"Kamu punya batas kemampuan, kalau diambil 3 kantong, yang ada kamu yang lewat nantinya", Caca bicara kesal.

"Lalu bagaimana sekarang...? Gama tidak akan selamat, kalau begini...", Erfly tiba-tiba menangis, karena takut kehilangan.

Gama sudah seperti saudara bagi Erfly. Gama selalu ada menemani Erfly melewati semua kesulitan.

Entah karena jantung dan mata Asri yang ada di tubuhnya, Erfly selalu merasa dilindungi oleh Gama setiap kali berada disekitar Gama. Bahkan Erfly tidak segan-segan menceritakan rahasianya kepada Gama tanpa rasa ragu sedikitpun, padahal Erfly bukan tipe orang yang gampang terbuka sama siapa saja.