Erfly pamit pulang setelah shalat isya, Erfly sampai didepan rumah, disuguhkan pemandangan Gama yang sedang tertidur dikursi teras rumah Erfly.
Erfly memarkirkan motornya, kemudian menghampiri Gama. "Gam...", Erfly bicara pelan, takut mengejutkan Gama. Gama terbangun dari tidurnya, "Erfly, kamu sudah pulang...?", Gama bertanya pelan sambil mengucek-ngucek matanya.
"Udah lama Gam...?", Erfly bertanya asal, sambil membuka kunci pintu rumahnya.
"G'ak juga, lumayan lah bisa tidur buat ngilangin ngantuk", Gama tertawa renyah.
"Mau Erfly bikinin minum...? ", Erfly bertanya lagi.
" Teh manis hangat", Gama bicara pelan tanpa berpikir dua kali.
"Bentar ya", Erfly bermaksud mau masuk kedalam rumah.
" Mie goreng sekalian enak tuh", Gama nyengir kuda.
"Ngelunjak ", Erfly membalas dengan muka jutek.
***
8 menit kemudian, Erfly keluar membawa sepiring mie goreng komplit dengan toping telur matasapi, tomat dan timun yang diiris tipis tertata rapi. Serta segelas teh manis hangat. Gama menerima dengan senyum sumringah.
"Bagaimana keadaan Cakya? ", Gama bertanya setelah suapan pertama.
" Kalau luka luar sudah Erfly obati", Erfly bicara santai kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Hem... ", Gama bergumam pelan, masih fokus dengan makanannya.
" Kenapa kamu g'ak jenguk sendiri? Malah tidur disini? ", Erfly bertanya malas.
" Aku g'ak berani ngadapin kak Fira", Gama bicara santai, kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya yang kosong.
***
"Bagaimana keadaan Cakya...? ", ayah Cakya bertanya pada istrinya saat melihat istrinya keluar dari kamar Cakya.
" Alhamdulillah dia sudah tidur pa", ibu Cakya menjawab pelan, kemudian menyusul ayah Cakya keteras rumah.
"Untung ada Erfly, kalau g'ak, mama g'ak tau harus bagaimana ngadapin Cakya. Papa tau aja kepala batunya tu anak, kadang kehabisan akal mama ngadapin dia", Ibu Cakya malah curhat kepada suaminya.
"Namanya anak sudah gede, g'ak bisa kek bocah yang nurut dibilang A ya A", ayah Cakya berusaha membesarkan hati istrinya. "Kok mama punya ide buat minta Erfly kesini?", ayah Cakya bertanya penasaran.
"Wulan yang punya inisiatif minta no Erfly sama Gama, pikir mama g'ak ada salahnya dicoba", ibu Cakya menceritakan kronologis ceritanya, ayah Cakya hanya manggut-manggut menirukan burung pelatuk.
***
Gama telah berhasil mengosongkan piring, kemudian Gama berdehem mencoba membuka topik pembicaraan yang lebih serius.
"Tadinya, habis subuh Cakya mau langsung kerumah kamu. Katanya di WA mau ndaki sama kamu", Gama bicara ragu mau melanjutkan ceritanya atau tidak. Gama menatap lekat wajah Erfly yang masih menyandarkan punggungnya dikursi, dengan mata yang terpejam.
"Tapi... Saat diperjalanan, Cakya ngeliat cewek digangguin preman. Kejadiannya pas depan rumah Gama, Cakya kalah jumlah, mereka juga bawa senjata tajam, bukan hanya Cakya aja. Motornya juga dikerjai sama mereka. Beruntung warga cepat datang ngebantuin", Gama kembali menyeruput minumannya.
"Ada warga yang tau itu Cakya dan manggil Gama. Warga tadinya mau ngebawa Cakya kerumah sakit, dianya nolak, malah minta diaterin pulang sama Gama. Cakya trauma sama rumah sakit, dia selalu teringat malam naas itu"
"Sama warga preman itu dibawa kepolsek terdekat, saat di tes mereka dalam pengaruh ganja, sekarang masih diproses. Sedangkan motor Cakya dimasukin bengkel terdekat sama anak cewek yang ditolong Gama"
"Itulah Cakya, dia paling g'ak suka liat cewek dilecehin. Parahnya tu bocah, paling g'ak tega ngadapin air mata cewek", Gama menjelaskan apa yang dia ketahui.
"Terus apa hubungannya sama Gama...? ", Erfly bertanya bingung.
" Gama merasa gagal ngejagain Cakya ", Gama bicara pelan dengan kepala tertunduk.
Erfly malah tertawa bukannya prihatin," Cakya udah gede kali Gam, g'ak perlu dijagain. Lagian ini juga g'ak ada hubungannya sama Gama, dasar aneh", Erfly tertawa lagi. "Jengukin gih, kasian dia g'ak ada temen ngobrolnya", Erfly memberi perintah.
Dengan ragu-ragu Gama beranjak dari kursi. "Makasih makanannya", Erfly nyeletuk. Gama malah nyengir kuda, "Makasih makanannya, plus minumannya. Ntar kalau laper kapan-kapan Gama balik lagi", Gama bicara disela senyumnya. "Maunya gratisan aja", Erfly bicara setengah berteriak.
***
Sesampainya dirumah Cakya, Gama langsung masuk kekamar Cakya. Gama memperhatikan semua luka Cakya yang telah diperban rapi, terlihat beberapa memar diwajah Cakya.
"Cakya baik-baik aja", Cakya bicara pelan dengan suara serak, tidak berniat membuka matanya sama sekali.
Gama berbaring disamping Cakya, "Tu cewek selamat berkat kamu. Tadi pas di polsek, udah ada yang datang ngejemput dia", Gama menjelaskan kejadian saat di polsek.
Cakya duduk dan bersandar disudut tempat tidur, hanya mengangguk pelan merespon penjelasan Gama. "Motor kamu sudah dimasukin bengkel sama tu cewek, dia yang tanggung jawab atas semua kerusakan katanya", Gama bicara lagi. Cakya hanya membuat lingkaran kecil ditangan kirinya sebagai isyarat Ok.
***
Keesokan harinya Erfly asik bercanda dengan teman-temannya, Cakya muncul di daun pintu kelas, langsung menuju kursi tempat duduknya. Erfly membantu Cakya melepaskan tas dari punggung Cakya.
"Kok sekolah...? Lebamnya parah gitu kayak habis digebukin sekampung, karena ketahuan maling kucing tetangga ", Erfly mulai dengan candaannya, yang dibalas Cakya hanya dengan senyuman sembari geleng-geleng kepala.
" Alhamdulillah, ternyata leher Cakya g'ak patah", Erfly bicara dengan senyum sumringah, kali ini dibalas Cakya dengan mengacak rambut Erfly.
"Masih pagi juga, udah ngacak-ngacak rambut Erfly aja, kesel ih... ", Erfly menekuk mukanya pura-pura ngambek.
***
Tanpa terasa bel pulang sekolah bernyanyi, semua siswa satu persatu meninggalkan kelas. "Gama, bisa ikut ibu sebentar...?", wali kelas mereka muncul dikelas. "Baik buk", Gama bicara pelan. "Gama titip Cakya, kalian duluan aja", Gama bicara sebelum bergegas menyusul wali kelasnya sebelum jauh.
"Erfly anter balik", Erfly bicara pelan kemudian meletakkan tasnya dipunggungnya. Kemudian membantu Cakya memakai tasnya. "G'ak usah, Cakya bisa pulang sendiri kok", Cakya bicara pelan.
"Ih, jangan GR. Orang Erfly mau ngacak-ngacak dapur mama", Erfly menjulurkan lidahnya meledek Cakya.
Cakya kali ini tidak protes, tapi malah tersenyum sembari mengacak rambut Erfly.
"Kayaknya besok, Erfly harus bikin tarif deh buat yang ngacak-ngacak rambut Erfly, biar g'ak rugi bandar", Erfly memasang muka serius.
Cakya tidak merespon, melainkan mulai melangkah meninggalkan Erfly. "Ye, malah ditinghalin", Erfly bicara kesal. Kemudian berlari kecil menyusul Cakya.
***
Gama mengikuti wali kelasnya keruang kepala sekolah, sudah menunggu seorang lelaki dengan memakai baju lengkap TNI angkatan darat. Langsung menghulurkan tangannya kearah Gama, "Saya Lukman", lelaki itu bicara dengan wibawa khas seorang tentara. "Gama", Gama menjawab santun.
"Saya sudah dengar dari polisi yang menangani kasus anak saya kemarin. Sejujurnya saya bilang ini bukan kasus sederhana", pak Lukman bicara dengan hati-hati.
"Boleh saya bertanya sebelumnya, hubungan bapak dengan kasus kemarin? ", Gama bertanya bingung, karena belum mengerti kemana arah pembicaraannya dengan lelaki ini.
"Anak perempuan yang menjadi korban pelecehan kemarin itu... Anak saya", pak Lukman menjawab masih dengan wibawanya.
"Maksud bapak? Bapak akan membiarkan begitu saja kasus kemarin? ",Gama kembali menimpali.
" Ya", pak Lukman menjawab berat.
"Maaf pak jenderal, sepertinya anda salah orang. Seharusnya pak Jenderal bicara dengan keponakan saya, orang yang menolong anak pak Jenderal. Sekaligus yang dirugikan karena motornya dirusak oleh preman-preman kemarin", Gama mulai geram melihat tingkah laku lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
Gama beranjak dari posisi duduknya, "Maaf pak Jendral, sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus saya bahas dengan anda. Saya permisi dulu kalau begitu", Gama keluar dengan menyeret tasnya.
"Maaf, saya tidak mengerti dengan ucapan Gama barusan", pak Lukman bicara bingung.
"Mungkin yang dimaksud Gama itu Cakya ", wali kelas Gama mencoba menjelaskan.
" Bisa saya minta alamatnya? ", pak Lukman tidak mau membuang waktu lagi. Setelah mendapatkan alamat Cakya, pak Lukman langsung menuju alamat yang dituju.
***
Cakya masih asik duduk didaun pintu dapur memperhatikan Erfly yang asik memasak. Terkadang dia tertawa karena candaan Erfly. "Sepertinya ada orang didepan", Erfly bicara pelan karena mendengar ada yang memanggil diluar. "Biar Cakya aja yang lihat kedepan", Cakya beranjak dari duduknya menuju kearah pintu depan.