webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Teen
Not enough ratings
251 Chs

Bukannya Cakya udah jadian sama Mayang...?

Alfa memutuskan untuk kembali ke rumah sakit bersama Kahfi. Suasana UGD kacau balau, karena ada bis pariwisata yang tergelincir.

Tidak perlu aba-aba, Alfa dan Kahfi langsung ambil posisi. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Rumah sakit yang beberapa saat lalu sepi, sekarang jadi ramai orang yang berlalu lalang.

***

"Bukannya Cakya udah jadian sama Mayang...?", Erfly tiba-tiba bertanya.

Cakya tertawa kecil sebelum menjawab, "Kenapa Erfly berpikir seperti itu...?", Cakya balik bertanya.

"Soalnya Cakya jadi dekat sama Mayang...?", Erfly menjawab polos.

"Cakya hanya temenan aja sama Mayang. Lagian, Mayang itu udah dijodohin sama ibunya. Dengan anak teman almarhum ayahnya Mayang", Cakya bicara jujur, tidak kuasa menahan tawa.

"Lho... Mayang pernah bilang kalau dia masuk ke SMA itu gara-gara ngikutin Cakya", Erfly sewot, karena merasa dibohongi oleh Mayang

"Iya, dia hanya kagum sama Cakya. Bukan berarti suka bukan...?", Cakya bertanya pelan. "Jangan-jangan Erfly cemburu, Cakya dekat sama Mayang...?", Cakya balik bertanya.

"Kata siapa...?", Erfly berkilah.

"Malah pakai acara kabur-kaburan segala lagi, hahahaha", Cakya tertawa lagi.

"Siapa yang kabur...? Erfly ke Sukabumi, ada yang meninggal. Kan Erfly udah cerita", Erfly ngotot tidak mau kalah.

"Oh iya, waktu Erfly ke Sukabumi. Cakya ketemu laki-laki yang keluar dari rumah Erfly...", Cakya tidak dapat menyelesaikan ucapannya karena Erfly sudah menyela.

"Ya itu Ko Alfa", Erfly menjawab santai.

"Dia dokter...?", Cakya bertanya bingung.

"Kenapa...? G'ak pantes ya sama dandanannya...? Hahahaha...", Erfly tertawa geli.

"G'ak gitu juga... Cuma... Yah...", Cakya tidak punya kata-kata yang tepat untuk menggambarkan tentang Alfa.

"Koko emang kayak gitu, slengean. Kalau orang lihat sekilas, akan lebih percaya kalau dia itu gelandangan atau preman pasar ketimbang dokter. Hahahaha", Erfly tertawa lagi. "Tapi... Gitu-gitu dia pinter lho, punya dua gelar dokter spesialis sekaligus", Erfly bicara antusias.

"Oh... Ya....?", Cakya tidak percaya.

"Dokter jantung dan syaraf. Dia juga yang mengoperasi anak pak Jendral. Padahal dia bukan dokter DKT, coba itu...?", Erfly membanggakan Alfa.

"Udah malem, mau balik jam berapa...?", kang Untung tiba-tiba bertanya saat keluar rumah.

"Ini mau balik kang, terima kasih obatnya", Erfly mengembalikan kotak P3k yang dipinjamnya dari kang Untung.

Kemudian Erfly dan Cakya pamit pulang, Cakya yang membawa motor. Beruntung motor Erfly motor metik, jadi tangan Cakya yang terluka tidak terlalu memberi pengaruh saat membawa motor.

***

Lagi-lagi Alfa harus kembali masuk ruang operasi, ada pasien gagal jantung yang harus segera dia tangani. Kahfi bersyukur dia sudah sempat makan malam dulu, sebelum mengirim Alfa kembali keruang operasi. Kalau tidak, UGD akan menambah satu pasien lagi.

Alfa keluar dari ruang operasi setelah merasa ada yang aneh dengan hasil CT Scan pasien. "Kahfi...!!!", Alfa bicara setengah berteriak kepada Kahfi yang berdiri di meja resepsionis.

Kahfi segera menghampiri Alfa, "Ada apa...? Kok udah keluar aja...?", Kahfi bertanya bingung. Karena Alfa baru masuk 5 menit yang lalu.

"Kamu sudah tes darah pada pasien...?", Alfa bertanya langsung keintinya.

Kahfi berlari mengambil hasil tes darah pasien dan menyerahkan ketangan Alfa.

Alfa dengan teliti melihat hasil tes, dan membandingkan dengan hasil CT Scan yang dia punya. Alfa langsung memukul Kahfi dengan berkas kertas ditangannya, Kahfi langsung tahu pasti dia sudah melakukan kesalahan.

"Bawa pasien ke ICU", Alfa memberi perintah.

"Hah... ICU...?", Kahfi berusaha meyakinkan kalau dia tidak salah dengar.

"Iya. Belum budeg kan kamu...? Telfon walinya, suruh ketemu saya diruangan", Alfa kembali melanjutkan perintah berikutnya.

"Sekarang dok...?", Kahfi kembali bertanya.

"Minggu depan. Kalau kamu mau pasien lewat malam ini...!", Alfa bicara kesal.

"Baik dok", Kahfi tidak berani membantah lagi, langsung menjalankan perintah Alfa secepat yang dia bisa.

***

Cakya sampai di depan rumah Erfly dengan selamat. Erfly langsung turun dari motor, Cakyapun berniat turun dari motor.

"Cakya bawa saja, sudah malam. Tidak ada ojek", Erfly memberi saran.

"Cakya pulang ya. Assalamu'alaikum", Cakya pamit, kemudian berlalu meninggalkan Erfly.

"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab pelan.

Erfly memilih untuk mandi sebelum merebahkan diri diatas kasur yang dia rindukan.

Sedangkan Cakya, setelah memasukkan motor Erfly ke garasi. Cakya langsung naik ketempat tidur. Tidak ada satupun yang berani menghampiri Cakya. Bahkan ibunya sendiri.

Ibu Cakya memutuskan untuk menelepon Erfly.

"Assalamu'alaikum nak...", ibu Cakya berbisik pelan, takut didengar oleh Cakya.

"Wa'alaikumsalam, ada apa ma...?", Erfly menjawab dengan suara lelah.

"Alhamdulillah Cakya sudah dirumah nak", ibu Cakya bicara pelan. "Dia langsung masuk kamarnya, sepertinya kelelahan", ibu Cakya kembali menimpali.

"Alhamdulillah, biar abang istirahat ma. Kita sudah shalat dan makan tadi dijalan", Erfly berusaha menenangkan ibunya Cakya.

"Iya nak. Kamu juga istirahat. Terima kasih nak. Maaf kalau mama selalu merepotkan kamu", ibu Cakya bicara sungkan.

"Jangan sungkan ma, selagi Erfly bisa", Erfly bicara pelan.

"Ya udah, kamu istirahat nak. Mama tidak akan mengganggu kamu lagi. Assalamu'alaikum", ibu Cakya mengucap salam sebelum menutup sambungan telfon.

"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab pelan. Kemudian langsung tertidur dengan pulesnya.

***

Terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk", Alfa bicara setengah berteriak.

"Dokter...", dokter Firman muncul dari daun pintu ruangan Alfa.

"Dokter Firman...? Apa kabar...?", Alfa menyambut kedatangan dokter Firman dengan pelukan hangatnya.

"Silakan duduk dok", Alfa mempersilakan dokter Firman untuk duduk di sofa tamu. Alfa membuatkan teh hangat untuk menjamu tamunya.

"Ada angin apa ini dokter sampai repot-repot kesini, padahal tinggal telfon saja dok, biar saya yang ketempat dokter", Alfa bicara sungkan.

"Saya ditelfon pihak rumah sakit, katanya dokter mau ketemu saya", dokter Firman bicara pelan.

"Jadi..?", ucapan Alfa terputus karena dokter Firman sudah mengangguk pelan.

"Bagaimana keadaannya dokter...?", dokter Firman bertanya pelan.

"Sebenarnya cukup rumit. Harus operasi katup jantung. Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi, dokter sudah tahu apa resikonya", Alfa langsung to the poin karena tidak mau membuang-buang waktu lagi.

"Saya tidak pernah ragu untuk menyerahkan adik saya dalam pengawasan dokter Alfa", dokter Firman bicara dengan keyakinan penuh.

"Apa tidak sebaiknya adik dokter ditangani oleh orang yang lebih berpengalaman dibanding saya dokter...? Saya merasa saya tidak pantas untuk...", ucap Alfa langsung dibantah oleh dokter Firman.

"Tidak ada dokter lain yang lebih baik dari dokter Alfa yang bisa saya percayai", dokter Firman kembali meyakinkan Alfa agar mau merawat adiknya.

Operasi katup jantung bukan hal yang sepele, salah sedikit saja nyawa pasien bisa melayang saat itu juga. Bahkan Alfa belum tahu persis bagaimana kondisi pasien sepenuhnya. Oleh karena itu Alfa sebenarnya ingin menyarankan dokter Firman untuk memindahkan perawatan adiknya, kerumah sakit DKT, karena berbasis Tentara. Disana jauh lebih siap dalam melakukan operasi berbahaya seperti ini.