webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasy
Not enough ratings
33 Chs

BAB 16

Zhiwei kecil duduk di samping seorang perempuan cantik berhanfu putih. Rambutnya yang panjang terurai di pundak. Si perempuan mengambil sisir lalu mulai mengikat rambut Zhiwei. Setelah cantik, sang perempuan melepas cincin berbatu merah dari jemarinya, lalu dipasangkan pada sebuah tali berwarna hitam.

"Simpan cincin ini baik-baik, jangan sampai orang lain tahu bahwa kau memilikinya. Siapa pun itu," pesan si perempuan cantik sambil memasangkan kalung berliontin cincin pada leher sang anak.

Zhiwei menatap perempuan yang mulai meneteskan air mata dengan wajah polos. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka. Sinar matahari menerobos masuk melalui pintu menyilaukan mata. Dua sosok perempuan dalam hanfu kelabu masuk lalu memberi hormat.

"Zhiwei, ikutlah kau dengan mereka. Mulai sekarang kau bukan lagi anakku, dan aku bukan lagi ibumu," ucap si perempuan berbaju putih.

Zhiwei kecil menatap takut pada dua orang perempuan yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah dingin. Gadis itu langsung memeluk lengan ibunya.

"Aku tak mau. Aku ingin tinggal di sini bersamamu!" teriak Zhiwei kecil mulai menangis.

Sang ibu memaksa melepas pegangan tangan Zhiwei.

"Cepat kau pergi. Di sini bukan tempat yang layak untukmu," ucap ibu Zhiwei.

Dua orang perempuan yang sedari tadi berdiri diam akhirnya turun tangan. Mereka memaksa Zhiwei menjauh. Kedua orang perempuan itu menarik tangan Zhiwei yang terus memberontak tak ingin berpisah dari ibunya. Namun gadis itu tak berdaya, walau terus berteriak. Gadis kecil itu melihat ibunya hanya duduk diam sambil menangis. Dua orang biksu menutup pintu kayu tebal yang akhirnya memisahkan mereka berdua.

Zhiwei membuka matanya. Dia hanya bermimpi. Namun dia merasa aneh, karena tak pernah mengenal si perempuan berhanfu putih yang dikurung dalam sebuah ruangan yang remang. Zhiwei memiringkan tubuhnya.

"Siapa dia? Apakah yang kulihat dalam mimpi sepotong memori milik gadis ini?" tanya Zhiwei dalam hati.

Zhiwei melihat Nyonya Liang yang tidur lelap di sampingnya. Dia melihat jendela yang hanya berlapis kertas, hari masih malam. Terdengar suara lelaki yang  batuk-batuk. Zhiwei turun dari ranjangnya, lalu mengintip Shanbo yang tertidur di ruang tamu di dekat perapian.

Zhiwei keluar dari kamar lalu perlahan menuju arah Shanbo. Gadis itu memperbaiki selimut lelaki yang telah menyelamatkannya. Zhiwei menatap garis wajah Shanbo yang rupawan, lalu tersenyum. Gadis itu pun beranjak pergi untuk mengambil minum. Dia menyadari harus menjalani semuanya, selangkah demi selangkah, menyibak misteri yang ada dihadapannya.

Shanbo membuka matanya. Lelaki itu belum tidur. Dia tersenyum karena sebuah perhatian yang diberikan oleh Zhiwei. Dia memiringkan tubuhnya, lalu menutup matanya kembali.

***

Di dunia masa depan, di sebuah kamar rumah sakit, Zhiwei terbaring tak sadarkan diri. Qixuan duduk di sampingnya dengan wajah sedih. Sejak sahabatnya terjatuh ke laut, tak ada tanda-tanda akan siuman.

"Zhiwei, bangunlah. Sampai kapan kau akan tertidur seperti ini. Bahkan dokter saja bilang kau tak mengalami cedera apa pun, tapi mengapa kau tak mau bangun," rengek Qixuan sambil mengelus punggung tangan Zhiwei yang tak merespon sama sekali.

Pintu ruangan terbuka, Shanbo masuk membawa makanan.

"Istirahatlah, makan dulu setelah itu pulanglah. Biar aku yang menjaga Zhiwei," pinta Shanbo.

Qixuan berdiri dari duduknya lalu berpindah ke sofa. Shanbo membukakan kotak makanan yang dibawanya untuk Qixuan. Gadis itu mulai makan tanpa semangat.

"Bagaimana kondisi lelaki itu?" tanya Qixuan sambil menyumpit makanan.

"Aku belum mengunjungi dia lagi. Kemarin masih belum sadarkan diri," terang Shanbo.

"Mulai sekarang, bagaimana pun juga kalian saling membenci, kau dan Zhiwei berhutang budi padanya, walau keluarganya akan sangat membenci kalian," terang Qixuan.

Shanbo mengangguk. Dia juga tak berselera makan.

"Aku pergi dulu, menjenguknya," ucap Shanbo sambil menaruh sumpit lalu beranjak pergi.

Lelaki itu menyusuri lorong rumah sakit menuju bagian VVIP. Dia melihat Mike yang baru saja keluar ruangan.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Shanbo.

"Masuk, lihatlah," ucap Mike sambil membukakan pintu.

Shanbo berjalan masuk. Dia menatap sosok yang terbaring tak sadarkan diri sama seperti adiknya. Zhu Yinfeng telah menolong adiknya. Lelaki itu langsung menerjunkan diri ke dalam laut saat melihat adiknya terjatuh. Selama beberapa saat dia sanggup berdiri setelah para tim penyelamat berhasil mengangkat mereka yang terapung-apung di laut. Tiba-tiba Yinfeng ambruk karena kelelahan, lalu tak sadarkan diri.

Kejadian yang menimpa Yinfeng dan Zhiwei serta hilangnya kalung batu Liang Zhu menjadi berita utama di media massa. Perusahaan Liang Zhu goyah. Keluarga Zhu kalang kabut menenangkan investor dan anggota direksi. Mereka mencoba meredam isu yang menggelinding bak bola panas. Sedangkan di pihak lain, para kompetitor perusahaan menertawakan dan bertepuk tangan saat Liang Zhu mulai terpuruk. Shanbo merasa bersalah dengan semua yang terjadi. Dia sadar diri. Keluarga Zhu akan semakin membencinya.

"Kau," ucap seseorang dari arah pintu.

Shanbo menoleh. Dia melihat Yingtai berdiri di depan pintu.

"Aku hanya ingin menjenguknya," terang Shanbo yang masih berdiri di samping ranjang Yinfeng.

Yingtai masuk lalu berjalan menuju arah Shanbo. Dia berdiri menatap kakaknya yang bernapas secara teratur.

"Dia tidur nyenyak. Lihatlah. Bahkan dokter bilang dia tak mengalami cedera apa pun. Dia tertidur, itu saja penjelasan dokter, tapi mengapa tak kunjung bangun," terang Yingtai dengan wajah sendu melihat kakaknya terbaring tak berdaya.

"Maafkan kami. Gara-gara menyelamatkan Zhiwei, Yinfeng jadi seperti ini," ucap Shanbo.

Yingtai tersenyum.

"Kakak tahu Zhiwei berusaha mencegah pencuri itu kabur membawa kalung batu Liang Zhu. Kupikir masuk akal jika dia ingin menyelamatkan Zhiwei. Polisi belum selesai menginvestigasi, semoga segera tertangkap. Kak Yinfeng dan Zhiwei juga segera terbangun. Kita berdoa meminta yang terbaik saja," ucap Yingtai.

Shanbo melihat pergelangan tangan Yingtai yang diperban.

"Kenapa ini?" tanya Shanbo menarik tangan kanan Yingtai yang luka akibat berusaha bunuh diri beberapa waktu lalu.

Yingtai menarik tangannya.

"Tak apa-apa. Aku terluka karena terjatuh dan tergores," jawab Yingtai bohong.

Shanbo mengernyit seakan tahu jika ada hal yang ditutupi oleh Yingtai. Namun lelaki itu tak ingin terus bertanya.

"Jaga dirimu baik-baik. Semoga kau bahagia kelak bersama Wencai," ucap Shanbo lalu beranjak pergi meinggalkan Yingtai.

Melihat orang yang dicintainya pergi, wajah Yingtai mulai berubah sendu. Matanya berkaca-kaca, tapi dia harus menata hatinya untuk tetap tegar.