webnovel

Bunga Mentari di ujung senja

Di setiap pernikahan banyak sekali rintangan yang di lalui penuh dengan suka dan duka. lika-liku kehidupan bagaikan panggung sandiwara. Terciptanya pernikahan adalah suatu cinta yang di satukan oleh perasaan. Membedakan dua insan dalam satu perbedaan. Menampung segala masalah dengan kasih sayang, sabar dan cinta. Tapi tidak dengan nasib pernikahan Ratna Wijaya dengan Arya Wisya Sandoso. Pernikahan penuh cinta kasih sayang dan pengorbanan selama delapan tahun yang mereka jalani kini kandas oleh banyak rintangan yang mereka lalui, dengan kehadiran orang ketiga, materi dan orang tua. Rumah tangga Ratna Wijaya dengan Arya Wisya Sandoso kini tak bisa di pertahankan lagi karna sebuah keterikatan perjanjian kertas putih di atas hitam dan juga oleh keterpaksaan yang di berikan Ibunya Arya, Marni Wisya Sandoso.Kedua anak mereka Bunga dan Mentari harus merasakan terpisah dari orang tua mereka. Perceraian Ratna Wijaya dengan Arya Wisya Sandoso telah di tetapkan di pengadilan. Begitu juga hak asuh kedua anak mereka Bunga Wisya Sandoso yang akan di asuh oleh Ayah kandungnya, Arya Wisya Sandoso sebaliknya Mentari Wisya Sandoso akan di asuh oleh Ibu kandungnya Ratna Wijaya. Mampukah mereka lewati takdir hidup mereka secara terpisah? Apakah Bunga dan Mentari akan di pertemukan oleh takdir untuk kembali bersama menjadi saudara yang utuh tanpa di pisahkan lagi?

Luh_hediana · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Perjanjian Kontrak Kerja Marni dan Jesicca

Sejak awal pernikahan putra semata wayangnya itu Marni memang tak menyetujuinya. Tetapi dengan kekeh dan keras kepalanya Arya, Marni pun menerima Ratna sebagai menantu di keluarga Wisya Sandoso.

Beberapa menit kemudian Marni dan Jesicca datang menghampiri Arya dan Ratna di parkiran kendaraan. Arya mengusap air mata Ratna dengan kedua tangannya.

Marni menarik pergelangan tangan kiri Arya menjauh dari Ratna. " Sudah selesaikan kalian? Ayo Arya kita pulang. Jangan kamu buang-buang waktumu untuk wanita seperti dia." Ucap Marni menarik pergelangan tangan kirinya menjauh dari Ratna. Tak sedetik pun berpaling pandangan Arya kepada Ratna Sampai menghilang dari pandangannya dan menuju Mobil putih Terios tersebut.

Jesicca menghampiri Ratna dan berkata, " Kamu kalah Ratna dari saya. Memang dulu kamu selalu menang dalam hal apapun. Tapi sekarang. Lihatlah!!" Jesicca tertawa sambil membusungkan dada tanda kemenangannya.

Ratna menepis air mata yang hampir jatuh di bawah kelopak matanya dengan jari tangan kanannya.

"Saya tidak merasa kalah dari siapapun. Tapi ingat ini Jesicca. Bahwa kamu adalah seorang wanita yang tidak punya harga diri dan kehormatan. Bahkan kemenanganmu adalah menjual kepercayaan mertuaku demi sebuah tujuan. Tapi tak masalah. Karna cinta itu lebih abadi di bandingkan suatu bersifat irii. Ingat itu baik-baik Jesicca." Tatapan Ratna begitu tegas. Wajahnya bergemetar saat mengucapkannya. Hatinya merasakan getaran emosi yang tertahan.

Jesicca memiringkan bibir kanan atasnya. menghela nafas berat dan berkata, "Kita berfikir realistis saja Ratna sayang!" Jesicca mencolek bawah dagu Ratna dan langsung di tepis dengan kilat oleh Ratna dengan tangan kanannya. Jesicca tertawa senang dan membalikan arah badannya lalu pergi meninggalkan Ratna, tanpa memperdulikan perasaannya.

Ratna mendongakkan kepalanya. Agar air matanya tak jatuh. Mengapitkan bibirnya yang tipis itu lalu mengedipkan kedua matanya dan menarik nafas panjang. Sesak sekali tak bisa untuk di ungkapkan. Hanya air mata yang dapat mencurahkan isi hatinya saat itu. Pikirannya melambung jauh. Tak sadar ia sudah terperangkap oleh kata-kata Jesicca tadi.

"Tenang Ratna kamu kuat. Kamu bisa lalui ini semua demi Mentari demi Bunga juga dan Mas Arya!" gumam Ratna menyemangati dirinya sendiri.

***

Sesampainya di rumah kontrakan Ratna yang tidak terlalu luas. Hanya saja terdapat ruang tamu, lalu dua ruang kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Cukup nyaman baginya. Kenangan demi kenangan menyatu dalam sebuah masa lalu. Banyak sekali kisah lampau antara dirinya dan Arya juga Bunga di kontrakan ini. Di luar rumah, Ratna membantingkan tubuhnya duduk bersandar di kursi plastik coklat tua itu Menaruh tas sedang perseginya di atas meja plastik dengan corak dan warna yang senada dengan kursi plastik tersebut. Termenung sebentar dan menarik nafas panjang. Terdengar suara langkah kaki berlarian kecil menuju keluar rumah, ke arah Ratna. " Mamah!" ucap Mentari. " Mamah darimana aja. Aku kesepian tau," lanjut kembali ucapan Mentari pada Ratna.

Di usap perlahan ke atas ke bawah rambut panjanng hitam Mentari dengan jemari tangan kanan Ratna. Ia melirik Putri cantik dan manisnya ini sekilas, memandangnya dengan tatapan kosong. Mentari ke bingungan sambil tangannya di goyangkan ke kiri dan ke kanan di wajah Ratna. Tersontak Ratna menepis lamunannya.

Ratna tidak menjawab pertanyaan Mentari tetapi ia berkata, " Bude Karsih kemana emangnya sayang?" Mentari menjawab khas anak-anak sambil menunjuk ruangan di dalam rumah kontrakan. " Ada tuh di dapur! Aku sendirian Mah, Bude Karsih asik memasak dan membersihkan rumah."

Dari dalam rumah di bagian dapur Bude Karsih memanggil Ratna dan Mentari. " Ndok makanan sudah siap. Ayo Mentari, Ratna. Kita makan." Ucap Karsih dengan logat medok Jawanya.

Ratna dan Mentari saling pandang dan menggoyangkan kepala mereka. Lalu berlari kecil masuk rumah. Menemui ruang dapur.

Hari ini Bude Karsih masak masakan sederhana di atas meja makan. Ada tahu, tempe goreng, ayam goreng 2 bagian paha dan dada. Tidak ketinggalan semur jengkol sayur asem ikan asin dan sambel terasi. Bude Karsih memang jagonya masak beliau rajanya chef di rumah ini. Beliau selalu menemani Ratna dan Mentari beberapa bulan terakhir ini.

Bude Karsih tinggal sendiri di kampungnya. Surabaya Jawa Timur. Suaminya telah tiada satu tahun yang lalu karna penyakit infeksi paru-paru yang cukup parah. Beliau ke Ibu Kota cukup nekat hanya berbekal kertas kosong kecil yang beliau lipat untuk mencari keberadaan anaknya. Di buka dan di baca Ratna waktu itu, berisikan nomer telpon seluler. Tapi sudah tak aktif lagi. Beliau kangen pada Putra semata wayangnya tetapi Putra dan Menantunya tak pernah memberi kabar lagi saat itu. Karna Bude Karsih tidak bisa membaca dan karna usianya sudah berkepala lima dan tidak pernah masuk bangku sekolah. Ratna pun merasa kasihan kalau sampai Bude Karsih tidur di pinggir jalan atau di depan toko orang, maka dari itu Ratna membawa Bude Karsih ke kontrakannya ini.

Mereka bertiga pun makan bersama di meja makan sederhana milik Ratna di dalam dapur sambil bercengkrama.

***

Marni berjalan sambil memeluk map berwarna merah ditangan kirinya dan tangan kanannya membawa tas hitam kotak ukuran sedang dengan tali rantai yang ia juntaikan kebawah menuju lift gedung lalu memencet angka lantai dua puluh tujuh. Sesaat terbukalah pintu lift sampai ke lantai dua puluh tujuh. Marni berjalan tergesah-gesah dari lift menuju ruangan Jesicca.

Tok..tok..tok!! Marni mengetuk pintu ruangan Jesicca.

" Masuk!" Sahut Jesicca yang sedang memeriksa berkas dengan karyawatinya. Marni masuk dan masih berdiri menunggu instruksi dari Jesicca untuk duduk.

" Tante duduk saja di sofa," ucap Jesicca sambil menunjuk dengan pulpen di tangannya. Marni pun duduk di kiri ruangan yang ada Sofanya, lalu ia duduk.

" Buatkan janji meeting saya kepada beliau yah!" perintah Jesicca lalu menyodorkan berkas kepada karyawatinya sambil bangkit dari kursi kerjanya. Karyawati tersebut mengangguk dan menjawab, " Baik Bu!" dan bangkit keluar dari ruangan dengan sedikit membungkukkan badannya.

Jesicca merapihkan jas hitam dengan paduan kemeja biru muda di dalamnya. Dengan heels hitam 10 cm tingginya. Membuka kancing jasnya agar terlihat leluasa dan merapihkan rok hitam pendek di bawah lutut lalu duduk bersebelahan dengan Marni.

" Saya ingin surat perjanjian itu! Tante bawakan?" tanya Jesicca memecah keheningan beberapa saat. Marni berkata, " Ada nih!" sambil menyodorkannya pada Jesicca. Jesicca mengambil lalu membukanya dan tersenyuman sinis.

" Apakah Tante bisa melihat kontrak kerja sama kita?" tanya Marni penasaran. " Jika Tante sudah menandatangani surat kontrak kerja kita. Tante akan menentukan jadwal pertunanganmu dengan Arya. Bagaimana?" lanjut Marni lagi.

Jesicca beranjak dari sofa dan mengambil berkas kontrak kerja sama perusahaan dirinya dengan Arya Wisya Sandoso di atas meja tertumpuk dengan berkas yang lain. Melempar pelan ke atas meja sofa dan jesicca pun duduk di sisi meja kerjanya sambil kedua tangannya bertumpu pada sisi meja.

Bibir Marni sumringah dengan isi kontrak kerja samanya dengan Jesicca si Janda kaya ini. Tak pernah terbayangkan sekarang perusahaannya kini bangkit kembali sekian lama buntu karna hutang bank dimana-mana. Membuat Marni kelimpungan membayarnya. Baginya Jesicca adalah penyelamat hidupnya dan nyawa perusahaannya. Jesicca menyodorkan pulpen ke arah Marni. Marni pun menandatanganinya di atas meja sofa.

"Sudah deal ya Tante!" sahut Jesicca. mereka pun berjabat tangan bersama.