Aku terbahak-bahak menatap deretan bocah cilik yang berlarian di taman. Wah, bagaimana bisa mereka bersikap seperti ini pada suamiku? Rasanya aku kepengen ikutan bergabung juga yang sayangnya keadaan memaksa untuk diam saja. Ngomong-ngomong aku beneran kaget dengan tawa meledak kak Riki itu.
Hey, dulu saat masih SMA saja kak Riki biasa dipanggil dengan kutub es. Bercanda, Bung! Mana mungkin aku nggak kaget melihat hal itu?
"Suamimu, ya?"
Aku menoleh, menatap bocah atau mungkin saja … kami seumuran? Masalahnya dia bertanya seakan usianya sama denganku namun jika dilihat-lihat sepertinya tidak juga. Ekhem, atau ini yang dinamakan baby face ya?
"Iya, suami dan anakku," jawabku ngawur.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com