"Kakak tahu sendiri kan gimana jadinya kalau seumpama Reno benar-benar menganggap bahwa mamanya hanya mementingkan rasa cintanya saja?"
Aku tersenyum tipis batal melanjutkan kala Dhik berjalan mendekat.
Menatap kak Ana sebentar lantas aku mendekati putraku.
"Kenapa, Sayang?" tanyaku padanya.
Dhik menggembungkan pipinya dan tanpa bicara apa-apa. Hanya sebuah pelukan kehangatan saja yang dia berikan padaku. Melihat dia begini aku jadi sadar kalau akhir-akhir ini kerap kali memintanya untuk pergi menjauh seolah-olah dia bukan bagian dari keluarga ini lagi.
Menoleh ragu pada kak Ana lantas aku mengedipkan mata pertanda bahwa ingin pamit sebentar dengan Dhik. Kini kami berdua sudah duduk berdampingan.
Satu masalah telah aku selesaikan, jadi bagaimana bisa merasa hatiku masih begitu khawatir? Tentu saja wajahku saat ini sudah pasti amat buruk, apalagi dengan Dhik yang nampak murung walaupun dia masih mau duduk dengan nyaman bersamanya sore ini.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com