Sehari ini Bumi sukses dibuat bingung oleh Tasya, pasalnya setelah tadi subuh sampai jam 9 malam ini dia tak melihat Tasya sama sekali, biasanya walaupun Bumi pulang jam 12 sekalipun gadis itu akan dengan senang hati tidur di sofa dan menantinya pulang, tapi hari ini tidak.
"Ke kamar dia aja kali ya"
Gelap, ya hanya itu yang Bumi lihat, bahkan dia tidak tau stop kontak lampu ini dimana alhasil dia menggunakan senter gawainya untuk melihat sekitar.
"Mi"
"Ayam, yaak lo ngagetin gue"
Buru-buru Bumi menghidupkan lampu kamar, ah bahkan ini bukan kamar, sangat kecil dan pengap.
Tapi bukan itu masalahnya, wajah pucat Tasya dan keringat yang mengucur pada hampir semua anggota tubuhnya menjadi perhatian untuknya.
"Astaga lo kenapa?"
"Panas Mi"
"Panas?"
Tanpa sadar Bumi mengangkat badan Tasya kasar, karena gerakan itu Tasya berteriak kesakitan, karena Bumi menekan keras pinggangnya yang sakit.
"Gak usah teriak bisa gak sih lo"
"Mi demi Allah sakit di sana"
"Di apa?"
"Pinggang"
Tanpa basa-basi Bumi menyibak baju daster yang Tasya kenakan, dia cukup terkejut dengan luka lebam mulai dari atas lutut sampai betis belum lagi lebam di pinggang yang sangat besar sekali.
Sekarang Bumi memindahkan Tasya ke kamarnya dengan hati-hati, membalikan badan Tasyapun dengan pelan, dan dia di buat menganga melihat luka yang sudah mengering serta lebam yang sudah berwarna sangat gelap itu.
"Ini karena gue dorong lo tadi?"
"Gak kok, ini keteledoran gue sendiri"
"Gak usah boong lo, gue dorong lo dan lo bentur ujung meja kan?"
Bumi menekan lebam itu keras, membuat Tasya berteriak kesakitan, ya dia tau Bumi hanya ingin mendengar kejujurannya saja, tapi perlakuannya malah terus menyakiti dirinya.
"Iya Mi, ampun Mi"
"Kalau sakit tu lo bilang, gak usah sok nyelamatin gue, tunggu bentar"
Entah apa yang akan Bumi lakukan, Tasya hanya berharap dia tidak disiram dengan air panas saat ini, karena badannya sudah sangat panas rasanya.
"Buka baju"
"Mi, gue gak bisa sekarang pas gue sembuh ya"
"Siapa yang mau tidurin lo sih, gue mau obatin luka lo"
Ya walaupun terkejut, setidaknya Tasya sedikit merasa senang, karena dengan perhatian Bumi hari ini bisa aja kan dia mau berbuat baik untuk hari selanjutnya.
"Ini kaki lo yang jatoh itu?"
"Iya sakit banget"
"Lo diem aja di rumah gak usah sok kerja keras deh lo gak bakal gue puji juga"
"Iya"
"Seengaknya lo sembuh dulu, lo mau makan?"
"Huh?"
"Mau makan gak Sya? Ha hu ha hu aja" ujar Bumi kesal.
Tasya tersenyum, dan ya ini kali pertama Bumi menawarinya makan setelah 2 bulan menikah.
"Mau"
"Ya udah gue pesen"
"Yang pedes ya Mi soalnya lidah gue kayaknya pait"
"Ya"
"Bento a...
"Iya bawel banget sih lo"
Walaupun rasa sakit yang dia rasakan tidak berkurang, tapi melihat Bumi sedikit manis cukup menjadi obat yang meringankan apapun yang dia rasakan saat ini.
🔺🔻🔺
Jakarta.
Senja masih sibuk dengan MPASI untuk Bintang, dia tidak terlalu neko-neko, Bibin anak yang manis, namun sekelebat memori yang akhir-akhir ini datang cukup mengganggunya.
Dia tidak pernah menceritakan hal apapun kepada Elang, takutnya ini bahaya karena Elang juga sedang mencari tau tentang segala macam hal yang terjadi kepada Senja 2 bulan lalu, yang sialnya semua bukti seakan menghilang begitu saja.
Pernikahan Atta juga sudah berjalan satu bulan, dan ya kalau Kayla, dia sedang repot dengan kehamilannya, bukan repot karena dia harus mual setiap saat, karena jujur dia tak merasakan apapun malah yang menanggung itu semua adalah Biru, lucu ya.
Atta juga hamil dua Minggu, gila sih bahkan mereka nikah baru satu bulan yang lalu, tapi dia malah kejar-kejaran sama Kayla gak mau kalah.
Kenapa pernikahan Atta dipercepat? Ya karena orang tua kami lelah melihat mereka berantem setiap hari masalah pernikahan, mending diselenggarakan sekalian.
"Om..
"Atta please deh" protes Pras.
"Bunda liat Om ni"
Jennie hanya menggeleng, semenjak hamil Atta lebih suka memanggil Pras dengan sebutan Om dari pada Mas, katanya lebih mesra, lah mesra dari mananya.
Dan untuk bayi kecil yang ada di antara kami bernama Sunny dan Awan.
Ya Sunny lahir prematur karena Mika terjatuh waktu itu, tapi syukurlah walaupun dia lahir di usia kandungan Mika yang ke 8 bulan bayi itu sehat kok, hanya saja Mika yang tak sehat, sudah 2 bulan gadis itu koma di rumah sakit.
Kalau Awan itu anak ke-3 keluarga Albani, matanya coklat seperti Senja dan Albani, tidak ada Jennie sama sekali, sepertinya gadis kecil itu hanya numpang di rahim Jennie.
Hidup keluarga ini semakin hari semakin membaik, semenjak kepergian Tasya ke antah berantah rumah tangga Senja terasa sangat amat berwarna tanpa ada penggoda, ya kasarnya begitu.
"Nanti jenguk Mika ya Kak"
"Iya Bunda, sekalian nanti juga potongin kuku Mika kayaknya udah panjang"
"Hmm, ya udah kamu pegangin Awan bentar, Bunda siapin baju Ayah dulu mumpung masih mandi, nanti kalau dia yang siapin ini lemari bisa aja kayak daerah abis kena gempa bumi"
Senja tertawa, sepertinya kebiasaan laki-laki itu sebagian besar sama, suka berantakin baju di lemari, suka taruh handuk sembarangan, kaus kaki gak di dalam sepatu kalau habis dipakai, taruh tas dan semua kain kotor di segala arah, dan itu semua sukses selalu menjadi pemicu darah tinggi para istri setiap harinya.
Elang, walaupun di luarnya rapi dan bersih, tapi di rumah tetap semberaut, gak bisa ambil daleman, gak bisa pilih dasi, gak bisa pilih kaus kaki, kemeja, celana, cuma bisa pilih istri aja, untung dapetnya Senja coba kalau dapatnya yang sama selebornya, mungkin yang di kasih celana kolor ama kaus kutang aja setiap hari.
"Ami..
"Ya elah gak bisa ilang dikit" sungut Senja malas.
"Bibin...
"Baba jangan teriak Awan tidur ni"
"Maaf, anak aku mana?"
"Lagi liat Sunny mungkin, kamu ke NekNda deh"
Ya untuk anak-anak Mama Kayla siap menjadi Neni, padahal kami sudah menyiapkan baby sitter untuk masing-masing anak, tapi khusus Bintang karena anak kesayangan Kayla, Neknda Shani bersedia menjadi Neni gratis.
Dan Bintang menyukai Shani, gadis kecil berpipi gembul dengan satu lesung pipi itu membuatnya tertarik, walaupun bertubuh kecil tak seperti anak yang lahir di HPL biasanya tidak mengurangi kecantikannya, jujur Bintang dan Sunny membuat keluarga ini sedikit bingung, karena dari kecil mereka berdua itu mirip, padahal tidak ada hubungan darah sedikitpun.
"Baba"
Bintang berlari ke arah Elang, ya bapak dan anak time, jika Elang sudah memegang Bintang tak satu orangpun yang bisa mengambil anak gadis centil itu darinya.