webnovel

Bumi dan Langit Melawan Takdir

Bumi dan langit Takdirnya tak bisa bersama Namun jika suatu hari cinta bersabda Apakah jarak masih bisa menghalang? Dan menghapus rasa yang ada? Bumi adalah artis tampan yang sedang naik daun. Suatu hari, dia jatuh cinta pada seorang gadis yang sama sekali diluar kriterianya. Gadis itu masih ABG, baru aja lulus SMU, which is berarti belasan tahun lebih muda dari Bumi yang tahun ini menginjak 30. Plus, dia memeluk keyakinan yang berbeda. Keluarga Bumi yang muslim taat tak mungkin menerimanya, jadi Bumi berusaha menghindar dan menghapus semua rasa. Tapi akan mampukah dia pergi, sementara cinta terlanjur menjerat sampai ke sukma?

ghostgirlthewriter · Realistic
Not enough ratings
31 Chs

BAB 20 - Jejak Tangan di Dada Langit

Pagi itu cerah.

Tapi bukan hangatnya sinar matahari yang membangunkan Bumi dari tidur lelapnya. Melainkan dua tamparan keras di pipinya.

Menggeragap dan bingung. Itu reaksi pertama Bumi saat membuka matanya.

"Lo!! Dasar cowok mesum!!! Bilang!! Ngaku!! Apa yang semalem udah lo lakuin ke gue?!" Langit mengayunkankan tangannya, menambah dua tamparan lagi di pipi Bumi.

PLAKKK!! PLAAKK!!

Bumi yang baru melek, dan nyawanya bahkan belum kumpul, sejenak hanya bisa mengerjap, bahkan nggak bisa ngomong.

"Bilang Bumi!! Bilang!!!" Langit dengan galak menarik kerah kaos Bumi, seperti preman yang siap menghajar mangsanya. "JANGAN DIAM AJA! Ngomong!! Apa yang udah lo lakuin ke gue?! Apa lo udah menodai gue semalem??"

Lalu suara galak gadis itu bergetar, kemudian matanya memerah, dan seperti habis kekuatan, tiba tiba dia ambruk, lalu tersedu-sedu.

"Udah gue duga ini bakal terjadi," sekarnag dia meratap. "Huhuhu. Gue bener bener bego banget. Tolol! Goblok! Stupid!! Mau maunya diajak pergi sama cowok yang nggak gue kenal dengan baik?? Dan ini akibatnya! Gue diperkosa. Huhuhu. Sekarang gue udah nggak suci lagi!!! Gue udah ternoda!! Keperawanan gue udah hilang...huhuhu.."

"Langit lo ngoceh apa sih?!! Lo udah gila ya? Sapa yang perkosa lo?! Nggak ada!!"

"JANGAN BOHONG!"

"Ngapain gue bohong!!!"

"Kalo gue aduin ini ke Papa, lo bakal dibunuh!"gadis itu meraung.

"Kalo memang gue lakuin itu, bunuh aja gue! Gapapa!" tantang Bumi, bikin Langit akhirnya terdiam. "Tapi sekarang jelasin dulu ke gue, kenapa nggak ada angin nggak ada ujan nggak ada badai, lo bisa tiba tiba nuduh gue kayak gini?!"

"Nggak ada angin nggak ada ujan nggak ada badai?" tukas Langit, menatap Bumi marah. "Semalam angin ujan badai semua ada. Dan gue ketiduran. Pasti lo sengaja ngambil kesempatan saat gue ketiduran kan??"

Bumi tatap Langit jengkel.

"Lo ini emang hobinya suudzon ato apa sih?? Dari kemarin loh.. nuduh nuduh gue terus?! Nggak pake bukti lagi, ngasal aja itu tuduhan keluar dari mulut..."

"Siapa bilang gue nggak punya bukti???"

"Kalo punya, mana? Tunjukkin!!!"

Wajah Langit memerah, seperti malu.

"Kenapa diem?" desak Bumi. "Bilang aja, sebenernya lo nggak punya bukti kan?"

"GUE UDAH BILANG GUE PUNYA!"

"Ya kalo punya mana??! Sini tunjukkin!"

"Gue nggak bisa..."

"Artinya lo bohong!"

"Gue nggak bohong!"

"Pokoknya nggak ada bukti, sama aja hoax!"

"OKE OKE GUE TUNJUKKIN!!!"

Langit sambil menunduk malu meluruskan kaosnya. Dan Bumi membelalak shock.

Ada jejak berbentuk telapak tangan di kaos gadis itu. Kecoklatan. Seakan ada tangan kurang ajar penuh lumpur yang mendarat disana. Tepat di dada... persis di.. payudara kanannya???

Bumi refleks menatap telapak tangannya, dan jantungnya mencelos menyadari tangannya ternyata sama sekali nggak bersih. Telapaknya penuh dengan bercak lumpur. Entah apa aja yang dia pegang kemarin, sampai tangannya sekotor ini, dan dia sama sekali nggak sadar? Tapi kemarin kan perjalanan mereka memang jauh. Dan sempat sembunyi, sempat jatuh, menyentuh pohon, tanah, dan Bumi baru menyadari, lantai pos hansip ini juga ternyata berlumur tanah? Padahal dia berkali kali menumpukan tangannya di lantai pos ini.

"Tangan gue nggak sebesar ini," kata Langit sambil menunjuk bekas tangan di kaosnya, tanpa menatap mata Bumi. "Dan disini nggak ada orang lain. Jadi.. INI PASTI TANGAN LO KAN?"

Wajah Bumi terasa panas dan sekarang dia sama malunya dengan gadis itu.

Tapi, itu memang tangannya. Jadi, harus dia akui.

"Iya itu memang tangan gue."

Air mata menetes di pipi Langit dan dia kini menatap Bumi dengan tajam, benci, jijik, seakan dengan sorot matanya dia ingin menikam dan menghabisi cowok itu.

"Tapi bukan gue yang lakuin melainkan lo sendiri."

Langit terperangah. Lalu mengamuk lagi.

"Maksud lo??? Eh lo orang gila!! Lo udah bikin kesalahan besar, bisa bisanya sekarang ngelak? Dan malah nyalahin gue?! Dasar cowok sinting!!!! Mana mungkin gue sendiri yang lakuin itu?!! Omongan lo nggak masuk akal!! Absurd tau nggak!! "

Bumi nggak ingin berteriak. Tapi dia nggak punya pilihan lain. Kalo dia nggak lebih keras, Langit nggak bakal mau dengerin kata katanya. Jadi akhirnya dia bicara dengan semua ketegasan yang dia punya.

"DIEM DAN DENGERIN GUE DULU BISA NGGAK!!!"

Sukurlah. Berhasil.

Gadis itu kaget, lalu diam. Hingga Bumi bisa punya kesempatan untuk menceritakan semuanya.

Bumi pun lalu menceritakan semua yang terjadi dari awal. Bagaimana dia cuma mau balikin jaketnya ke Langit, tapi Langit malah tertidur di pangkuannya dan memeluk erat tangannya, menaruhnya di dadanya....

"Gue... minta maaf udah megang lo," kata Bumi canggung, terbata bata, setelah selesai menceritakan semuanya. "Tapi berani sumpah. Cuma itu yang gue lakuin. Cuma itu. Nggak ada yang lebih. Habis itu juga, langsung gue tarik lagi. Jadi, gue megangnya nggak lama. Sumpah nggak lama. Paling... berapa detik," tiba tiba Bumi merasa bodoh. Ngapain dia cerita sedetil itu? Tapi...mungkin itu satu satunya cara biar Langit tenang, dan nggak merasa ternodai? Dan Bumi putuskan untuk melanjutkan kata katanya. "Dan demi Allah, gue nggak perkosa lo. Berani sumpah, gue nggak sentuh lo lebih dari... " Bumi kesulitan menemukan kata kata. "Lebih dari yang ada bekasnya di... " lagi lagi dia kehilangan kata kata, "... di baju lo."

Setelah itu, Bumi kehabisan kata kata. Dan sepertinya Langit juga.

Berdua mereka saling diam hingga suasana jadi hening total. Dan seberapa keraspun Bumi berusaha, dia nggak bisa menebak gimana perasaan Langit saat ini, dan apa yang akan dia lakukan setelah ini, karena gadis itu hanya berdiri mematung dan tak bergerak.

<b>-----------------------------------------------------------------------------------</b>

<b>Makasih buat semua yang udah baca :)</b>

<b>Jangan lupa baca bab berikutnya yaa...sy usahain update tiap hari.</b>

<b>Jangan lupa juga follow, vote dan tinggalin koment... </b>

<b>Dan buat temen2 yang punya cerita, silakan promosi cerita kalian di kolom komentar dengan masukin : nama penulis, genre, judul, deskripsi, dan link.</b>