webnovel

Bumi dan Langit Melawan Takdir

Bumi dan langit Takdirnya tak bisa bersama Namun jika suatu hari cinta bersabda Apakah jarak masih bisa menghalang? Dan menghapus rasa yang ada? Bumi adalah artis tampan yang sedang naik daun. Suatu hari, dia jatuh cinta pada seorang gadis yang sama sekali diluar kriterianya. Gadis itu masih ABG, baru aja lulus SMU, which is berarti belasan tahun lebih muda dari Bumi yang tahun ini menginjak 30. Plus, dia memeluk keyakinan yang berbeda. Keluarga Bumi yang muslim taat tak mungkin menerimanya, jadi Bumi berusaha menghindar dan menghapus semua rasa. Tapi akan mampukah dia pergi, sementara cinta terlanjur menjerat sampai ke sukma?

ghostgirlthewriter · Realistic
Not enough ratings
31 Chs

BAB 18 - Pos Hansip

Syukurlah mereka berhasil menemukan pos hansip tepat sebelum gerimis berubah menjadi hujan deras. Pos hansip itu sederhana dan bangunannya seadanya, cuma ada atap, tanpa dinding. Jadi Bumi dan Langit terpaksa duduk berdempetan di tengah-tengah pos, agar nggak terkena air hujan yang muncrat muncrat membasahi lantai pos lewat keempat sisi pos yang terbuka itu.

"Kayaknya bakal ada badai deh," kata Langit, sambil memandangi angin yang kini bertiup kencang dan menderu, bikin pohon pohon di sekitar mereka meliuk-liuk.

"Takut?" tanya Bumi.

Diluar dugaan Bumi, Langit mengangguk.

"Gue takut nggak bisa pulang. Bokap pasti cemas," Dia keluarin hpnya, mengecek sinyal. "Mana dari tadi nggak ada sinyal lagi."

Bumi ikut ikutan mengecek hpnya dan melihat sinyal di hpnya juga masih blank.

"Sinyal gue juga blank," sahut Bumi. "Jadi kayanya memang nggak mungkin kita bisa hubungin orang rumah sekarang. Mau nggak mau kita terpaksa nunggu dulu sampai hujan brenti. Tapi lo jangan kuatir. Begitu memungkinkan, gue pasti akan segera anter lo pulang sampai rumah dengan selamat, dan jelasin semua yang terjadi ke bokap lo, biar dia nggak kuatir lagi."

Langit tercekat mendengar kata kata Bumi. Dia mau nganterin aku sampai ketemu Papa, dan jelasin semua yang terjadi biar Papa nggak kuatir? Nggak nyangka, ternyata cowok ini dewasa juga. Dan gentleman. Apa karena umurnya sudah tua???

Langit bingung harus jawab apa. Jadi dia cuma mengangguk sambil bilang, "Oke."

Lalu dia menguap.

"Kalo ngantuk tidur aja. Nanti gue bangunin kalo udah reda."

"Hah? Nggak!"kata Langit segera.

"Kenapa?" tanya Bumi heran.

Kenapa dia bilang?? Yang bener aja! Mana mungkin dia tidur di samping cowok yang belum terlalu dia kenal? Oke sekarang Langit memang udah nggak separno tadi sama Bumi. Cowok ini sepertinya memang nggak jahat dan bisa diandalkan. Tapi tetap aja, dia seorang perempuan. Dia nggak boleh tidur saat posisinya hanya berdua dengan laki laki, apalagi di tempat sesepi ini.

Tapi Langit nggak mungkin jelasin sedetil itu sama Bumi. Bisa bisa cowok itu ngamuk karena merasa dituduh dan macam macam. Jadi Langit cuma jawab singkat, "Nggak... Nggak apa apa. Nggak ngantuk aja.

Lalu dia menguap sekali lagi.

"Nggak ngantuk kok nguap nguap mulu," cetus Bumi rese. Dan Langit jadi jengkel.

"Emang ada larangan pemerintah gitu, yang nggak ngantuk dilarang nguap? Nggak ada kan? Jadi dilarang protes!"

"Ck ck ck. Galak amat sih. Nggak mau tidur ya udah, tapi nggak usah ngegas juga kali!"

Langit mendengus.

Dan Bumi malah menyenderkan tubuhnya ke satu satunya tiang penyangga pos hansip yang terletak di tengah sehingga nggak basah, dan merem.

Langit heran.

"Lo mo ngapain?"

"Lo nggak tidur kan? Ya udah gue aja yang tidur. Bangunin ya kalo udah reda?"

Dan sebelum Langit sempat menjawab, Bumi sudah terlelap.

Langit sampai melongo.

"Bumi? Woy!"

Dia guncang guncang bahu cowok itu, tapi cowok itu sudah nggak bergerak.

Langit terheran heran dalam hati. Astaga. Ada ya orang yang bisa tidur secepet ini? Baru sedetik loh nyender, udah langsung pules???

Dipandanginya dada Bumi yang kini bergerak naik turun dengan teratur seiring irama nafasnya. Dan saat itu, JEDER!!! Tiba tiba Petir menyambar keras sekali, membuat Langit yang kaget limbung dan terjatuh ke dada Bumi.

Langit membelalak dan buru buru menjauh, lega cowok itu nggak terbangun. Tapi lalu Langit panik melihat ada noda pink di kaos putih yang dikenakan Bumi.

Astaga! Gawat. Lipstiknya nempel ke baju Bumi. Ya Tuhan. Gimana ini??

Langit berusaha berpikir jernih dan teringat. <i>Tissue basah. Untung dia bawa tissue basah kemana mana.</i> Dengan gugup, Langit buru buru keluarin tissue basah dari tasnya dan menggosok noda itu, sambil berdoa. Moga moga bisa ilang plis. Moga moga bisa ilang. Demi harga diri dan martabatnya sebagai perempuan. Apa kata Bumi seandainya dia tau saat dia tidur Langit sempat terjatuh ke dadanya? Cowok ini bisa geer setengah mati. Tapi nggak akan dia biarkan itu terjadi.

Karena terlalu semangat berusaha menghapus noda lipstick itu, Langit nggak sadar dia menggosok terlalu keras. Hingga Bumi yang merasakan dadanya berguncang guncang malah jadi terbangun.

Betapa kagetnya Bumi melihat Langit berada di dadanya, sedang berusaha membersihkan sesuatu? Apa yang dia bersihkan??? Bumi diam diam berusaha melihat lebih jelas, dan matanya menangkap secoret noda pink sebelum akhirnya noda itu betul betul hilang.

<i>Noda pink? Apa itu noda lipstick? Kenapa lipstik Langit bisa menempel di bajunya? Apa tadi Langit terjatuh di dadanya? Dalam pelukannya, sampai lipstiknya mengenai bajunya? </i> Jantung Bumi berdesir membayangkan kejadian itu, tapi segera diusirnya perasaan itu. <i>Apa apaan? Tadi dia sudah menganggap gadis itu cantik, dan sekarang, pake berdesir segala? Dia pasti agak gila karena kena gerimis tadi. </i>

Langit sekarang mendongak dan Bumi langsung pura pura tidur lagi. Mendingan pura pura nggak tau aja deh, daripada nanti malah jadi canggung.

Sementara itu, Langit yang nggak tau Bumi sebenarnya udah bangun, lega sekali noda lipstik itu akhirnya berhasil hilang.

Dia bertekad nggak akan kagetan lagi, dan akan duduk sedikit lebih jauh dari Bumi, supaya kejadian memalukan tadi jangan terulang lagi.

Tapi saat hendak bergeser, tangannya malah nggak sengaja menyentuh tangan Bumi, dan dengan kaget dia merasakan... ternyata tangan itu sedingin es? Apa Bumi kedinginan?

Langit menatap jaket Bumi yang menyelubungi tubuhnya, membuatnya hangat dan nyaman, dan tiba tiba merasa bersalah. Egois banget sih dia! Mentang mentang cewek, dia seenaknya sendiri maksa orang lain buat kasih jaketnya buat dia. Di malam sedingin ini, di tengah hujan badai sederas ini? Pasti Bumi sebenarnya sudah kedinginan dari tadi, tapi dia tahan karena sungkan meminta jaketnya balik.

Dengan perasaan malu, Langit melepas jaket itu dan mengembalikannya ke Bumi. Dia selubungkannya dengan lembut ke tubuh cowok yang dipikirnya masih lelap itu.

Lalu dia bergeser sedikit menjauh, menatap keluar, memandangi hujan yang belum juga reda. Tanpa dia sadari, Bumi diam diam membuka mata, memperhatikan tingkahnya dengan heran.

<b>-----------------------------------------------------------------------------------</b>

<b>Makasih buat semua yang udah baca :)</b>

<b>Jangan lupa baca bab berikutnya yaa...sy usahain update tiap hari.</b>

<b>Jangan lupa juga follow, vote dan tinggalin koment... </b>