webnovel

06 Atin's Alex

Atin milik Alex sampai akhir.

Napas Alex juga memburu seperti Atin. Mereka baru saja mencapai klimaks.

"Nginap disini ya sayang."

Telinga Atin emmerah dengar kalimat sayang dari mulut Alex. Di lain sisi otak Atin berproses. Menginap. Seketika itu mata Atin membulat. Atin lupa, ia harusnya kerja!

Atin yakin, ia pasti akan dimarahi habis-habisan oleh bibi pemilik toko. Secara kan bibi tersebut tegas dan disiplin.

"Aku harus kerja, Al. maaf aku gak bisa. Aku sudah nurutin yang kamu mau, sekarang lepas.

"Berhenti kerja," pungkas Alex.

Atin terpaku, Alex keras kepala tak ingin menuruti keingin Atin. Atin menggeleng. "Aku tak ingin berdebat, Al. sudah lepas. Kamu ngertiin aku dong."

Akibat mempertahankan pendapat maisng-maisng, jadilah Alex dan Atin sibuk berdebat. Tak ada tanda-tanda ingin mengalah. Pelukan Alex bukannya lepas justru makin kuat. Atin memperlihatkan wajah julid.

"Hey, kamu bukan anak kecil. Aku gak mau debat. Sekarang lepas. Aku harus kerja biar orang-orang gak curiga dengan hubungan kita. Kamu mau aku dikecam? Kamu sih tak terlalu berpengaruh, aku yang paling terkena dampak. Aku hanya anak beasiswa, Alex."

Alex sangat ingin berdecih, tapi ucapan Atin benar. Alex tetap tak setuju, demi kebaikan Atin, Alex akhirnya menurut.

"Oke, dengan satu syarat. Aku anterin kamu biar cepat sampai."

"Iya."

Atin berbinar, akhirnya diizinkan. Sulit meyakinkan Alex. Atin hendak bakit, agak risih sebab hotpansnya basah. Lebih baik ke rumah dulu untuk ganti baju.

"Belum Atin, aku mau foreplay lebih."

C'mon, Atin terlambat. Saat itu Atin sibuk berpikir alasan bagus untuk berkilah nanti. Amukan sudah di depan mata Atin.

"Gak." Atin menatap Alex nyalang. "Kamu kenapa sih sempat-sempatnya minta gituan? Gak boleh, sekarang kita harus cepat. Aku gak mau terlambat. Kalau telat, aku akan dihukum."

Atin berucap tegas.

"Sebentar kok At. Ayolah setelah ini terserah kamu mau melakukan apapun. Aku menurut."

Mata Atin menggerjap lamat-lamat. Bagus itu adalah kesempatannya. Otak Atin berpikir hal apa yang ia inginkan. Atin bodoh, Atin tahu disanalah letak kegilaan yang ia buat. Meski begitu Atin masih ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Oke, kalau gitu kamu gak boleh kasar dan jahat lagi. Baik-baik sama Papa dan Mama kamu. Jangan bantah. Itu gak baik. Mereka sayang kok ke kamu, cuman mereka sibuk. mengertilah keadaan orangtua, mereka sibuk kerja untuk kamu, demi kamu. Aku siap jadi teman kamu saat kamu kesepian. Aku janji."

Senyum di wajah Alex muncul. Atin adalah malaikat tak bersayap Alex.

"Call," ujar Alex.

Belum genap 24 jam jadian, mereka sudah berbuat sejauh itu. Foreplay maksud Alex ekstrem. Dengan posisi Atin masih di pangkuan lelaki itu, Alex memakai jari memasuki inti Atin. Atin tersentak, rasanya aneh. Alex tak pernah lepas matanya dari Atin. Smirk nakal muncul.

Wajah Atin menggoda, sayang Alex tak bisa sampai inti. Alex penasaran. Baru jari Alex masuk, inti Atin mencengkram kuat, apalagi kalau miliknya.

Pasti menatang, sempit hangat dan ketat.

Atin terkulai lemas saat mencapai puncak. Tanpa jijik Alex menjilati jari berlumur cairan Atin.

"Hey, itu jorok, Alex."

Sambil tersenyum miring, Alex berucap. "Gak apa-apa rasanya enak. Aku baru tahu kalau rasanya semenatang ini."

Baik-baik Atin tahan dirinya agar tak mengamuk. Cukup, Atin benar-benar terlambat.

***

Pagi menjelang, seperti biasa Atin bangun jam 04.00. pukul 05.30 Atin sudah siap pergi ke kampus. Atin pakai sepeda. Sekalian Atin mengantar koran. Atin batu saja hendak berangkat, tahu-tahu ada motor berhenti. Saat Atin lihat ternyata Alex. Atin mengerjap lamat-lamat. Alex buka helm, senyum ramah pada Atin.

"Kamu mau ngantar koran kan, sini aku bantu. Aku gak larang kamu aktivitas, tapi aku harus bantu kamu. Aku juga hargai privasi kamu. Kamu bebas mau melakukan apapun."

Ceritanya ingin jadi pacar pengertian. Atin senyum, sedikit demi sedikit ia bisa bawa 'kebaikan' untuk Alex.

"Cepat ya. aku gak mau pak Hasan lihat kamu. Dia atasan aku di tempat pengantaran koran."

"Iya bawel," seloroh Alex.

Kedua orang tersebut melewati kota setelah itu beralih ke jalan tikus. Untung Alex pakai motor matic. Tak terasa rangkaian aktivitas selesai, mereka sudah sampai di lingkungan kampus. Tak ada agin ataupun hujan, Atin pukul punggung Alex kuat-kuat.

"Kenapa?"

Mau tak mau Alex berhenti saat Atin hampir tertaik menyuruh berhenti. Atin cukup agresif. Wajah Alex kentara gak suka.

"Tirunin aku di sini. Nanti teman-teman lihat kita. Kamu mau apa, sebagai gantinya aku nurut deh."

Atin tahu Alex tak akan mau mengikuti yang ia katakan. Sebagai bahan penawan, Atin langsung berucap begitu. Atin pun tahu benar yang akan Alex bilang, pasti tak jauh-jauh dari hal negatif menjurus ke hubungan intim. Terlepas dari semua hal negatif, sudah Atin pikirkan baik-baik keputusan yang ia ambil.

"Temui aku di pohon sepi itu. Kita foreplay lagi," ujar Alex gamblang.

Tuih kan, Atin sontak datar. Berhubung Alex tipe orang keras kepala, Alex jug butuh tindakan bukan kata-kata, rangsangan. Motivasi ataupun kasih sayang. Atin berusaha menerima.

Agak tak seimbang, terpkasa Atin harus meyandang gelar perempuan bekas.

The stupid girl, Annisa Atinda.

***

Seperti yang Alex mau, Atin pergi ke tempat yang orang itu suruh. Mengendap-endap serta berusaha agar tak mencolok. Sudah biasa sih Atin pergi ke pohon itu. Di antara sekian banyak mahasiswi, hanya Atin yang berani. Bodohnya dirimu wahai Atin, begitulah suara hati Atin. Saat Atin tiba Alex sudah stay.

Atin salah tingkah, ada rasa takut dan khawatir.

"Sudah lama menunggu?" Sesekali Atin menunduk.

"Lumayan, kenapa kamu lama? Diganggu orang?"

Atin menggeleng, ia bantu ketua kelas mengantar tugas paper ke ruang dosen. Ketua kelas Atin perempuan. Arin terkenal sebagai mahasiswi kesayanagn sebab disa diandalkan. Atin pernah menjadi asisten dosen saat semester II. Setelah itu, sebab alasan perekonomian, Atin berhenti.

Atin menggeleng.

"Bukan, aku bantu Alana antar tugas paper ke kantor." Di akhir kalimat Atin senyun, seolah-olah ia baru selesai melakukan tugas negara. Alex menghela npas, Atin terlalu suka membantu orang, Atin juga suka melakukan tugas yang berhubungan dengan dosen.

"Aku akan bilang ke dosen dan Alana biar gak nyusahin kamu lagi. Banyak kok mahasiswa lelaki melakukan itu. Tugas sekretaris dan perangkat kelas untuk apa?"

Cepat-cepat Atin menggeleng, tak ia biar Alex melakukan hal aneh.

"Gak usah, aku suka kok. Aku gak ngerasa disusahkan. Itu namanya saling bantu, Al. Dosen-dosen jadi kenal aku dan Alana baik." s

Senyum Atin pasang unlimited, ia juga usap pelan tangan Alex.

"Ya?"

Alex mendengus.

*****