8 Strategi Baru

"Siapa kalian? Berani-beraninya kalian memasuki daerah kekuasaanku?" Sosok tinggi kurus dan berambut hitam panjang dengan mahkota emas di kepalanya berdiri murka di hadapan keempat tawanan yang pendiam.

"Aku Ren Soutra, pangeran dari kerajaan Soutra. Aku dan teman-temanku kemari bukan untuk mencari masalah dengan kalian. Kami hanya akan melintasi lembah ini dan pergi ke pegunungan mata gergaji," suara Ren lantang setelah berhasil melepaskan diri dari peri yang menahannya. Suaranya yang sama sekali tidak terdengar cantik di telinga sang raja peri itu, membuat sang raja mengerutkan dahi dan memandanginya tajam.

"Kau seorang pangeran?" tanya sang raja peri lembah dengan pandangan merendahkan pangeran Soutra nan cantik itu.

Tawa keras raja peri itu menggema diseluruh ruangan, "Kau, lebih terlihat seperti seorang putri yang lemah daripada pangeran yang gagah," tawa raja peri itu merusak ketenangan pangeran Soutra.

Pria berambut panjang merah muda itu menarik pedang peraknya dan mengacungkannya ke arah sang raja. Melihat kejadian itu, para peri penjaga kembali mencengkeram para manusia dan memberinya peringatan. Peri penjaga yang lainnya telah bersiap untuk melepaskan anak panah mereka jika pangeran berambut panjang merah muda itu melakukan hal yang tidak mereka inginkan.

"Woww ... Kau memang terlihat gagah, Yang Mulia." Raja peri lembah itu menundukkan kepalanya namun masih berekspresi merendahkan Ren. Dia kembali tertawa setelah melakukan hal yang menggelikan baginya itu.

"Aku tidak membutuhkan ocehanmu, Raja! Aku hanya ingin kau bebaskan aku dan teman-temanku lalu kau biarkan kami untuk melanjutkan perjalanan," ujar sang pangeran Soutra dengan masih mengacungkan pedangnya.

"Tidak mudah untuk memenuhi permintaanmu itu, Pangeran. Kau ...," Raja peri lembah belum sempat melanjutkan kalimatnya ketika dia mendengar seorang tawanan memberontak.

Itu Tao, pria muda itu memberontak kepada peri yang dari tadi mencengkeram tangan kecilnya. Dia bosan dengan semua ini, dia menginginkan kebebasan.

"Coba lihat, siapa yang kau punya. Seorang bocah desa yang ingusan?" Pria bermahkota emas itu berjalan mendekati tawanan kecil yang cemberut kesal. Ren mencoba menghalangi langkah raja peri lembah, tetapi niatnya gagal karena lebih dari dua lusin prajurit peri telah menyiapkan anak panah mereka di atas busur.

"Bisakah kau memperlakukan kami dengan baik? Kami lelah," gumam sorang pria desa keriting yang tidak menyadari keberadaan sang raja peri di dekatnya. Dia sangat terkejut dan langsung bungkam ketika melihat sosok tinggi nan kurus itu berdiri tepat dihadapannya.

Sang raja peri lembah berdiri mengamati sosok kurus si keriting Wedden, dia sedang memandanginya lekat-lekat dari ujung kepala sampai keujung kaki pria Vitran itu.

"Siapa kau? Sepertinya aku tidak asing dengan dirimu," Sang raja masih memandangi wajah Wedden sehingga membuat pria keriting itu memalingkan wajahnya karena takut.

Raja peri melihat telinga runcing milik Wedden, telinga yang hanya dimiliki oleh bangsa peri.

"Apa kau?" Raja peri merasakan adanya suatu aura yang berbeda.

"Dia Wedden Arragegs, dia adalah pewaris terakhir sang Raja Elf, Rapher Elfkinn."

Pangeran Soutra kembali memasukan pedang peraknya kedalam sarung pedang di pinggangnya. Mendengar perkataan sang pangeran yang cantik, raja peri lembah berbalik dan memandang si pria yang bersuara tadi.

"Kami sedang dalam perjalanan menuju Selatan untuk mencari buku pusaka Rapher dan mengalahkan Kimanh si penguasa kegelapan," lanjutnya dengan nada suara yang mulai ramah. Raja peri lembah yang tampak masih belum percaya hanya diam dan kembali memandang si pewaris raja Elf.

"Lepaskan mereka!," teriak sang raja peri lembah kepada para prajuritnya yang masih mencengkeram tangan para tawanan mereka.

"Mari kita bicarakan hal ini." Raja peri lembah berjalan menuju ke ruangan kosong di tengah istananya. Keempat tawanan itu berjalan mengikutinya.

Ley sedikit berbisik kepada Ren dan menyuruhnya untuk berwaspada dengan pria berjubah abu-abu itu. Ren telah meyakinkan para temannya bahwa raja peri itu dapat dipercaya dan mungkin akan membantu mereka.

Sedangkan si keriting Wedden dan si muda Tao, mereka hanya berjalan dengan santai menikmati kebebasan tangan mereka dari cengkeraman para prajurit peri.

Raja peri lembah menyesalkan sikap buruknya dalam penyambutan kedatangan tamu istimewa. Tapi dia tetap bersikeras untuk tidak pernah bersikap baik dengan Ren, karena baginya Ren adalah sosok yang seharusnya berjiwa lembut bukan berjiwa kesatria karena tampak tidak sesuai baginya..

"Kurasa putraku dapat memberi kalian sedikit bantuan," ujar raja peri lembah saat putra sulungnya yang bernama Raseel memasuki ruangan tempat berkumpulnya para tamu dan raja.

"Apa? Mereka memberitahuku kalau kau memanggilku," peri berambut hitam panjang dan tampan itu memandangi para tamu dengan dingin. Dia memandang Ren dengan pandangan yang sedikit berbeda, dan itu membuat pangeran Soutra itu merasa tak nyaman.

"Jangan memandangku seperti kau sedang memandang seorang wanita." Pangeran Soutra memicingkan matanya ke arah sang pangeran peri. Pangeran peri lembah langsung saja membuang pandangan dan kembali kepada ayahnya.

"Kurasa dia tertarik denganmu," bisik Tao muda lirih kepada Ren yang duduk disebelahnya.

Raja peri lembah memperkenalkan putra sulungnya yang merupakan pemanah terbaik dari bangsa peri lembah Giger.

Pria peri itu bernama Raseel, dan dia adalah peri pertama yang berhasil mengalahkan burung Vinix peliharaan Kimanh ketika burung itu tiba-tiba menyerang lembah Giger dengan segerombolan gnome gunung yang telah menjadi anak buah Kimanh.

Di tengah perbincangan, kembali hadir dua sosok peri dengan busur dan sebuah apel ditangannya. Dia adalah Hatt dan Corea, mereka baru saja memanen buah apel di kebun milik peri lembah di dasar lembah Giger. Mereka juga merupakan putra dan putri dari raja peri. Namun si peri wanita yang begitu cantik, Corea, datang hanya untuk mengantar buah hasil panenan mereka untuk para tamu istana.

Hatt, peri yang dapat mengendalikan udara itu memperhatikan Wedden yang sedari tadi memandangi Corea tanpa berkedip. Dia segera meniupkan angin ke arah pria Vitran hingga membuat Wedden terkesiap dan dia kaget dengan tindakan pangeran peri itu.

"Jaga pandanganmu, kawan! Dia adik perempuanku!" sentak Hatt dengan santai dan masih memakan buah apel merahnya. Wedden hanya tersipu dan kembali meminum minuman yang dihidangkan istana untuk dia dan teman-temannya.

Di dalam ruangan besar ini, sekelompok manusia pengelana menceritakan tujuan mereka melakukan perjalanan panjang. Mereka juga mengatakan kalau mereka harus segera mengalahkan kerajaan Kimanh sebelum terjadinya gerhana matahari, atau lebih tepatnya ketika gerhana bulan yang mungkin akan terjadi beberapa bulan kedepan.

Tetapi dengan kehebatan kekuatan Kimanh yang terus berlipat-lipat ganda, sangat tidak mungkin jika mereka akan berhasil mencapai negeri Selatan Persei sebelum dunia menjadi benar-benar gelap.

"Kenapa kalian tidak menyiapkan sebuah penyerbuan?" Hatt tiba-tiba memberi saran yang membuat semua orang memandanginya.

"Kurasa kalian tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan perjalanan panjang ini. Kimanh telah mengetahui langkah kalian dan dia mungkin saja telah menyiapkan sebuah rencana besar untuk menyambut kehadiran kalian di daerah kekuasaannya."

"Lalu, apa menurutmu dengan melakukan sebuah penyerbuan akan membuat misi berhasil? Kurasa, Buku pusaka itu yang paling utama. Kita hanya perlu mencarinya dan membiarkan Wedden untuk membaca mantra Rapher dan menyaksikan kekalahan sang raja iblis," Ley ambil posisi dalam pembicaraan serius ini.

"Aku tau, tapi yang kumaksud adalah kita akan terus melakukan perjalanan ini menuju Selatan dan mencari buku pusaka itu. Tapi, kita juga harus mengirim pasukan untuk menyerang sisi lain dari lawan yang akan membuat fokus mereka kepada sang pewaris raja Elf ini terganggu. Dan ini akan sangat membantu, kurasa." Hatt sangat yakin dengan perkataannya disetiap kata.

Dengan masih memakan buah apel, peri yang sangat mirip dengan Raseel itu berusaha membuat semua orang percaya dan menyetujui sarannya.

"Ini sangat masuk akal," gumam pangeran Soutra yang menimbang saran dari Hatt.

"Kau seorang pria?" tanya Hatt terkejut ketika baru saja mendengar suara gagah dari sang pangeran berambut merah muda nan cantik.

"Apa kau mulai tertarik denganku?" tanya Ren balik tidak suka dengan pandangan Hatt yang terkejut.

"Tidak, aku hanya berfikir kalau kau adalah seorang wanita yang pemberani karena mengikuti perjalanan ini," sahut sang peri dengan santai dan masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.

+++

avataravatar
Next chapter