webnovel

BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Raja kegelapan mulai menyerang seluruh wilayah bekas kekuasaan Raja Elf. Awan hitam dengn hujannya yang beracun tersebar diseluruh wilayah membuat hasil pangan penduduk tercemari dan tidak sedikit pula yang mati. Pasukan kegelapan memporak-porandakan dan meratakan semuanya menjadi tanah hingga semua penduduk dipaksa oleh keadaan untuk menjadi berani untuk melawan. Wedden Arragegs, seorang pria dari desa yang disebut sebagai keturunan sang raja Elf mendapatkan tugas berat yaitu mengalahkan Raja Kegelapan dengan kekuatannya yang dia bahkan belum pernah mengetahuinya. Buku Sihir, itulah senjatanya namun keberadaannyapun belum diketahui dimana. Mampukah Wedden mengalahkan Raja Kegelapan? Berapa banyak pasukan yang dibutuhkan olehnya untuk mengembalikan keadaan dunia? -- Terimakasih sudah mampiir, ini adalah karya ketigaku di Webnovel *,* Berikan dukungannya yaa ... Luv ya~

snaisy_ · Fantasy
Not enough ratings
258 Chs

Gnome Hutan

"Seseorang dapat membantuku?" teriak si muda Tao yang kewalahan melawan puluhan gagak yang datang menyerang tubuh kecilnya. Ley dengan segera membantu Tao dengan membabat beberapa gagak dalam jangkauan pedangnya, Hatt pun segera melepaskan beberapa anak panahnya dan membuat gagak-gagak yang berhasil membuat Tao berdarah itu mati.

Raseel melepaskan anak panahnya ke arah pangeran Soutra yang masih sibuk membasmi pasukan burung iblis, dan anak panah itu mendarat dengan manis di kepala seekor gagak yang hendak menyerang pangeran Soutra itu dengan tanpa berkoak.

Pertarungan dengan jumlah yang tidak seimbang ini pun akhirnya selesai dan para pengelana itu berhasil membuat ribuan burung berubah menjadi bangkai yang berlumuran darah ditepian hutan Gifor.

"Ini luar biasa," gumam Hatt dengan napasnya yang tersengal.

"Kau, seharusnya lebih berhati-hati," gumam Raseel yang berdiri tepat disampingnya.

Semuanya kembali berkumpul dan berjalanan memasuki hutan untuk berlindung dari kemungkinan kejahatan Kimanh lainnya yang mengintai mereka. Mereka berhenti dan beristirahat di bawah sebuah pohon besar yang sudah berumur lebih dari seratus tahun, itu nampak dari bentuk dan ukurannya yang sudah tidak muda. Mereka membersihkan luka bekas cakar gagak-gagak tadi sekaligus melepas lelah setelah semua yang terjadi.

Lengan kiri Ley dipenuhi dengan luka bekas cakaran, Ren hanya satu di bagian kanan pipinya, sementara yang lainnya hanya sedikit dan yang paling parah adalah Wedden yang tadi sempat tersangkut jubahnya dan diserbu oleh gerombolan gagak dan membuat sebagian wajahnya terluka.

"Apa mereka juga mencariku?" tanya si keriting Wedden sambil berebah di rerumputan dan memakan bekal perjalanannya.

"Tentu saja, tidak ada tugas yang lebih penting dari mengejar dan membunuh sang pewaris akhir dari raja Elf," sahut Ley yang sedang membantu Tao muda membalut kaki kanannya yang tergores kayu ketika ia sibuk melawan gerombolan gagak tadi.

"Kurasa mereka adalah pasukan paling kuat yang dimiliki oleh Kimanh," sahut Raseel yang juga merebahkan diri di rerumputan, "Karena mereka memiliki penglihatan dan pendengaran yang luar biasa," sambungnya lagi dengan menutup matanya untuk beristirahat.

"Tapi mereka bodoh," sahut Ren yang sedang membersihkan pedangnya dari darah gagak itu dengan tiba-tiba dan membuat kelima pria lainnya menoleh kepadanya.

"Mereka tidak dapat mengenali siapa yang membunuh salah satu pasukan mereka dan hanya menyerang apapun yang ada di hadapan mereka," sambungnya dengan sedikit melirik Hatt dengan kesal.

"Emm aku tau aku salah, tetapi kuharap kalian memaafkanku," ujar Hatt yang segera mengalihkan pandangannya dari mata sang pangeran Soutra.

Keadaan kembali sunyi ketika keenam pria ini tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mereka sedang mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanannya menuju pegunungan gigi gergaji dan melewati hutan Sabt menuju ke kerajaan Timur.

Hari sudah berubah menjadi gelap ketika baru beberapa menit keenam pria ini beristirahat. Pantas saja si keriting Wedden telah merasa kehilangan kakinya karena kelelahan berjalan, ternyata mereka semua telah melewati padang rumput yang sangat luas itu seharian dan tanpa ada istirahat.

Angin hutan berhembus ringan dan dingin membawa butiran air di setiap butir udaranya. Pepohonan bergoyangan mengikuti irama lengkingan dan kicauan burung-burung hutan yang sedang mencari mangsanya di malam hari. Kabut kehijauan bergerumbul tebal dari arah barat, terlihat seperti sekelompok prajurit perang yang bergerak maju.

Tunggu dulu, itu bukan kabut. Wedden jelas sekali melihat sesuatu yang bergerak di dalam kabut hijau yang berhembus di dekat para petualang dengan kesunyian yang mencekam. Wedden ingin sekali melepas anak panahnya ke arah kabut tersebut, tetapi dia telah belajar dari kesalahan Hatt tadi yang telah membuat mereka semua hampir terbunuh oleh ke agresifan para burung hitam ber cakar yang tajam.

Wedden mendekati Ren dan berbisik pelan kepada pangeran Soutra, "Apa kau mendengar sesuatu?"

Pangeran Soutra menajamkan pendengarnnya, tetapi dia tidak mendengar apapun. Wedden bergabung dengan Ley, Hatt dan Raseel di sisi pohon yang lain, mereka sedang sedikit berdiskusi, sementara si muda Tao dia sangat kelelahan hingga akhirnya dia tertidur di dekat pangeran berambut merah muda.

Wedden mengatakan apa yang dia lihat di dalam kabut hijau yang berjarak sekitar tiga meter dari mereka, sesuatu yang bergerak yang kemungkinan besar itu adalah makhluk atau apapun yang bukan hanya kabut tebal.

Udara di sekitar hutan bertambah dingin setelah gerimis ringan mulai turun menggantikan tetesan embun malam di hutan tua ini. Angin masih bertiup dengan irama tetap, dan suara-suara burung hutan semakin terdengar mengerikan dengan keadaan yang gelap dan mencekam ini.

Hatt menoleh kearah kabut itu, dia mengajak saudaranya, Raseel untuk membantunya. Hatt mendekati kabut hijau yang bergerak maju seolah berjalan dan ingin melintasi hutan, kedua peri itu bersembunyi dibalik semak yang cukup tinggi. Hatt meniupkan angin kedalam kabut dan tiupannya membuat lubang kecil di tubuh tebal kabut itu. Raseel lalu mengintip dengan penglihatan tajamnya dan, dia segera berbalik dengan tergesa menarik Hatt kembali menuju tempat istirahat kelompoknya.

"Ada apa? Apa yang ada dibalik kabut itu?" tanya Ley begitu penasaran, baru pertama kali ini dia melihat wajah ketakutan dari putra pertama raja peri lembah itu.

Raseel menempelkan jari telunjuknya di bibir dan memperingatkan supaya jangan ada yang membuat suara bising. Ren masih tidak bergerak dari tempatnya bersandar, dia hanya menggunakan telinganya untuk mendengarkan percakapan lirih Raseel.

"Mereka adalah Gnome hutan, mereka berjumlah ribuan, kurasa. Semuanya membawa tombak dan peralatan perang bangsa mereka berjalanan menuju Selatan," bisik Raseel mulai menjelaskan apa yang dia lihat tadi.

"Gnome? Apa mereka bangsa yang bertubuh kecil sepertii anak-anak manusia?" Wedden belum pernah berhadapan dengan makhluk yang terkenal keji itu, tetapi dia sering mendengar ceritanya dari sang ayah ketika dia masih hidup dulu.

Ayahnya pernah bilang, ada beberapa Gnome yang menjaga hutan Ales dan mereka akan membunuh siapapun yang melewati hutan itu pada waktu lewat dari tengah malam. Entah itu memang benar atau hanya karangan Morge Arragegs yang tidak menyukai kegiatan berburu putranya ini.

"Iya, mereka hanya setinggi pinggang orang dewasa. Dan bahkan, di daerah Utara kudengar hanya setinggi paha orang dewasa," tambah Raseel.

"Di Utara? Kurasa aku pernah melihatnya," gumam Wedden sedikit menerawang hari pertamanya melakukan perjalanan bersama Rangeran Soutra yang ketika itu mereka beristirahat di dalam hutan di desa Wakla dan dia melihat sosok kecil bercahaya di kegelapan hutan.

"Atau mungkin tidak?" ucapnya lagi tidak begitu yakin dengan penglihatannya waktu itu.

"Apa mereka akan bertempur? Kenapa mereka menuju ke Selatan, apa mungkin mereka juga sudah menjadi anak buah si raja penyihir?" Ley kembali memandangi kabut hijau yang masih terlihat jelas didepannya. Rasanya ingin sekali dia masuk kedalam kabut itu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang ada di dalamnya, tetapi dia urungkan niatnya karena dia tidak ingin mati sia-sia melawan pasukan kecil yang berjumlah ribuan.

"Misi mereka adalah membantu pertahanan kerajaan Kimanh, tetapi mereka juga akan menyerang siapapun yang menghalangi langkah mereka menuju Selatan," sahut Hatt yang menarik anak pananhnya dan melepaskannya ke arah pohon besar didepannya.

'Kyaaaakkkk!!'

Semuanya terkejut ketika mendengar jeritan dari arah pohon yang tadi di panah oleh Hatt. Mendadak bulu kuduk mereka meremang dan bola mata mereka membulat.

"Hanya seekor kucing hutan yang sial," pangeran Soutra mengambil bangkai hewan kecil bertaring itu dan menunjukkannya kepada teman-temannya. Semuanya kembali bernapas lega melihat tubuh hewan yang berdarah itu, tetapi dimana anak panahnya?

+++

Terimakasih telah membaca sampai sejauh ini, berikan dukungan kalian yahh. Yuk ikutin aku di instagram @sn.aisy Terimakasih Love

snaisy_creators' thoughts