Bangun pagi dari tidur sebenarnya adalah suatu berkah, karena tidak ada yang tahu sewaktu seseorang tidur, dan mungkin saja seseorang akan mati ketika dia tidur bukan?
Dikatakan bahwa saat tidur, jiwa manusia keluar sementara yang mana itu sebabnya akan ada mimpi. Dan setelah waktunya tiba, jiwa itu akan kembali dan kita akan bangun....atau itulah salah satu dari beberapa hal meta mengenai sisi tidur di luar pandangan medis~
Tapi pada saat ini, jiwa Samael dengan paksa dibawa kembali oleh "tanparan kenyataan" pada bijih mataharinya yang berharga!
"Oh oh oh, SJ (Samael Junior) ku yang malang, Ughh.... Shasha, kau terlalu kejam! Meskipun aku tahu kau setengah darah Asia, tapi bisakah kau tetap tenang seperti Kalika dan Wanda?"
Samael yang sudah berbenah dan memakai baju mengatakan ini di sofa sambil mengintip SJ nya dibawah celananya disana....
Sakit oke, agak perih! Tamparan itu benar-benar merusak dan mengurangi banyak HP Samael!
Alisha mendengus dan memandang jijik Samael, "Kau benar-benar binatang! Apakah kau tahu apa yang telah kau lakukan semalam ?!"
Wanda yang tengah membenahkan rambutnya disana hanya berkata, "Bukankah hanya sex biasa, kenapa kau berlaku seolah tidak pernah melakukannya."
"Hanya ?! Biasa ?! Kak Wanda! Kau benar-benar merosot sebagai wanita!"
Wanda menghela nafas lalu memandang Samael disana, "Lagipula kita semua mabuk, dan Samael masih di masa jayanya. Jangan terlalu dipikirkan, ini hanya kecelakaan kecil dalam hidup~ Meskipun aku tidak ingat bagaimana rasanya semalam, yang agak disayangkan..."
"Atau, kau mau mencobanya lagi, nanti, malam?" goda Wanda sambil menggigit bibir bagian bawahnya seksi disana.
Tiba-tiba Kalika yang turun dari lantai dua segera berkata: "Oke, jangan menggodanya lagi, Kak Wanda, kau bahkan masih kesulitan berjalan. Lupakan masalah itu lagi, tidak ada gunanya memikirkan itu semua kan?"
"Kalika, kau..." Alisha terkejut dengan wajah biasa Kalika.
Tapi Kalika hanya dengan berani duduk di samping Samael dan kakinya yang indah di letakkan di atas meja di depannya dengan sombong.
Dia menggosok dan memijat kakinya sebelum akhirnya dan berkata dengan sedikit aneh, "Sama seperti Kakak Wanda, aku tidak ingat apapun waktu itu. Meskipun aku yakin kalau aku melakukan sex dengan Samael kemarin."
Samael menutup celananya dan berhenti mengintip kondisi SJ nya: "Huhhh....itu benar-benar kesalahan untuk mabuk dengan tiga wanita cantik. Biasanya aku tidak akan mabuk parah, ini bisa dijadikan renungan nanti."
"Yah, kurasa kau memang harus merenungkannya. Kau tahu, malam itu, Samael...kurasa kau telah menjadi binatang saat memakan dua daging berkualitas tinggi. Rasanya masih agak sakit dibawah sana tahu...." Kalika tiba-tiba mengatakan ini dengan meeingis.
Lalu dia mengambil sebuah pulpen dari meja kecil samping sofa dan memberikannya kepada Samael saat bertanya dengan tajam:
"Sekarang, bisakah kau mengatakan tujuanmu yang sebenarnya, Tuan Samael?"
Samael menatap Kalika yang menatapnya tenang, dan Samael sedikit sakit kepala pada masalah apa yang dia lakukan sendiri tadi malam.
Tapi masalah hati bisa dikesampingkan, dan Samael memgambil pulpen itu saat memainkanmya di tangannya: "Berikan aku otoritas keuangan kalian untuk kugunakan selama seminggu."
"Oke, aku setuju."
"Kalika ?!" x2
Wanda dan Alisha terkejut, tapi nada Kalika masih tetap tenang saat melihat Samael: "Aku percaya padanya, dan juga, dia masih memiliki ambil bagian pada keuangan perusahaan kami dengan mengambil alih Bentian Motor."
"Selain itu, aku tidak peduli apa maumu, tapi jangan sampai kau melebihi data merah perusahaan, paham kan?"
"Hehe, terima kasih..."
"Dan setelah ini selesai, tidak ada hubungan lagi antara kau dan kami. Paham lagi kan?"
"....Hah?"
Samael terdiam, Alisha terdiam, dan Wanda disana menghembuskan nafasnya panjang disana saat dia mendengar ini.
Tidak seperti Alisha, dia paham betul apa kata hati. Dan sekarang sudah sangat jelas, Kalika sedang menguji Samael sekaligus menusuk hati nuraninya sendiri saat mengatakan itu.
Samael akhirnya memahami ini dengan baik setelah tertegun sebentar, dan disana dia mengambil secarik kertas, menulis nomer ponselnya lalu berdiri saat mengatakan:
"Ini nomerku, seminggu setelah kukembalikan saham perusahaanmu, nomer ini akan kuganti. Terima kasih, atas bantuannya.....Akan ada waktunya kita bertemu lagi nanti." Dengan begitu, Samael pergi tanpa melihat kebelakang.
Wanda menggertakkan giginya dan ingin berteriak: "Jangan melarikan diri, bangsat!"
Sayangnya, dia tahu itu tidak mungkin...Karena dia tahu, bahwa bagi Samael, pilihannya mungkin adalah yang terbaik.
Tapi bagi Kalika sendiri, ini adalah sesuatu yang kejam!
"Ahhh, benar bukan?..." Kalika tiba-tiba mengeluarkan suara serak seperti itu.
Dia menatap Wanda dengan senyuman, tapi dua garis air mata meluncur di wajahnya!
Wanda tahu ini akan terjadi, jadi dia hanya bisa menghela nafas dan berbisik: "Dasar bodoh. Kau terluka dua kali sekarang jadinya...Naif, Kalika."
Alasan Wanda mengatakan itu, karena dia tahu kenapa Kalika bertanya seperti itu tadi....dia berniat untuk menguji Samael !!
Dia berniat menguji, apakah Samael akan memilih Laelia, istrinya, atau memilih dirinya setelah apa yang dilakukan kemarin malam yang jelas-jelas naif....
Pertanyaan tadi sebenarnya juga tidak masuk akal, karena jelas Samael akan memilih Laelia, istrinya!
Jika Samael memilih Kalika, maka Kalika hanya akan lebih menangis karena itu artinya Samael adalah sosok pria yang sangat buruk, dimana dia akan meninggalkan yang lama dan bermain dengan yang baru!
....Benar, itu tadi adalah dua pertanyaan dengan jawaban yang sebenarnya sama-sama menusuk hati Kalika!
Karena itulah Wanda mengatakan bahwa Kalika menusuk hatinya sendiri saat menanyakan itu!
"Ahhh, lihat disini. Adik kecilku, kau bisa menangis di pelukanku, tahu?" Wanda langsung memeluk Kalika.
Kalika mengerang dan memeluk erat, dan bahkan kukunya sedikit menembus daging Wanda disana saat terisak menangis: "Ini kejam...Hiks, hiks..."
"Yaa, kau memang kurang dalam hal emosional sih. Dan....tidak semuanya bisa berjalan lurus di kehidupan ini sayang."
Wanda menatap ke arah kepergian Samael tadi dan berkata: "Semakin lama kita hidup, semakin lama kita berbaur di masyarakat, maka semakin kuat pula pandangan kita pada Dunia ini."
"Semakin lama kita paham, semakin paham pula kita.... bahwa kenyataan itu hanya akan membawa rasa sakit, penderitaan, dan kekosongan."