webnovel

Sang Tuan Rumah dan Sang Tamu

"Ah Ohhh... Terus?"

Samael hanya menatap dengan tenang, tidak ada perubahan emosi sama sekali. Sangat tenang, bahkan bisa dikatakan sangat acuh tak acuh pada apa yang dikatakan oleh Emory.

Melirik tablet itu, Samael melemparkannya kembali ke sisi Emory.

"Benarkah, ini memang mengejutkan. Tidak tidak, aku tidak berbicara padamu tapi pada Nona disampingmu." Emory menunjukkan langkah kurang ajar saat ini.

Memang, Samael tidak terpengaruh. Tapi Anne disisinya tidak bisa dikatakan seperti itu.

Samael segera mengaitkan lengan kanannya ke belakang Anne, sembari mengelus rambutnya nyaman.

"Sayang, benarkah?"

Melihat tatapan Anne yang terlihat tidak percaya, Samael tidak menjawab dan hanya mengalihkan pandangannya pada Emory yang masih sangat tenang.

"Baik dan buruk, apakah itu salah?"

"Hah?"

Samael hanya menatap Emory dan berkata, "Jangan bilang aku jahat, aku hanya serakah. Jika kau menganggap apa yang kulakukan salah, maka itu hakmu. Dan aku tidak akan pernah menyangkal apa yang aku lakukan."

"Jadi kembali ke pokok masalah tadi, apa maksudmu mengatakan ini padaku."

Saat Emory ingin membuka mulutnya, Samael mengatakan sesuatu terlebih dahulu: "Jangan bilang hal yang aneh, FBI milikmu tidak lebih baik dariku. Anjing."

Clack...

"Benarkah? Ini benar-benar kali pertama kami dikatai. Samael Duodere, sejujurnya ini bukanlah wilayah kami, tapi untuk masalah tadi, kau harus tahu akibatnya." Emory menahan tangannya di atas untuk memerintahkan semua orang disekitarnya untuk menahan senjatanya.

"Tentu saja aku tahu. Tapi kau juga harus tahu, jika FBI milikmu ingin menangkapku, bukan kalian yang akan datang."

"Memang benar. Koneksimu terlalu menakutkan, orang-orang tua di Gedung Putih sepertinya ada di pihakmu. Jadi, menyuruh orang di dalam pemerintahan untuk menangkapmu, itu langkah bodoh."

"Betulkah? Jadi, kalian sudah keluar dari pihak pemerintah? Lalu penangkapanku, tidak jadi? Ayo, aku menunggu borgolku."

Keduanya terus berputar-putar tanpa ada mau yang mau mengalah, tapi semua yang ada di sana bukanlah orang bodoh. Selama salah satu orang disana mengatakan sesuatu langsung ke topik, maka mereka kalah!

"Emory, FBI milikmu sejujurnya bekerja dengan baik. Tapi, hanya itu saja." Samael mengatakan ini dengan jijik.

Tidak ada yang salah dengan pekerjaan FBi, tapi kebanyakan orang awam pasti akan jijik dengan perilaku mereka.

Mereka memiliki keterikatan hukum yang sedikit, dan bisa dikatakan jika itu demi "Penyelidikan", langkah apapun bisa mereka lakukan!

Emory menyipitkan matanya saat ini, dan berkata: "Samael Duodere, kau harus paham kesalahanmu."

"Masih mengatakan ini lagi, kau benar-benar masih berniat mencapai itu, kan?" Samael menyipitkan matanya, dan segera sesuatu yang dingin merayap di ruangan itu.

"Namaku Samael Duodere, seorang pria baik...atau itulah profik permukaanku. Tapi seperti yang kau tahu, seluruh Dunia Bawah Amerika dan Eropa adalah milikku."

"Kau yakin ingin menahanku? Ingin perang?"

"...."

Suasana langsung memadat, dan Anne yang tidak bisa tahan dengan suasana ini hanya bisa menyusut masuk ke dalam pelukan Samael.

Tracy hanya bisa merasakan bulu kuduknya berdiri saat menerima kata 'perang' dari mulut Samael!

Dia tinggal di Surga selama tiga hari, dan dia tahu seberapa buruk untuk menjadikan Samael sebagai musuh!

Itu legiun Malaikat oke?! Malaikat asli, dan bukan manusia super!

Apalagi keberadaan gerbang itu, yang mampu memindahkan sekelompok orang itu kemanapun mereka mau di seluruh Blue Star!

Ingin menyampaikan berita ini pada Emory? Dia masih ingin kepalanya tetap ada keesokan harinya!

"Sepertinya kau sangat membenci kami? Kenapa?"

"Basa-basi, benci dan cinta hanya satu garis tipis. Emory, dari awal aku sudah tahu maksud tujuanmu. Tapi kau harus tahu pula, kau bahkan tidak bisa memerintahkanku, mengancamku, ataupun menggunakan Keluargaku sebagai tameng."

"Jangan membicarakan masalah identitas gelapku. Itu hanya dua sisi yang berbeda. Aku bisa menjadi suci, tapi aku juga bisa mengubah diriku menjadi kotor."

Samael menjentikkan jarinya, dan segera layar virtual muncul didepan mata para agen disana yang mengejutkan mereka!

"Sejujurnya langkahmu salah Emory. Kau seharusnya mengajakku minum teh, bukan aku yang mengajakmu." Samael menunjukkan senyuman ironis pada Emory.

Karena masalahnya begini....

Setiap orang yang bertamu, pasti memiliki tujuan tertentu bukan? Sebagai tuan rumah, pasti akan mendengarkan dan jika ada masalah pada tamunya, maka sebagai tuan rumah mereka pasti akan menjadi pendengar yang baik bukan?

Apa ujungnya?

Sang tamu kemungkinan besar akan meminta bantuan, dan sang tuan rumah akan memutuskan. Membantu, atau tidak membantu.

Ini sama dengan kasus Emory dan Samael.

Seperti yang dikatakan, Emory mengambil langkah agak tergesa-gesa. Jika dia bertahan sedikit saja di pekarangannya, maka posisi Tuan Rumah akan menjadi miliknya!

Tapi sekarang? Samael yang menjadi Tuan Rumah!

Alur, ada di tangannya!

Ini adalah hal yang jarang diperhatikan, tapi ini fatal jika salah langkah.

Satu-satunya cara untuk membalikkan posisi ini, maka hanya dengan cara mengambil alih alur pembicaraan agar sang Tuan Rumah memasuki alur pembicaraan Tamu!

Biasanya langkah ini, dilakukan oleh para penipu. Dan ini pula yang dilakukan oleh Emory. Sayangnya....

"....Kau mengancam kami, Samael !!!!!" Emory akhirnya menunjukkan wajah jelek. Terutama saat melihat data di layar virtual itu.

Tapi senyuman lebar ada di wajah Samael, "Mengancam? Tidak, aku adalah Tamu. Tidak seperti alur biasa, aku sudah tahu tujuanmu. Tapi kau memutar-mutar pembicaraan dengan harapan aku masuk ke alurmu."

"Sekarang kau kalah. Check, Emory."

Samael membaringkan punggungnya malas ke sofa sembari menunjukkan senyum kemenangan, terutama saat melihat wajah jelek Emory yang melihat data di layar virtual itu.

"Sekali lagi Emory, aku adalah bajingan. Aku mampu menganalisa hati lawan, dan memanfaatkannya. Jika aku memanfaatkan data ini, dan menggunakannya kepada pengaruh Dunia, bagaimana menurutmu respon berbagai negara?"

"Apa yang kau lakukan adalah memicu kehancuran Amerika!"

"Ohhh, aku sudah melakukannya. Dua kali. Bertambah satu, tidak masalah bukan?"

Next chapter