webnovel

Buku Permintaan

Apa yang terjadi dengan Reinkarnasi, tapi tetap berada di lingkungan Modern? Apa yang terjadi jika kita memiliki Buku Permintaan yang mengabulkan satu keinginan tiap satu tahun? Apa yang terjadi bila Dunia ini melegalkan Polygamy? Apa yang terjadi bila Dunia ini karena adanya perang dunia ketiga mengurangi kebudayaan musik dan film? Ikuti kisah Samael Duodere, seorang reinkarnator yang memaksakan hidupnya ke jalan bergelimang harta tahta, dan wanita ini! -------------- Peringatan: unsur disini ada Incest dengan ibu atau bahkan mungkin adik perempuannya. jika kalian tidak suka harem besar dan Incest, jangan baca ini.

Yuuya3 · Urban
Not enough ratings
721 Chs

Realistis dan Idelalis

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

Menanyakan masalah ini, Samael melirik dua wanita yang ada di sampingnya.

Kedua pasang mata dari dua wanita itu menatap Samael sebelum akhirnya Sophie bertanya: "Yang Mulia, katakan dengan jujur!"

"Apa rencana Anda selanjutnya?"

Samael memeluk kedua pinggang wanita ini dan menyandarkan dirinya ke sofa, "Rencana selanjutnya...Mari kita bicarakan dari yang paling simpel..."

"Bebaskan Inggris, beri posisi yang kuat di Dewan Dunia, lalu....tidak ada. Kerjakan saja pekerjaan yang ada dan perintah Inggris!"

"Itu saja~"

Sophie tidak puas dengan ini sebelum akhirnya dia menatap Freya untuk meminta bantuan kepadanya.

Freya yang melihat tatapan ini hanya mendengus dan malah bertanya, "Jawaban Samael menurutku tidak salah."

"Sejujurnya yang tidak aku tahu itu kau Sophie. Kau ingin membebaskan Inggris, lalu apa?"

"Samael telah memberikan ini padamu, sekarang adalah bagianmu. Jangan katakan kau hanya ingin membebaskan Inggris lalu Bye...Kau lepas tangan?"

"Tidak berguna!"

Benar saja, keduanya benar-benar tidak bisa akur~

Tapi Sophie juga tidak menyangkal ini dan melah membusungkan dadanya, "Yang aku inginkan hanyalah membebaskan Inggris, memberikan keluasan pada rakyat bawah, dan tentu saja mensejahterahkan mereka!"

"Tidak seperti yang kau kira, setelah Yang Mulia naik tahta, aku bisa menggunakan kekuasaannya untuk mewujudkan utopia milikku!"

"Itulah yang kusebut idealisme tidak berguna."

Samael yang mendengar kata-kata Freya segera menepuk kepalanya dan berkata, "Jika kau mengatakan itu, bisakah aku mengatakan bahwa kau sebenarnya realistic?"

"Bukankah sudah jelas?"

Samael tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Memperjuangkan Realistis itu bagus..."

"Namun, semua realistis itu sesungguhnya mengandung bahaya sebab mereka memiliki hubungan dekat degan rasa pesimis."

"Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang, dan tidak semua realistis itu lebih baik."

Mendengarnya, Freya mengerutkan keningnya dan hidungnya sedikit bergetar: "Samael, kau sekarang adalah pemimpin, Raja!"

"Sebagai seorang Raja, kau harus praktis dan realistis..."

"Namun sebagai Raja atau pemimpin, Yang Mulia harus berbicara visioner dan idealis untuk masa depan Negara!" (Sophie)

Mata gadis itu menatap Freya dengan kesungguhan sebelum akhirnya dia mengucapkan: "Freya, kau hanya selalu melihat sisi optimis dari kehidupan, tapi kau tidak cukup realistis untuk mengetahui bahwa hidup itu kompleks!"

"Pada awal perencanaan...kita hanya bisa bercita setinggi langit....seidealisme mungkin! Baru saat itulah kita harus bisa mewujudkan realitas dari mimpi ini!"

"Tidak ada orang besar yang selalu berpikir realistis, karena mereka semua berpegang teguh pada awal idealisme mereka!"

"Pada prosesnya memang tidak mudah, tidak ada yang instan, tapi itu semua hanya butuh butuh waktu!"

Freya hanya bisa tertawa jijik dan berkata dengan dingin: "Apa yang kau katakan hanyalah sebuah proses, tapi bukan suatu pemikiran akan prediksi yang harus dipikirkan sebelum melangkah."

Freya mulai berbicara lagi dengan nada yang semakin dingin namun tegas, "Lihat Samael sejak awal, kau hanya tahu dia sudah ada di pertengahan jalan dan tidak melihat rencana yang dia miliki."

"Kenapa? Itu karena dia bersikap realistis!"

"Ketika kau memikirkan masa depan, dia sudah menulis rencananya, semuanya...bahkan jika dia harus menipu seluruh Inggris!"

"Sejak awal Samael sudah percaya bahwa dia sudah akan berhasil, kenapa? Karena dia sudah melihat persentase realisme rencananya!"

"Apakah ada kaitannya dengan idealisme konyolmu itu?!"

Sophie entah kenapa tersentak dan langsung berdiri, "Visi yang tidak realistis tetap lebih baik daripada tidak berani melangkah tanpa tujuan sejak awal !!!!"

"Bahkan jika itu artinya kau melangkah ke jalan berapi yang jelas akan gagal jika dipikirkan?!" (Freya)

"Daripada hanya diam, apa gunanya?!" (Sophie)

"Jika sesuatu tidak rasional, itu berarti tidak akan berhasil. Kaulah yang bodoh!" (Freya)

"Kalau kita hanya sekadar bermimpi dan tidak punya bakat dan usaha menggapainya, apa gunanya bermimpi? Buang-buang waktu Sophie !!!"

"Itu artinya kau Pengecut !!!"

"Apa kau bilang! Semua ini pada awalnya adalah ulahmu !!! Dasar wanita tidak berotak!"

"Susu sapi!" (Sophie)

"Otak kapas !!" (Freya)

.

.

.

Bla...Bla...Bla...

Samael yang mendengar pertengkaran antara idealis dan realis sampai saat ke pertengkaran antara saling menghina ini...

Hanya bisa diam karena pada dasarnya pertengkaran seperti ini bukan hal yang aneh.

Realis dan Idealis, keduanya tidak akan pernah bisa bersatu...

Atau itulah yang orang lain pikirkan, tapi Samael tidak!

Untuk berbuat salah dalam menjangkau mimpi...itu adalah manusia.

Jika orang lain berpikir itu bodoh, maka tolong lihat diri kalian sendiri atas perilaku kritis yang akan terjadi atas analitis yang bersikap bijaksana dan realistis sehingga tidak membantu diri kalian untuk melangkah...

Berpikir realistis sering kali berbeda dari "berpikir idealis", karena ini adalah penilaian situasi yang berbeda namun saling berhubungan...

Menurutnya, keduanya itu penting karena jika keduanya bersama, itu bisa memperbaiki masalah yang memungkinkan!

Sebagai contoh...

Sebagai seorang idelalis, kalian harus berpikiran untuk terus unggul dalam segala hal atau segalanya daripada orang lain!

Tapi sebagai Realistis, mereka akan menyarankan kalian untuk melakukan seminimal mungkin untuk bertahan dari kebobrokan mengejar kesempurnaan tadi.

Jika Idealis adalah sebuah lampu, maka Realis adalah saklarnya!

Tapi dalam kasus Samael, Sophie adalah lampunya, Freya adalah Skalranya, dan dia adalah kabelnya yang menerima semua masukan keduanya untuk melihat situasi mana yang baik untuk dilakukan!

Semua pemikiran yang berbeda ini adalah bukti bahwa manusia itu layak untuk hidup~

Atau itulah yang Samael pikirkan sampai saat ponselnya berbunyi.

Mendengar suara ini, pertengkaran dua wanita itu berhenti dan keduanya melihat Samael yang saat ini memiliki wajah aneh.

"Siapa?" x2

"...Ibuku."