webnovel

Perbincangan Tatap Muka

".....Jadi, ada pembajakan?"

"Ya."

"Targetnya adalah Helina? Hasilnya, dia sedikit terluka?"

"....Ya!"

"Begitukah?" Samael mendecakkan lidahnya dan berkata, "Sepertinya penjagaan masih kurang? Siapa sangka orang-orang bodoh itu akan mengerahkan senjata berat ke tengah kota."

"...Lord, tidak menyalahkan kami?" salah satu malaikat yang sedang berlutut di depan Samael mengangkat kepalanya dan bertanya dengan aneh dan penuh kejutan!

Bagaimanapun, perlindungan Helina ada di dalam mata mereka!

Tapi sekarang? Helina sedikit terluka. Bahkan ada kemungkinan besar untuk Helina, yang belum pernah mengalami hal seperti tadi akan sedikit memiliki guncangan mental!

"Apa yang sudah terjadi sudah terjadi, lagipula Helina tidak terluka parah berkat kalian semua."

Sayangnya Samael hanya mengatakan itu dan berdiri langsung dari kursinya lalu pergi menuju gerbang emas yang ada di ruangan itu.

"Tapi, aku tidak mau kegagalan di kali berikutnya!" Suara tenang namun penuh tekanan ini terdengar saat sosoknya akan menghilang ke dalam pembatas Dua Dunia.

Sosok-sosok disana hanya bisa menundukkan kepalanya lebih rendah dan mengatakan "Sesuai Keinginanmu !!!" dengan serempak!

Samael yang sudah memasuki Surga Puncak, hanya berjalan dengan langkah tenang. Tapi siapapun yang mengenalnya dapat merasakan ada kemarahan yang dipendam dalam hatinya saat ini!

Dia marah, tentu saja Samael marah!

Dia sangat marah sehingga saat dia, Gabriel, Mary, dan Agnes tadi dalam satu ruangan mengetahui berita penyerangan Helina, rasa kematian mencuat di seluruh gedung yang bahkan membuat beberapa orang pekerja jatuh pingsan!

Helina adalah wanita pertama yang sangat dia sayangi di dunia ini. Tapi ada orang bodoh yang ingin menyerangnya sebagai alat tawar-menawar?!

Bodohpun ada batasnya !!!

Dan saat ini, berdiri di depan pintu gerbang mewah yang dijaga oleh dua sosok malaikat tampan dengan enam pasang sayap, Samael mengambil nafas dalam-dalam dan menyingkirkan niat buruk yang ada di hatinya.

Saat kedua penjaga itu membukakan pintu, Samael melihat sosok Helina yang sedang duduk kesepian di sofa, dan disekitarnya ada beberapa malaikat cantik yang berdiri diam.

"Helina...." Samael menyapa Helina dengan tenang dan langsung duduk di sampingnya.

Lambaian tangan langsung terlihat di mata para pelayan yang ada di ruangan itu, dan semuanya langsung pergi tanpa mengeluarkan sedikit suara disana!

"Samael? Kenapa kau kesini?"

"Tidak bisakah aku kesini?" tanya Samael aneh.

"Tentu saja tidak masalah. Tapi, tidakkah kau sibuk?"

"Hah? Tidak, Tidak, aku tentu saja sibuk, tapi antara pekerjaan dengan Ibuku, aku memilih yang terakhir tentunya bukan?"

Anehnya, Helina hanya menatap Samael dengan mata aneh, sampai akhirnya keduanya hanya bisa tertawa kecil satu sama lain disana.

Kedua mata yang memiliki warna pupil sama, saat ini tengah saling menatap satu sama lain sampai akhirnya senyum lembut terpampang di wajah mereka.

Tangan kanan Helina terulur kedepan dan dengan lembut mengelus pipi Samael.

Kehangatan ini, rasa ini, Samael sangat bisa mengatakan bahwa ini adalah hal paling familiar dalam kehidupannya....

Salah satu tangannya langsung memegang tangan itu, dan mulutnya langsung terbelah ingin mengeluarkan suara dari mulutnya.

Tapi saat berikutnya langkah itu terhenti, karena Helina tiba-tiba berkata, "Aku tidak akan menerima permintaan maafmu."

"...Ahhh~, kau masih sama saja." Helina mengatakan, "Aku tidak terluka parah, hanya saja itu sedikit mengejutkan."

Samael hanya bisa tersenyum pahit mendengar ini dan berkata, "Paling tidak biarkan aku meminta maaf? Kau selalu saja seperti ini."

"Selalu, selalu seperti ini. Saat aku melakukan kesalahan besar, kau hanya akan mengatakan itu dan akan memberiku sedikit kalimat penenang. Tapi anehnya, saat aku melakukan kesalahan kecil, kau akan sangat marah."

"Ohhh, kesalahan kecil? Seperti?" Helina menyipitkan matanya.

"Seperti? Hmm...Mencari menantu lebih banyak untukmu? Salah, seperti....mengambil posisi ayah dari hatimu?"

"...." Helina menatap tajam Samael, dan tangan yang awalnya mengelus pipinya langsung berubah menjadi penjepit kepiting yang sangat kuat!

Naluri alami wanita....

"Itu bukan kesalah kecil oke? Itu "keserakahan besar"...Tolong bedakan dua hal yang berbeda ini."

Dengan dengusan dari hidungnya, Helina melepas pipi Samael sejenak. Dan ruangan langsung sunyi senyap selama beberapa detik.

Sebelum akhirnya kedua tangan Helina sekali lagi terulur menggenggam erat jas Samael. Genggaman itu sangat erat, tubuhnya job ga terlihat gemetar.....

Samael dengan lembut menakan kepala Helina dengan lembut ke dadanya dan berkata: "Kau selalu saja berusaha sangat keras di depanku dan yang lain, itu... terlalu keras."

"Melunaklah sedikit, paling tidak jika itu hanya ada kita berdua di sekitar?"

"...Diam, aku sedang berusaha menenangkan diri!"

"Ayolah....Aku menunggumu untuk menangis di pelukanku dan disana aku akan muncul dan memperdalam hubungan tidak murni ini?"

"Diam!"

Helina tidak menjawab lagi setelah mengatakan itu, dan hanya terus membenamkan kepalanya lebih erat ke dada Samael seolah mencari kenyamanan.

Sampai akhirnya dia berkata, "Jika itu dulu, mungkin. Tapi sekarang? Kau, telah sedikit mengeraskan hatiku sedikit oke?"

"Selain itu, aku tahu diri dan harus membiasakan diri dalam keadaan seperti ini. Identitas keluarga kami sudah berubah, tidak mungkin menyembunyikan diri dari publik, dan tidak mungkin ada orang bodoh di dunia berkurang!"

"Hey, kata-kata terakhir, aku sangat menyukainya!" Samael mengatakan itu dengan santai.

Samael menghela nafas, dan melanjutkan kata-katanya: "Tapi itu benar, aku sudah menyinggung banyak orang. Dan orang-orang bodoh itu, lupakan, membicarakan masalah mereka akan mengurangi IQ milikku."

"...Katakan dengan jelas padaku Samael." Helina mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan sedikit jejak air mata di sudut matanya.

"Tilina, Ririca, Finri....pastikan mereka tidak mengalami ini!"

Samael menggelengkan kepalanya mendengar ini, dan berkata: "Bukan hanya mereka, semuanya...."

"Jangan khawatir, aku mungkin "orang bodoh", tapi bawahan di tanganku bukanlah salah satu jenisnya. Meskipun aku tidak bisa menjamin secara pasti, karena pasti akan ada ikan kecil yang lolos, tapi aku sudah memastikan keamanan maksimal bagi mereka semua !!!"

"Keluargaku, tidak ada yang bisa menyentuhnya!"

-----------

Sementara itu, di lautan tak berujung yang bebas dari populasi manusia dan daratan penuh kehidupan....

Terlihat sebuah pesawat kecil hanya muat menampung beberapa orang tengah terbang di atas dengan sangat cepat!

Di dalam ruangan jet itu, terlihat seorang lelaki tua dengan perut gendut dan cerutu di tangannya, dan ada juga dua oran lain dibelakangnya.

Dan saat ini, wajah pria gendut itu sangatlah terlihat ketakutan, dan dia hanya bisa meraung: "Percepat penerbangan, dasar idiot !!!!"

"Tapi, ini sudah kecepatan maksimum! Jika diteruskan, mesin akan meledak!"

"Diam! Aku bilang dipercepat, maka itu diper....."

Kata-kata pria gendut itu langsung tercegat di mulutnya saat dia melihat sesuatu di kejauhan, tidak...di sekelilingnya!

Cahaya emas menyinari seluruh lautan dalam jarak ribuan kilometer, dan pantulan cahaya yang indah memantulkan kecermelangan ini!

Saat orang-orang itu terkejut, pilot di pesawat itu hanya bisa menatap kosong hal didepannya dan menggumamkan satu hal...

"Malaikat...."

Next chapter