webnovel

Darah Lebih Kental Daripada Air

"Duke, apakah Anda sudah baikan sedikit?"

Samusiel bertanya kepada Kakek Henry yang saat ini sudah tidak bisa menahan diri untuk merokok di wilayah yang diperbolehkan di Rumah Sakit Victoria.

Merokok memang sangat buruk bagi kesehatannya yang sekarang sudah di usia tua ini....

Dia tahu ini juga, tapi dia sudah tidak bisa menahannya karena hanya dengan begini, dia bisa menenangkan diri atas kemalangan yang dia terima!

Menghembuskan asap kotor dari mulutnya, Kakek Henry berkata: "Tidak masalah Sam, tidak masalah."

"Istriku masih dirawat disini karena kejadian kemarin, meski tidak fatal, tapi dia masih tidak merasa nyaman..."

"Tapi siapa sangka, sahabatku akan meninggalkanku di pagi hari ini. Ini, benar-benar hari yang buruk."

Samusiel tertekan mendengarnya, dan dia membuka mulutnya: "Duke, menurut Anda, apa yang harus kita lakukan dengan Jasad Yang Mulia?"

".....Tahan pengumuman kematian Sean dan jangan biarkan siapapun tahu masalah ini kecuali kau, aku, dan juga orang yang akan mengawetkan jasad sahabtku. Hari ini masihlah hari bahagia untuk Inggris....Jangan berikan berita itu keluar."

"Tapi Duke!" Samusiel sedikit bersemangat saat ini, "Jika Yang Mulia tidak dikremasi secepatnya..."

"Aku bilang tidak perlu, biarkan profesional mempertahankan jasadnya dan hindari pengawasan publik semaksimal mungkin!"

Kakek Henry menyesap dan menghembuskan asap rokok lagi dan berkata, "Paling tidak besok, biarkan Inggris merasakan rasa sakitnya....Mungkin."

"....Apakah Anda merasa bahwa popularitas Yang Mulia Samael akan menarik kesedihan atas kematian Yang Mulia?" tanya Samusiel ragu.

Kakek Henry menatapnya sedikit dan berkata, "Orang itu sangat berbakat, otaknya bekerja sangat cepat untuk mengatasi beberapa masalah, tapi ada juga kalanya dia akan bodoh."

"Seperti saat dia yang saat ini pasti masih memikirkan cara untuk mempersatukan Duodere kami."

Samusiel terdiam mendengarnya, sebagai seorang pelayan pribadi Raja Tua, dia masih bisa dipercayai oleh Kakek Henry.

Karena itulah Kakek Henry berani menceritakan masalah kemarin kepada Samusiel, dengan harapan berbagi beban.

Sekarang Samusiel tahu, dan dia juga hanya bisa menggelengkan kepalanya sedikit pada keretakan sedikit pada hubungan Duodere kali ini.

Menurutnya, apa yang dilakukan Samael itu masih salah, tapi siapa yang menyuruh Samael sekarang berdiri di puncak?

Peraturan? Apa itu peraturan selama orang itu adalah peraturan itu sendiri?

Di sisi Kakek Henry, dia menjentikkan rokoknya dan berkata lagi: "Pamor Samael telah maju lebih tinggi daripada Pamor Sean."

"Mungkin masih akan ada yang sedih atas kepergiannya, tapi sedikit. Satu adalah Raja yang hanya bisa memberikan kematian dan kesengsaraan atas pertarungan tahtanya, sedangkan yang satu adalah Raja dengan integritas tinggi, peduli pada rakyat, pandangan masa depan yang maju, dan mampu meninggalkan kesan mendalam dengan cepat di hati Rakyat bawah..."

"Anak kecilpun mengerti kebesaran Samael. Sekarang aku tanyakan padamu, siapa yang akan menang?"

"Yang Mulia, Samael." kata Samusiel dengan sedikit tersedak.

Dia memang harus mengakuinya, dari segi pengetahuan dan strategi, atau bahkan cara naik ke posisinya sekarang...

Jika Samael mengatakan nomer dua, tidak ada sosok di Dunia yang berani mengatakan bahwa dia adalah nomer satu!

"Lihat, sudah jelas bukan?"

Kakek Henry sedikit tersenyum melihatnya, "Ditambah sekarang, Inggris telah menjadi pusat Dunia. Dan Samael sekali lagi disorot..."

"Menurutmu, apakah kematian Raja yang bahkan belum pernah terlihat di mata Luar akan boom seperti itu?"

"Media mungkin akan membesar-besarkannya, tapi yang tidak tahu apa-apa bagaimana?"

"....Jadi ikuti saja saranku, biarkan profesional mengawetkan tubuh Sean sementara, lalu keesokannya, kita akan mengumumkan kematiannya, alasan penyakit, dan juga acara pemakamannya!"

"Tiga hari liburan, ditambah satu hari libur atas mengenang kematian Yang Mulia Sean. Dimengerti Duke, saya akan melaksanakannya!"

Samusiel membungkuk hormat pada Kakek Henry, lalu dia pergi dari area itu untuk melaksanakan perintah Kakek Henry.

Kakek Henry yang ditinggalkan tiba-tiba menggencet puntung rokoknya lalu membuangnya ke tong sampah disana.

Menatap kosong kedepan, dia berbisik: "Sekarang, apa yang akan kau lakukan untuk menyatukan tali yang telah terputus ini Samael?"

"Aku membencimu, tapi bagaimanapun, kebencian ini hanyalah sementara."

"Dibandingkan kau, hubunganmu dengan Helina, meski tidak menghormati mendiang ayahmu..."

"Aku dan leluhurmu jauh lebih buruk bukan? Menikahi garis keturunan cabang Duodere lain yang bahkan memiliki darah yang sama..."

"Aku tidak marah, aku hanya benci atas apa yang kau lakukan, atas semua keserakahanmu, atas ketidaktanggungjawabanmu, dan atas kebecusan Helina yang juga tidak bisa menahan dirinya sendiri."

"Kau laki-laki, aku juga mengalami hal yang sama denganmu dulu, tapi bedanya, aku memilih jalan setia, tapi kau memilih jalan lain."

"Atas nama keluarga Duodere, aku harap kau bisa menampilkan rasa keadilanmu yang baik, dan rasa penjagaanmu yang tinggi pada keluargamu sendiri!"

Kakek Henry berdiri, membuka pintu ruangan dan berbisik: "Aku, dan Nenekmu menunggumu."

...

Samael yang menggendong Finri di lehernya tiba-tiba memutar tubuhnya melihat ke arah Rumah Sakit Victoria berada.

Hal ini menyebabkan Finri menepuk-nepuk kepala Samael dengan kesal, "Apa yang kau lakukan Kakak! Finri hampir jatuh!"

"Ah? Ohhh....Maaf sayang, hanya saja, ada sesuatu yang aneh, tapi apa itu...aku tidak tahu."

Daisy yang kembali dari stan bazaar dengan sosis di tangannya kebingungan: "Ada apa, Finri?"

"Ssssttt..."

Finri menunjukkan gerakan diam disana, dan itu membuat Daisy memiliki tiga tanda tanya hitam di atas kepalanya sekarang.

Iris sedikit tertawa melihat ini, tapi sejujurnya dia juga tidak tahu dengan ini.

Dan Samael sendiri, setelah hening sejenak melihat kosong ke langit, dia akhirnya menghela nafas dan berbisik: "Kurasa aku sedikit tahu apa itu tadi..."

"Yaaa...Itu benar, «Darah Lebih Kental Daripada Air»"

Next chapter