"Susah-payah aku kuliah sampai harus banting tulang membangun sebuah perusahaan hanya untuk menjadi layak bersanding dengan Kania. Tapi apa yang aku dapat sekarang?? Kau datang dan menghancurkan semua mimpiku hanya demi memperbaiki nama baik keluargamu!!!" ujar Bima.
Melvin tercekat mendengar perkataan sahabat semasa kuliahnya dulu.
Namun Chef itu segera tersadar lalu memasang wajah datarnya. Sebisa mungkin dia akan bersikap biasa-biasa saja dihadapan Bima, karena Melvin pun juga sudah tau sifat dan kebiasaan teman satu asramanya dulu.
Melihat ekspresi Datar Melvin, Bima semakin jengkel dibuatnya.
"Kenapa Vin. Apa kau terkejut karena aku sudah tau semua kebusukanmu?!?" Pria itu masih terus meluapkan emosinya.
"Aku sudah tau semuanya. Rencana kau menikahi Kania hanya tipuan belaka. Tipuan yang direncanakan ayahmu, agar nama baiknya tidak ter-nodai oleh kelakuan busuk anaknya!"
Melvin tertawa sumbang dan bertepuk tangan, "HAHAHA .... Apa tuan Bima sudah selesai berpidato??! Tidak perlu membicarakan kebusukan orang lain untuk menjadi suci. Apa perlu, aku bongkar juga semua kebusukanmu?? Ah ... tapi sayang nya itu tidak ada untungnya bagiku." Katanya tak kalah sombong.
"Aku tidak akan mengelak saat kau menghinaku. Kau bilang kelakuanku busuk. Ya, itu benar! Kau bilang aku, pria yang tidak punya perasaan. Ya, itu benar! Atau kau ingin bilang kalau keluargaku hanya memanfaatkan Kania hanya untuk kepentingan pribadi. Ya, itu juga benar!"
"Tapi, ada satu hal yang harus kau tau, Bima. Aku dan ayahku melakukan ini, hanya untuk melindungi Kania. Kau bilang kau mencintai gadis itu?? Cih ...! Nyatanya kau tidak tahu siapa sebenarnya Kania. Kau tidak tahu apa latar belakangnya, bahkan kau juga tidak tahu bahaya apa yang sedang mengintai gadis itu." Ucap Melvin membalas.
"Aku tidak peduli dengan semua omong kosongmu. Yang pasti aku tidak akan mundur sampai Kania sendiri yang memilih salah satu diantara kita. Persetan dengan persahabatan kita, Melvin. Aku sudah muak dengan semua tingkahmu." Ucap Bima.
"Aku juga sudah muak punya teman bermuka tebal sepertimu!!" Chef itu berlalu pergi meninggalkan Bima dengan amarah yang membara.
---xXXx---
"Masih ingat jalan pulang, Kania?!?"
Kania terkejut mendengar suara bariton dari arah ruang tamu yang sudah gelap. Tadinya gadis itu berpikir kalau Ayahnya sudah tidur. Tapi ternyata sang Ayah masih terjaga dan sekarang beliau berdiri tepat di hadapan Kania.
"Sudah jam berapa ini Kania??" kata Ayah Haryo. Kania menunduk takut, "Apa kamu lupa dengan peraturan yang sudah Ayah buat??"
"Ka-Kania ...." lidah gadis itu mendadak kelu.
"Dari mana saja kamu sampai baru pulang selarut ini??" tanya sang ayah mengintimidasi.
"Ta-tadi Kania—" ucapan gadis itu terpotong suara bunda.
"Kania, kamu kok baru pulang? Mentang-mentang jalan sama calon suami, sampai-sampai lupa waktu." Kata bunda Rani sembari menuruni anak tangga.
Ayah Haryo dan Kania sama-sama mengernyit.
"Calon suami??" tanya ayah bingung.
Bunda Rani menoleh kearah suaminya, "Iya Ayah, tadi sore Melvin datang kesini, tapi Kania sedang tidak ada dirumah. Jadi Bunda tadi menyuruhnya untuk menyusul Kania di Cafe langganan Kania."
Ayah Haryo menatap Kania, "apa benar yang barusan dikatakan bunda , Kania?"
Kania terdiam. gadis bermata coklat itu sedang mencerna kata-kata bunda barusan.
_Melvin ke Cafe? Tapi kapan?? Aku bahkan tidak melihatnya sama sekali. Apa dia melihatku bersama Bima tadi?_ Gumam Kania dalam hati.
"Kania?" panggil ayah Surya lagi.
"I-iya Ayah tadi Kania pergi sama Melvin." Jawab Kania berbohong.
Kania menundukkan wajahnya. Gadis itu terpaksa berbohong agar sang ayah tidak marah. Sungguh dia tidak bermaksud untuk menipu kedua orang tuanya. Tapi apa daya, dia juga tidak mungkin jujur mengenai pertemuannya dengan Bima.
Ayah Haryo menghela napas. Pria paruh baya itu berdecak pinggang, "Ya sudah kalau begitu. Tapi ini terakhir kalinya Ayah melihat Nia pulang selarut ini. Apa kamu lihat jam itu??" ayah Surya menunjuk jam yang menempel didinding. Kania menatap kearah tangan ayahnya menunjuk.
"Sudah hampir jam 11 malam Kania! Apa pantas seorang wanita keluyuran bersama seorang pria dimalam hari?! Walau Melvin itu calon suami kamu, tetap saja ada batasan-batasannya. Memangnya Nia ingin tetangga-tetangga kita membicarakan hal yang tidak-tidak??" " tambah Ayah Haryo.
Kania hanya menggelengkan kepalanya. Gadis itu berkata, "I-iya Ayah Nia minta maaf," lirihnya.
Sang ayah hanya menghela napas pelan, "Apa, Melvin yang mengantarkan kamu pulang?"
Kania menggeleng. Gadis itu tetap menundukkan wajahnya. Dia tidak berani menatap mata ayahnya.
"Ya sudah, besok Ayah akan bicara langsung sama Melvin agar tidak mengulangi kejadian seperti malam ini!" Kata ayah Haryo sambil mengusap lembut puncak kepala Kania.
Tubuh Kania menegang. Gadis itu menjadi panik seketika. Bagaimana mungkin ayahnya akan bicara dengan Chef itu tentang kejadian malam ini, kalau Melvin sendiri tidak tahu apa-apa??! Bisa gawat jika Chef itu menceritakan kebenarannya pada sang ayah.
Apalagi Kania yakin kalau Melvin tadi melihatnya bersama Bima. Bisa gawat jika ayah-bundanya sampai tahu jika dia pergi menemui lelaki lain di saat statusnya sudah menjadi tunangan Melvin.
"Jangan Ayah!!" Kania menyergah tiba-tiba.
Ayah Haryo mengerutkan dahi, "Kenapa memangnya, Kania?"
"I-itu ..." gadis itu bingung bagaimana menjelaskannya.
"I-Itu ... na-nanti ... biar Nia sendiri saja yang memberitahu Melvin, Ayah." Ucapnya tergagap.
"Sudah-sudah biarkan masalah ini, Kania dan Melvin yang menyelesaikannya bersama, Ayah. Mereka sudah dewasa. Sudah seharunya mereka menyelesaikan masalanya bersama-sama. Iyakan, Nia sayang." Jelas bunda Rani. Perempuan paruh baya itu menangkap dengan jelas kegugupan putrinya.
"Ya, itu juga ide yang bagus. Mengingat mereka akan menikah sudah seharusnya mereka berdua menyelesaikan masalahnya bersama." Seulas senyum terlihat diwajah keriput sang ayah.
"Ya sudah, sekarang Nia istirahat, ya, besok kamu masuk kerjakan, sayang," ucap bunda sambil mengusap kedua bahu Kania.
Kania mengangguk. Gadis itu berpamitan pada ayah bundanya untuk bergegas tidur.
**********
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
.
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius