webnovel

Bukan Salah Ta'aruf

Pernikahan adalah impian bagi setiap insan, karena pernikahan juga sebagai penyempurna agamamu. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang telah di impikan malah menjadi petaka di kehidupan rumah tangga yang telah dibina bersama. Inilah yang dirasakan oleh Fatma Pasha perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya melalui jalan Ta'aruf dengan laki-laki bernama Hendra Firmansyah. Awalnya Fatma sempat ragu, karena ia belum mengenal sosok Hendra lebih jauh. Namun kedua orangtua Fatma bersikukuh meyakinkannya bahwa Hendra adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Sampai pada ketika usia pernikahan mereka genap satu tahun, Fatma dinyatakan positif hamil oleh dokter. Hal tersebut menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk untuk Fatma, pasalnya ketika Fatma baru saja tiba dirumah selepas pergi dari rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang wanita bernama Annisa dan mengaku sebagai istri sah Hendra, Fatma tidak percaya namun Annisa membawa semua bukti-bukti pernikahannya dengan Hendra.

julietasyakur · Urban
Not enough ratings
237 Chs

Kita Masih Sah Sebagai Suami Istri!

Setelah berkendara kurang lebih 35 menit, akhirnya mereka berdua tiba di sebuah apartemen. Hendra mengernyit bingung kenapa Annisa membawanya ke apartemen.

"Kenapa diam aja sih, Mas? Ayo turun?"

"Tapi kenapa kita ke sini?"

Annisa menghela nafas. "Kalau gak ke sini emangnya kamu mau tidur di mana? Ayo Mas turun, aku sudah sewa tempat ini untuk beberapa hari ke depan. Ya bisa di bilang ini liburan pertama kita, setelah bertahun-tahun kita berpisah" seru Annisa.

Sementara Hendra hanya termenung dan langsung turun dari dalam mobil, sambil mengekori Annisa. Kini mereka berdua sudah tiba di kamar yang Annisa pesan, ruangan ini cukup luas dan terdapat 2 buah kamar tidur. Hendra memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa, ia merasa sangat lelah setelah melalui perjalanan jauh. Sementara Annisa tersenyum melihat Hendra, ia segera membawa kopernya ke dalam kamar dan bergegas membuatkan teh hangat untuk Hendra.

"Ini Mas, di minum dulu teh nya" ujar Annisa sambil meletakkan secangkir teh hangat di atas meja.

"Terima kasih, Nis" sahut Hendra yang beranjak dari tidurnya dan menyesap aroma teh Melati buatan Annisa.

"Aku mau mandi dulu ya Mas, gak betah gerah banget"

Hendra menganggukkan kepalanya. "Iya Nis, aku juga mau tidur dulu sebentar. Abis itu mandi"

Annisa mengangguk pelan, ia bergegas ke kamar mandi. Sementara Hendra langsung terpejam tak membutuhkan waktu lama. 15 menit kemudian, Annisa baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian nya. Ia segera membuat makan malam, untung saja dia membawa beberapa sisa makanan kaleng yang masih tersedia di rumah. Jadi ia tidak perlu repot-repot membeli makanan dari luar.

Setelah ia selesai memasak, Annisa segera menata masakannya di atas meja. Ia bergegas membangunkan Hendra secara perlahan agar Hendra tidak kaget.

"Mas Hendra, ayo bagun. Kita makan malam dulu, kamu kan belum makan dari tadi" ujar Annisa.

Hendra mengerjapkan matanya dan bergegas beranjak dari tidurnya. "Aku cuci muka dulu ya"

"Iya"

Annisa menunggu Hendra meja makan dan menyiapkan makanan untuk Hendra. "Sini Mas duduk, ini sudah aku siapkan makanannya"

"Terima kasih, Nis. Harusnya kamu gak perlu repot-repot ngelakuin ini"

"Memangnya kenapa? Aku ini masih sah sebagai istri kamu" seru Annisa, sementara Hendra tak menghiraukan ucapannya. Ia langsung menyantap makanannya di suapan pertama.

"Gimana mas? Enak gak?" tanya Annisa penasaran.

"Iya enak"

"Kamu gak inget sama moment makanan ini?"

Hendra mengernyitkan dahinya. "Memangnya ada?"

Annisa tersenyum. "Dulu awal pernikahan, aku mau masak ikan sarden. Tapi gak tau kenapa pas aku mau nuang isinya ke dalam wajan tapi malah kalengnya ikut jatuh"

Hendra tertawa terbahak-bahak. "Iya aku ingat itu, terus kamu langsung panggil aku kan"

"Jadi kamu masih ingat hal itu mas?" tanya Annisa berbinar.

"Iya aku ingat, dan akan selalu mengingatnya"

Annisa menitikan air matanya. "Ughh.. You're so sweet. Aku jadi terharu dengarnya mas" gumam Annisa, ia tidak menyangka jika Hendra masih mengingat kejadian tersebut.

Keesokan paginya Hendra terbangun dari tidurnya, ia mencari Annisa namun tak ada di ruangannya. Hendra langsung menuju balkon apartemen untuk mencari udara segar. Ia termenung dan masih tidak habis pikir dengan kejadian semalam, mertuanya setega itu mengusir ia dari rumah mereka. Dan yang paling membuatnya bingung ketika suasana sedang genting, Annisa muncul dengan tiba-tiba di hadapan mereka dan hal itu membuat suasana semakin kacau. Hendra masih menerka-nerka bagaimana bisa  Annisa menyusulnya ke Malang.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu di geser oleh seseorang, Annisa datang menghampiri Hendra dengan membawakan secangkir teh hangat dan juga beberapa potong croissant cokelat yang baru saja di belinya.

"Mas, kamu disini rupanya. Aku cariin ke kamar juga, gak taunya malah di sini". Ujar Annisa.

"Iya, aku suntuk di kamar". Jawab Hendra singkat.

"Kamu kenapa sih mas, kok lesu begitu. Udahlah mas, Fatma buang jauh-jauh dari pikiran kamu. Toh kamu masih punya istri yang setia kaya aku. Lagian mas, bisa gak sedikit aja kamu ngehargain aku sebagai istri kamu". Gumam Annisa.

Hendra menghela nafas. "Nis, kamu kalau ngomong jangan ngaco deh. Kita ini udah lama pisah". Sahut Hendra ketus.

"Tapi dalam agama kita masih sah sebagai suami istri". Seru Annisa.

Hendra langsung menatap Annisa sinis. "Terserah kamu mau bilang apa Nis, aku gak peduli". Gumam Hendra dan langsung bergegas pergi dari hadapan Annisa.

Annisa yang mendengar ucapan Hendra seperti itu langsung kesal, pikirnya ia harus mencari cara agar Hendra mau kembali lagi kedalam pelukannya.