webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Teen
Not enough ratings
14 Chs

Nayla #6

Hari-hari ospek sudah berlalu. Nayla sudah jadi mahasiswa sesungguhnya. Setiap hari berangkat mengendarai motor maticnya. Tentu saja dengan kerja keras minta Bunda untuk menyetujuinya.

Siang ini Nayla sedang makan di kantin kampus bersama Edo dan Rosita. Mereka teman baru Nayla. Tidak banyak temannya. Semenjak kejadian putusnya dengan Putra. Nayla tidak terlalu dekat dengan teman baru. Dia merasa tidak percaya dengan teman. Kecuali Tama. Nayla merindukannya. Namun Nayla masih enggan membuka komunikasi dengannya. Entahlah, Nayla masih menghindari hal yang berbau masa lalu. Hatinya masih rapuh.

"Gimana makalahnya Nay? Udah selesai?" tanya Rosita.

"Udah kok. Tinggal ngeprint aja." jawab Nayla sambil minum es jeruknya.

"Ada salam dari ketua BEM kita Nay" ucap Edo tiba-tiba.

"Siapa?"tanya Rosita penasaran

"Kamu beneran nggak tau ketua BEM kita Ros?" Edo merasa kesal ngomong sama Rosita.

"Kak Dimas yang ganteng itu? Emang dia suka sama Nayla?" Rosita makin penasaran.

"Bukan. Dimas suka sama aku" kesal Edo.

"Kalian jeruk makan jeruk?"

Tanpa jawaban, Nayla dan Edo meninggalkan Rosita sendiri di kantin. Heran kenapa mereka punya teman kayak Rosita. Padahal Rosita sudah jadi penulis novel romance best seller. Dia bisa punya uang saku kuliah sendiri dari hasil nulisnya. Tapi kalau ngobrol suka nggak nyambung.

....

Nayla sampai ke rumah Budhe dan di sana sudah banyak kendaraan parkir di garasi. Nayla terpaksa parkir motor di halaman belakang. Nayla masuk lewat pintu dapur. Nayla menyapa mbak Romlah ART di rumah Budhe. Ternyata ada teman-temannya Gina. Nayla tidak terlalu dekat dengan mereka. Meski mereka satu angkatan tapi Nayla selalu berusaha tidak akrab dengan teman-teman Gina.

Saat makan malam, Nayla melihat ada satu anggota yang ikut di meja makan. Dan dia adalah Laura teman dekatnya Gina. Katanya teman dari SMA. Jadi sudah biasa di keluarga Budhe. Malam ini Laura menginap untuk menyelesaikan makalah mereka.

Selesai makan mereka ngobrol di ruang tengah bersama termasuk Reyza.

"Makalah kamu udah selesai Nay?" tanya Laura ramah.

"Udah, tinggal ngeprint" jawab Nayla

"Masih dengan kelompok yang sama?" Gina menyambung pertanyaan dengan senyum kecutnya.

"Hehee iya. Selalu masih mereka" Nayla masih tetap tersenyum ramah. Hatinya mulai tidak nyaman.

"Memangnya ndak bosen Nay?" Gina masih menyudutkannya.

"Ndak mbak Gina. Sama teman sendiri ndak bakal bosen" Nayla mulai jengah menjawabnya. Dia ingin beranjak dari sana.

"Kamu ndak pernah gabung sama teman-temannya Gina?" sekarang Reyza yang bertanya penuh penasaran.

"Mana mau Nayla dekat kita. Dia sukanya ke perpus kantin bolak balik bertiga mulu. Aku aja lihatnya bosen" jujur Gina.

Nayla hanya tersenyum. Kemudian dia pamit untuk istirahat. Di kamar Nayla hanya melihat makalah yang sudah dibuatnya. Sudah siap untuk diprint. Namun sialnya printer Nayla ngadat, alias rusak. Nayla bingung harus bagaimana. Makalah itu harus ditumpuk pagi. Tidak mungkin mendadak ke tempat rental komputer. Nayla selalu bangun kesiangan.

Nayla berpikir untuk meminjam printer Gina. Tapi niatnya diurungkan. Nayla malas berurusan sama Gina, apalagi sedang bersama Laura. Sungguh Nayla tidak mau masuk ke kandang singa. Sekarang Nayla hanya bisa minta tolong sama Reyza.

"Mas Rey.... " Nayla mengetuk pintu kamar Reyza.

"Ada apa ini Mawar malam-malam ke kamar Mas?" Reyza membuka pintu dengan cepat.

"Nay mau ikut ngeprint makalah. Printernya Nay di kamar ngadat. Boleh Mas Rey?" Nayla berbicara sambil menundukan kepala.

"Boleh, tapi ada tiket masuknya" Reyza tersenyum licik.

Nayla mendengus kesal. Dan menuruti kemauan Reyza demi tugasnya.

***

Nayla sedang di perpustakaan kampus. Mencari novel inspiratif favoritnya. Dan menemani Rosita yang masih serius mengetik naskah novel terbarunya. Nayla selalu menikmati momen ini. Rosita terlihat lebih cerdas saat menulis. Dan Nayla merasa tentram bersamanya.

"Nay, kamu ndak mau membuka nomer Tama?" Rosita tiba-tiba bertanya.

"Belum bisa Ros"

"Udah hampir dua bulan loh. Ndak kasihan kamu sama dia? Aku aja yang denger ceritamu ikut ngenes sama nasibnya Tama"

"........"

Nayla mengernyitkan keningnya mendengar pernyataan Rosita. Nayla sudah menemukan novel baru, dan mulai serius membacanya. Siang ini kuliahnya agak santai. Jadi bisa ke perpus dalam waktu yang lama.

Mata Nayla mulai buram menatap novel, dia pun membuka ponsel untuk selingan dan ternyata ada pesan whatsapp. Itu pesan dari Reyza. Namanya di kontak bikin Nayla terkejut.

Mas Rey ❤️

Kalau masih berani hapus kontak cowok ganteng, bakalan ada hukuman tambahan 😜

Mawar

Mas Rey sehat kan?  😝

Mas Rey ❤️

😘

Nayla tidak tahu harus membalas apa. Nayla merasa Reyza sedikit gila. Dan Nayla lebih terkejut lagi saat melihat status di whatsapp. Reyza memasang foto Nayla semalam saat numpang ngeprint makalah di kamarnya. Foto itu diambil dari belakang. Foto itu ditutup stiker bunga Mawar sehingga rambut Nayla tidak tampak. Dan caption "my rose 🌹" membuat mata Nayla membelalak.

Semalam Reyza meminta ponsel Nayla. Dia tidak tahu apa yang dilakukan Reyza. Memang dari dulu Nayla tidak pernah mau menyimpan nomer Reyza. Bukan cuma dia. Nomer Gina dan Dimas pun tidak disimpan. Nayla benar-benar membatasi diri.

....

Dimas melihat status Reyza yang terbaru. Dia tersenyum dengan tatapan yang tidak bisa terbaca.

"Kekanakan arek iki" gumam Dimas Yang tidak terdengar oleh teman-temannya. Dimas sedang berada di basecamp BEM UMS. Beberapa mahasiswa sedang mengadakan diskusi tentang kegiatan akhir tahun.

Tidak lama Dimas menelepon Nayla dengan panggilan whatsapp.

"Assalamu'alaikum Nayla"

"Wa'alaikumsalam Kak Dimas. Ada apa?"

"Udah pulang belum? Boleh ketemu Nay nggak hari ini?"

"Belum kak, masih di perpus. Ada keperluan apa kak?"

"Kangen aja"

Tanpa ada jawaban telepon sudah mati. Nayla menutupnya tanpa permisi. Dimas hanya tersenyum menatap layar ponselnya. Nayla memang berbeda.

....

Di rumah Budhe, Gina sedang memasak pisang goreng dengan bimbingan Mbak Romlah. Sore hari yang gerimis ini cocok sekali buat penghangat suasana.

"Nayla belum pulang ya? Mamah ndak lihat daritadi"

"Nayla biasa mampir perpus dulu jam segini. Pulangnya kalau mau maghrib mah" jawab Gina

"Rajin banget Nayla, ndak kaya kamu Gin"

"Mamah jangan kaya gitu. Begini juga anak kandung Mamah"

"Nduk, jangan pernah bilang begitu di depan Nayla! Jaga perasaanya. Kamu sama Reyza jangan pernah menyinggung masalah statusnya"

"Nayla juga tahu kalau dia anak angkat"

"Tapi bukan berarti harus diungkit selamanya. Dia tetap keluarga kita"

"Benar kata Gina Mah. Dia tetap aja anak angkat Bulik Tantri. Lagian Bulik Tantri itu butuh teman di Jogja malah dia kuliah di sini. Ndak kasihan apa dia sama Bulik" Reyza tiba-tiba datang dan menyambung obrolan Mama dan adiknya.

"Aku juga mikirnya gitu. Nayla harusnya kuliah di Jogja aja. Di sana juga banyak PTN PTS yang Bagus. Kenapa jauh-jauh kesini coba Mah?" Gina menambahkan

"Terserah Nayla mau kuliah dimanapun. Yang penting sesuai cita-cita nya" jawab Budhe penuh ramah.

"Cita-cita apanya Mah, wong dia kuliah disini karena......" ucapan Reyza tidak selesai

"Maaf Nayla pulang terlambat" Nayla berkata dengan keras dan berlari naik ke kamar atas tanpa menoleh orang-orang yang kebingungan dengan kepulangannya.Mereka membahas statusnya lagi dalam keluarga.

***

T. B. C