webnovel

#042: Sebuah Genggaman

"Sarah, ada apa?" tanya Endra lagi, kali ini kekhawatiran mulai terlihat jelas di wajah Endra.

"Tolong, bawa aku pergi dari sini!" balas Sarah dengan nada bergetar. Satu tetes airmatanya baru saja jatuh.

Endra bingung dengan apa yang Sarah katakan. Seharusnya sebentar lagi, Sarah harus bertemu dengan utusan perusahan JK demi membahas kerja sama pengadaan seragam perusahaan. Tapi ... demi melihat raut wajah Sarah yang tampak semakin ketakutan, akhirnya Endra sudah tidak mau berpikir lagi.

"Kalau begitu, ayo kita pergi," ajak Endra sembari berbalik. Tapi rupanya Sarah tetap diam saja, dia malah mengulurkan satu tangannya pada Endra.

Sungguh, Endra tidak bisa mengerti. Apa maksud Sarah mengulurkan tangannya seperti itu?

"Aku ... nggak bisa... gerak," katanya terbata, lengkap dengan suaranya yang sudah mulai serak.

Endra tahu Sarah memiliki phobia akan sentuhan laki-laki, jadi tidak mungkin Endra menggandengnya kan?

"Aku mohon," pinta Sarah dengan nada putus asa. Tangannya masih berusaha menggapai Endra, dan seolah meminta Endra untuk segera menggenggamnya.

Endra tidak punya pilihan lain. Di satu sisi dia begitu khawatir melihat Sarah yang sudah semakin ketakutan, tapi di sisi lain dia juga tidak mau Sarah jadi memaksakan diri karena phobia yang diderita Sarah. Tapi, demi melihat wajah Sarah yang semakin terlihat pucat, akhirnya dalam satu ayunan, Endra pun memutuskan untuk menggenggam jemari Sarah, dan menarik perempuan itu untuk berjalan menuju ke tempat mobilnya terparkir tadi.

***

Pukul 10.00 sudah terlewat sejak dua puluh menit yang lalu. Tadinya mereka sudah sampai di sana setengah jam lebih awal, tapi karena Sarah tiba-tiba terlihat aneh, akhirnya Endra memutar balik dan menuju ke rumah.

Sepanjang perjalanan, Sarah bersikap semakin aneh. Dia memeluk tubuhnya sendiri sembari menatap kosong. Airmata yang sempat jatuh membasahi pipinya juga dibiarkannya mengering. Membuat Endra yang menyetir di sampingnya jadi semakin khawatir.

Selama menyetir itu pula, Endra berkali-kali melirik ke samping untuk mengetahui kondisi Sarah. Tapi Sarah seperti sedang mengalami tekanan mental yang kuat, sampai wajahnya begitu kacau.

Endra menduga ada sesuatu yang memicunya, dan menanyai Sarah di saat keadaan seperti itu akan percuma saja. Sarah sedang ketakutan hebat.

Endra tentu tidak akan mengingatkan tentang pertemuan bisnis yang sudah dijadwalkan. Meskipun pertemuan bisnis ini merupakan proyek besar yang sudah digadang-gadang sejak lama, tapi kondisi Sarah-lah yang lebih utama.

Saat sebelumnya Endra menggandeng tangan Sarah untuk menuju mobil, saat itu Endra bisa merasakan tubuh Sarah bergetar hebat. Endra tahu itu salah satu bentuk reaksi Sarah terhadap sentuhannya, tapi jika Endra tak melakukan itu, Sarah justru akan semakin menderita.

Sekarang, jarak rumah Sarah sudah semakin dekat. Endra sudah sejak tadi merasakan cemas. Dan berharap begitu sampai rumah, keanehan Sarah akan segera menghilang.

Tapi saat akhirnya Endra berhasil memarkirkan mobil di halaman rumah Sarah, dan Endra langsung turun untuk membukakan pintu mobil, Sarah yang bersedia keluar dari dalam mobil setelah diingatkan Endra berkali-kali tiba-tiba saja jatuh pingsan saat baru berjalan dua langkah.

Tanpa pikir panjang, Endra langsung meraih tubuh Sarah dan membawa Sarah dalam gendongannya. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Sarah, tapi yang jelas, ketakutan yang dialami Sarah ini pasti ada hubungannya dengan masa lalu Sarah yang masih belum diketahuinya.

***

Kedua mata Sarah terus saja terpejam dan belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Suhu tubuh Sarah juga menghangat, meski belum menunjukkan gejala demam. Tapi meski begitu, Endra terus saja berada di samping Sarah, barangkali sewaktu-waktu Sarah akan membuka mata dan membutuhkan sesuatu.

Saat tiba-tiba Sarah pingsan beberapa saat lalu, Endra langsung menggendong Sarah menuju kamar. Dibaringkannya dengan perlahan, diselimutinya dengan penuh kelembutan, lantas ditungguinya dengan penuh kesabaran di samping ranjang Sarah.

Endra tidak tahu apa yang terjadi, tapi mengingat betapa ekspresi Sarah yang begitu ketakutan, jelas ada sesuatu yang tidak beres. Ingin sekali Endra pergi ke panti asuhan untuk menanyai Bu Diyah, tapi nanti Sarah sendirian. Jika tiba-tiba Endra menelepon Bu Diyah pun, besar kemungkinan Bu Diyah tidak akan memberitahu. Karena saat itu Endra ingat, saat dirinya bertanya begini pada Bu Diyah;

"Memangnya, apa yang membuat Sarah sangat ketakutan begitu? Bu Diyah sepertinya belum menceritakan bagian itu kan?" tanya Endra kala itu, dia mengingatkan barangkali Bu Diyah lupa untuk memberitahukannya.

Bu Diyah langsung tersenyum tipis, lantas menjawab, "Kalau masalah itu, saya tidak bisa menceritakannya sama kamu. Itu sudah menyangkut hal yang sangat pribadi. Sarah juga melarang saya untuk menceritakannya pada siapa pun."

Endra tentu tidak bisa memaksa Bu Diyah untuk menceritakannya. Dia hanya menelan kekecewaan karena ternyata masih ada hal lain yang tidak diketahuinya tentang Sarah.

Kalau Endra tiba-tiba menelepon Bu Diyah untuk memberitahukan kejadian hari ini, sudah pasti itu akan membuat Bu Diyah dilanda khawatir. Endra tidak mau itu terjadi. Jadi yang bisa dilakukannya sekarang adalah menunggu, sampai kondisi tubuh Sarah kembali normal.

***

Endra mengucek matanya. Dia sempat mendengar sesuatu yang membuat tidurnya terganggu.

Sejak Sarah pingsan, Endra tidak pergi kemana pun. Terus saja menemani Sarah dengan duduk di samping ranjang dan mata yang terus tertuju pada wajah Sarah. Tapi sampai berjam-jam kemudian, Sarah tak juga bangun. Endra pasti akan segera menghubungi dokter kalau saja tubuh Sarah mengalami demam, tapi nyatanya tidak. Napas Sarah juga bergerak teratur.

Akhirnya Endra tetap menunggu Sarah dalam diam, sampai tanpa terasa waktu sudah menjelang malam. Dan tahu-tahu Endra jatuh tertidur.

Saat ini, tiba-tiba saja tidurnya terganggu. Begitu Endra mengangkat kepalanya, rupanya Sarah sedang mengigau. Tubuhnya bergerak-gerak tidak beraturan namun matanya masih terpejam. Endra sempat melihat jam digital yang berada di atas nakas. Pukul 10.17 PM.

Igauan Sarah itu benar-benar membuat Endra tidak tenang. Karena bukan cuma bergerak-gerak saja, tapi Sarah justru seperti sedang bermimpi buruk. Wajahnya terlihat ketakutan, dan tangannya mencengkeram seprainya kuat-kuat. Endra tidak tahu mimpi apa yang sedang dialami Sarah, tapi itu cukup membuat kekhawatiran Endra meningkat drastis.

Sarah terlihat begitu tersiksa, hingga tanpa sadar, Endra menggenggam jemari Sarah untuk sekadar menenangkan perempuan itu.

Ajaibnya, pergerakan tubuh Sarah mulai melemah dan kurang dari satu menit Sarah sudah kembali normal. Endra jelas merasakan kelegaan tiada tara. Sarah sudah kembali tertidur.

Saat tatapan mata Endra tertuju pada tangannya yang masih menggenggam tangan Sarah, dia jadi terpaku. Bukan cuma tangan Endra yang menggenggam jemari Sarah, tapi rupanya Sarah juga melakukan hal yang sama. Dia balas menggenggam jemari Endra bahkan genggaman tangannya itu mengunci tangan Endra erat-erat.

Seharusnya, Sarah tidak bisa bersentuhan dengannya kan? Tapi kenapa sekarang justru Sarah seolah tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Next chapter