webnovel

bab 7 Hadiah.

"Boss.." Desah Risa tak tahan dengan permainan jari bos Glen

"Risa, honey.." Ah, suara bos Glen semakin membuat Risa kehabisan batas kesabaran. Bagaimana mungkin bos Glen memanggilnya dengan kata manis seperti tadi. Dan suara lembut yang terus terngiang di kepala Risa membuat gadis itu gemas. Risa menggigit pundak Glen hingga prianya meringis.

"Ah, maaf boss!" ujar Risa segera mengelus pundak bos Glen. Pria itu tertawa kecil, dia mencubit ujung hidung Risa gemas.

"Kita makan dulu ya" ujar Glen kembali menyalakan mesin mobil. Risa tersenyum.

"Bos kau tadi bilang apa?" tanya Risa dengan wajah sumringah.

"Cinta kamu" jawab Glen cepat

"teruss"

"Honey.." Akh! batin Risa sepertinya akan berteriak kencang. Dia seperti bermimpi bisa kencan dengan orang tampan dan almost perfect seperti bos Glen. Wajah memerah, senyum malu-malu. Risa tak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Bos Glen. Apa bos serius?" Risa masih sulit percaya. Wajahnya seperti menyelidik. Dia melirik bos Glen yang kembali fokus menyetir. "Aku kan hanya karyawan biasa" bos Glen balas melirik dan melebarkan senyuman.

"Kamu akan tahu seberapa seriusnya saya setelah kita jalani bersama" Mendengar jawaban serius dari bos Glen membuat Risa puas. Dia merasa menjadi gadis paling beruntung saat ini. Lihatlah kekasihnya. Gadis mana yang tak iri saat tahu jika gadis biasa sepertinya mempunyai pacar tampan, baik, lembut, penuh cinta dan super kaya raya. Risa merasa terlalu beruntung saat ini.

***

Risa tak percaya mendapati sebuah meja lengkap dengan buket bunga. Dua gelas dengan sedikit wine di dalamnya. Seorang pria dengan suit memainkan biola dengan merdu. Bos Glen mempersilahkan Risa duduk di sebuah kursi yang sudah pria itu siapkan. Risa hanya bisa menahan senyum sumringah dengan wajah meronanya.

"Apa-apaan ini. Kau mempersiapkan semua. Aku malu. Lihat pakaian kasual kita" ujar Risa berbisik pada bos Glen sambil menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan. Bos Glen menggeleng tak setuju. Meja dan suasana private room ini memang berkelas dan mewah. Seharusnya suit dan black dress lah yang sesuai dengan dress code nya. Tapi bos Glen tak setuju.

"Saya tak suka hidup formal. Itu melelahkan" Risa menaikkan alisnya mendengar sanggahan kekasihnya itu. "Dia sedang meledek ya" batin Risa curiga.

"Saya ingin menikmati hidup dengan santai dengan mu. Dan kau membuat saya rileks" lanjut bos Glen sembari melemparkan senyuman. Risa tak melihat kebohongan di wajah kekasihnya. Dia serius?

"Maksud bos kaos oblong dan cepol di kepala ku ini? " Risa seperti meledek dirinya sendiri. Ya, untunglah ini ruangan khusus jadi mereka tidak akan mendapat tatapan aneh dari tamu lainnya. Bagaimana tidak. Risa dengan kaos oblong, rambut di ikat bun. Celana legging hitam dan sandal flat. Sementara bos Glen juga tak jauh berbeda. Pria itu menggunakan kaos oblong dengan warna yang sama dengan Risa. Mereka jelas terlihat seperti pasangan baru yang sempurna. Celana pendek. Walau begitu, aksesoris pria itu bukanlah barang biasa seperti tampilannya. set Gucci belt dan topinya. Jam tangan limited edition semua sempurna melekat di tubuh bos Glen. Jelas saja dia seorang pengusaha di bidang fashion. Bos Glen paling tahu barang mewah apa yang pantas dan sempurna untuknya.

Pelayan menyuguhkan hidangan pembuka mereka. Risa jelas takjub. Ah sayang sekali dia tak membawa ponselnya. Padahal menu yang tertata sungguh sayang untuk tidak diabadikan.

"Kenapa?" tanya bos Glen heran dengan wajah kecewa Risa

"Aku tak membawa ponselku" sembari memanyunkan bibir manja Risa menjawab wajah ingin tahu bos Glen.

"Saya akan belikan nanti. Setelah kita makan" bos Glen menyendok mangkuk sop dan menyuap kan nya pada Risa. Walau terlihat terkejut dengan suapan tiba-tiba itu. Risa menerimanya. Gadis itu menahan senyum dan rona bahagianya. Jelas dia bahagia. Bos Glen memperlakukannya dengan sangat manis. Tak disangka memiliki kekasih sungguh seistimewa ini. Risa tak menyesal selama 22 tahun menjomblo. Nyatanya pria dihadapannya ini sungguh melengkapi kesendiriannya selama ini.

"Aaa.." Pinta bos Glen lagi. Pria itu lagi-lagi menyuapi Risa dengan menu main course mereka. Risa menerimanya. Mengunyah lalu menelan dengan cepat. "Ini seperti mimpi" batin Risa takjub.

Makan di sebuah restoran ternama di tepi pantai. Pemandangan dari balik kaca yang mengarah ke laut dengan karang besar di tepi nya. Deburan ombak yang terdengar samar diiringi suara mendayu biola.

Semua semakin lengkap dengan perlakuan manis sang kekasih tampan. Menyiapkan makan malam romantis dengan set lengkap di ruangan cantik penuh dekor bunga. Risa tak pernah menyangka takdir cintanya seindah ini. Gadis itu tak henti menggaris senyum dan melirik ke arah kekasihnya.

"Bos Glen kenapa tidak makan?" Bos Glen menggeleng.

"Dari tadi bos menyuapiku. Kau mau aku gendut ya. Kau tak makan sesuap pun" protes Risa dengan manja.

"Haha.. tidak, tidak!" sanggah bos Glen sembari tertawa lucu. Pria itu melirik pemain biola yang tak jauh dari posisi mereka makan. Kibasan tangannya meminta Risa mendekatkan kepala. Bos Glen membisikkan sesuatu.

"Aku ingin makan masakanmu saja" Risa seketika membulatkan mata tak percaya. Bagaimana mungkin makanan mahal dan enak seperti ini dibandingkan dengan masakannya. Mata Risa menyipit seolah menyelidik jika bisikan kekasihnya hanyalah lelucon. Tapi tidak. Bos Glen tersenyum lebar.

"Bos serius!" bos Glen mengangguk berkali-kali. Risa terlihat takjub tak percaya.

"Akan aku masakkan kapan pun" ujar Risa penuh semangat.

Baik Risa ataupun bos Glen menghabiskan waktu makan malam bersama dengan bahagia. Sesuai janjinya setelah keluar dari resto berkelas itu bos Glen membawa Risa pada sebuah mall besar. Mereka mendatangi store merek handphone ternama. Risa tak percaya ketika pria itu bingung memilih kartu yang akan dia gunakan.

"Ish. Dia kaya sekali" gumam Risa tak percaya. Bahkan gadis itu hanya berani berdiri di belakang bos Glen dengan cangguh. Dia tak akan pernah ke store ini seumur hidupnya kalau bukan karena menemani bos Glen. Walau Risa sudah bekerja dia tak pernah menikmati jerih payahnya. Rasa bersalah karena uang yang dia habiskan untuk pendidikannya membuat Risa setiap bulan mengirimkan gajinya pada orang tua. Risa ingin membelikan rumah yang dulu terjual karena biaya kuliahnya. Sayang sekali sampai saat ini rumah impian itu belum juga terwujud.

Bos Glen menyodorkan tas hasil belanjanya pada Risa. Gadis itu terlihat bingung tapi menyambar juga. Mungkin bos Glen menyuruhnya untuk membawakan belanjaan. Begitulah pikir Risa. Setelah membeli dua unit handphone mahal.

"Bahkan bos Glen membeli lebih dari satu" gerutu Risa tak percaya. Dia bahkan tak bisa membeli setengah harga satu unit benda ini. Risa mengintip kantong belanjaan dan super takjub. Hanya membawakan saja membuat gadis itu bangga.

Risa mengikuti langkah bos Glen yang begitu cepat dan panjang. Ya pria itu memiliki kaki jenjang yang pastinya membuat langkah Risa cepat tertinggal. Mereka menuju sebuah store pakaian.

"Wah, the real fashionista"

Next chapter