webnovel

Buih Cinta di Bangku SMA

Cerita ini berawal dari persahabatan dua gadis cantik, Chika dan Mayang. Mereka bersahabat sejak masih sekolah dasar, hingga mereka beranjak dewasa. Awal perkenalan Chika dan Mayang terjadi di hari pertama mereka masuk sekolah dasar melalui pertukaran lauk bekal makanan. Sejak saat itu, pertemanan mereka begitu akrab. Semenjak duduk di bangku SMA, keduanya jarang bertemu. Dan, cerita ini dimulai ketika selepas UAS, Nilai mayang yang jeblok di sekolah menyebabkan dia harus ikut bimbingan belajar di sebuah bimbel. Di sana, dia bertemu dengan seorang pemuda berandalan yang tampan, tapi begitu buta terhadap cinta. Raymond nama cowok urakan itu. Pria itu begitu tampan, namun dia seolah tak mengenal cinta. Sejak kehadiran pria itu, Mayang dan Chika mengadakan pertaruhan. Siapa yang bisa membuat Raymond jatuh cinta, mereka akan mendapatkan hadiah. Jika tidak ada yang bisa, maka siapa yang akhirnya mencintai Raymond dinyatakan sebagai orang yang kalah. Chika yang memiliki koleksi topi import akan memberikan beberapa koleksi topi itu pada Mayang jika dia gagal menaklukkan Raymond, sedangkan jika Chika kalah, dia berikan beberapa boneka untuk Chika. Bagaimanakah kisah selanjutnya?” Pada siapa Raymond akan berlabuh? nb : Cerita fiksi ini di adaptasi dari kisah nyata yang pernah dialami penulis. Adapun nama karakter, instansi, serta tempat sengaja dirubah demi menjaga nama baik yang bersangkutan dan juga instansi terkait.

Akhmad_Fajar · Teen
Not enough ratings
63 Chs

Pendekatan Yang Berlanjut

Sesampainya di ruang bimbel, Raymond merasa lapar. Setelah memarkir motornya, dia berniat membeli makan siang. Tanpa berkata-kata, Chika langsung mengikutinya.

"Eh, lo juga lapar ya?' tanya Raymond.

"Uhm .. lapar dikit," jawab Chika sambil tersenyum manis.

Raymond terkejut. Dia tersenyum keheranan memandangi Chika. "Lapar dikit? Maksud lo?"

"Ya, lapar dikit. Gue gak lapar tapi cukup dikit aja,' jawab Chika sekenanya.

Raymond mengernyitkan dahinya. Dia tertawa renyah mendengar jawaban Chika.

"Lalu, kalo lapar banyak gimana?' tanya Raymond.

"Nih kalau gue lapar banyak," kata Chika sambil mencubit pinggang Raymond.

"Aiiih! Lo ini, Chik. geli tahu," kara Raymond yang meloncat kaget.

Chika tertawa lepas. Dia langsung menggandeng Raymond dan mengajaknya pergi ke warung di sebelah lokasi bimbel. Sesampainya di sana, mereka langsung memesan makan siang. Sambil menunggu pesanan mereka, Chika membuka percakapan.

"Ray, gue minta maaf ya tadi lo nunggu kelamaan. Habis, gue mendadak di panggil kepala sekolah," kata Chika berusaha menjelaskan.

Raymond tersenyum manis. "Udahlah, Chik. Gue ngerti."

Chika terdiam sejenak. tanpa berkata-kata, dia memegangn lembut tangan Raymond. Dia pandangi Raymond.

"Ray, lo bener-bener beda. Lo begitu pengertian sama gue. Jujur, gue seneng kita bisa berteman dekat, dan saling kenal," kata Chika dengan nada serius.

Raymond hanya diam melihat Chika yang memegangi tangannya. Dalam hatinya, dia merasa heran. "Eh, nih cewek kok kepedean pegang-pegangn gue?"

Tak lama kemudian, tampaklah ppelayan datang membawa makan siang Chika dan Raymond. Chika terkejut melihat pelayan itu tiba-tiba muncul. Buru-buru dia lepas pegangan tangannya, namun pelayan itu sudah terlanjur melihatnya, Dengan santai, pelayan itu menggoda Chika.

"Udah, Mbak. Kalau sedang kasmaran terusin aja. Kita gak ngeganggu kok. Malah ada diskon khusus buat pasangan yang lagi kasmaran," kata pelayan itu dengan senyum manis.

Chika begitu gugup. Wajahnya memerah menahan malu. Terlebih, ketika Raymond menyangkalnya.

"Ah, Mbak ini ada-ada aja. Di amah tadi lihat nyamuk di tanganku," sangkal Raymond.

"Oh, nyamuk ya? Nyamuk jantan atau betina?" tanya pelayan itu.

"Ya, mana gue tahu? Gue belum tanya tuh ke nyamuknya," jawab Raymond dengan nada bercanda.

Pelayan itu tertawa lepas. "Mas. Ente lucu banget. Jujur nih, lo serasi kok sama nih cewek."

Raymond dan Chika sejenak saling pandang. Pelayan itu kembali tertawa.

"Eeeh, udah. Masak makan siangnya mau nonton kalian berdua. Udah, gue tinggal dulu ya. Selamat menikmati," kata pelayan itu.

"Uhm … makasih, mbak," jawab Raymond.

Pelayan itu meninggalkan mereka berdua. Chika masih tersipu malu. Perasaan cintanya makin kuat, sementara Raymond hanya menggelengkan kepalanya.

"Mbak Diah itu. selalu aja ngegoda gue. Heran gue, Chik," kata Raymond.

"Lho, lo kenal?" tanya Chika sambil menahan rasa cemburu.

"Ya, gegara gue dulu sering beli makan siang di mari sejak tahun lalu," jawab Raymond sambil menikmati makan siangnya.

Chika memperhatikan sambil menikmati makan siangnya. Dia kerap mencuri pandang pada Raymond secara diam-diam.

"Ray, jujur. Gue gak mau kehilangan lo. Sayang sekali, kenapa harus lo yang jadi bahan taruhan?" katanya dalam hati.

Setelah menikmati makan siangnya, Raymond yang mengantuk berniat untuk kembali.

"Chika. Kita balik yuk. Gue ngantuk nih," katanya sambil menutup mulutnya yang tengah menguap.

Chika hanya mengangguk. mereka segera beranjak dari meja tempat mereka duduk dan membayar hidangan yang mereka pesan. Setelah itu, mereka langsung menuju ke tempat bimbel. Raymond langsung menuju kelasnya dan membaringkan tubuhnya diantara kursi yang berjajar, sementara Chika duduk di depan kelas sambil membaca buku. Waktu terus berjalan. Setelah satu jam menunggu, jam pelajaran sudah dekat. Chika segera masuk ke eklas dan membangunkan Raymond.

"Ray, bangun, sebentar lagi bimbel di mulai," kata Chika sambil mengguncangkan tubuh Raymond.

Raymond yang merasakan tubuhnya di goyang mulai terbangun. Tampak air liurnya menetes. Chika tertawa melihatnya.

"Yah, lo, Ray. Lagi buat bendungan kok sampai meluber gitu?" goda Chika.

Raymond terperanjat. Buru-buru dia seka air liurnya. "Hoaaam, Ini sudah jam berapa, Chika?"

"Yeee, udah jam 15:50 lagi. Sepuluh menit lagi bimbel dimulai. Sana buruan cuci muka," kata Chika sambil tersenyum.

Raymond perlahan bangkit. Dia duduk sambil perlahan membuka matanya. Setelah beberapa saat, dia pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Sepeninggal Raymond, Chika melihat tas Raymond yang berantakan. Dia rapikan tasnya dan duduk di sebelahnya. Setelah beberapa saat, Raymond kembali dengan wajah segar.

"Uhft. Segar," kata Raymond sambil duduk di tempatnya.

Para peserta bimbel akhirnya berdatangan. Uji dan Windy tersenyum melihat Chika yang selalu duduk di sebelah Raymond.

"Owh, ternyata pangeran dan putri udah duluan ya?" goda Windy.

Chika hanya tersipu malu. Raymond menanggapi dengan santai.

"Ya habis tuan putri ini maunya begini. Gue mah cuman ngikut aja," balas Raymond.

Chika hanya diam menanhan malu. Tanpa berkata, dia mencubit gemas lengan Raymond.

"Aduh, Chik. kok lo demen nyubit gue?" tanya Raymond keheranan.

Uji tertawa lepas. Dia dekati Raymond, dan membisikinya.

"'Bhro, kalau Chika demen nyubit lo, itu tandanya dia sebenarnya cinta sama lo," bisiknya.

Raymond membelalakkan matanya. Dia pandangi Uji dengan tatapan keheranan.

"Ah, yang … aduh!" kata Raymond yang langsung kembali dicubit Chika.

"Ih, Lo. Emang kenapa sih lo demen banget nyubit gue? Salah gue apa?" tanya Raymond sambil menatap Chika dengan wajah heran.

Chika hanya tersenyum menahan malu. Dan, tak lama kemudian mentor tiba. Bimbingan belajar pun di mulai. Semuanya berusaha memperhatikan, namun tetap saja hanya Raymond yang tak mengerti. Berulang kali, Raymond tampak kesulitan memahami pelajaran itu. Waktu terus berjalan, dan tak terasa jam istirahat tiba. Ketika semuanya beristirahat, raymond masih larut dalam pelajaran. Dia berulang kali memandangi catatannya, namun tetap tak dia mengerti.

"Ray, anterin aku beli buku ya. Please," pinta Chika dengan manja.

"Chik, gue bingung nih ama teori matematika yang ini. Pusing gue," kata Raymond.

Chika memanyunkan bibirnya. Dia duduk di sebelah Raymond dan memegangi pundaknya. Dia kembali merajuk manja.

"Ray, please, anterin gue. Ntar gue ajarin deh," kata Chika merajuk manja.

Raymond terdiam sejenak. Dia pandangi Chika yang merajuk manja. Sejenak, Raymond menghela nafasnya. Akhirnya, dia menyetujui ajakan Chika.

"Chika. Lo ini selalu aja pinter ngerayu gue. Okelah. Gue anterin lo," kata Raymond.

Chika tersenyum lebar. Dia begitu senang akhirnya Raymond menyetujui usulannya. Mereka berjalan berdua ke sebuah toko buku yang berada di sebuah mall dekat lokasi bimbel. Sesampanya di sana, Chika memilih buku tulis yang dia cari. Dia ambil dua buku tulis dan mambayarnya, lalu segera beranjak dari Mall itu. di tengah perjalanan, Chika kembali membuka percakapan.

"Ray, terima kasih ya sudah anterin gue beli buku tulis," kata Chika.

"Iya, sama-sama," balas Raymond singkat.

Mereka mempercepat langkahnya. Dan, tak lama kemudian sampailah mereka di lokasi bimbel. Sesampainya di sana, Chika bertanya pada Raymond.

"Ray, tadi lo kesulitan matematika?" tanya Chika.

"Iya, Chik.gue bingung ama itu, trigonometri ama itu tuh, phytagoras," kata Raymond.

"Kemariin catatan lo," kata Chika.

Raymond memberikan buku catatannya. Chika melihatnya sejenak.

"Oke. bagian mana yang gak lo pahami?" tanya Chika.

Raymond menunjuknya. Chika akhirnya menjelaskan teori itu. Dengan sabar, dia jelaskan materi itu secara detail. Setelah agak lama menjelaskannya, Chika kembali bertanya pada Raymond.

"Nah, sampai di sini lo udah paham?' tanya Chika.

Raymond hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Chika sejenak keheranan, namun akhirnya dia maklumi. Sambil menunggu siswa lain, Chika menuliskan beberapa contoh soal mengenai teori itu.

"Begini aja, Ray. Ini ada contoh soal latihan yang udah gue jawab. Coba lo lihat baik-baik," kata Chika.

Raymond memandangi soal latihan yang di jawab Chika. Chika menjelaskan langkah-langkah mengerjakan soal itu. Perlahan, Raymond mulai menangkap materi itu. Setelah beberapa saat Chika menjelaskan, dia kembali berkata.

"Ray, sampai disini dulu aja yang lo pelajari. Nanti kalau kesulitan, coba aja lo WA gue," kata Chika.

Raymond mengangguk. "Terima kasih, Chika. Jujur, memang gue lemah di matematika. Tapi, gue akan usaha sebisa gue."

Chika hanya tersenyum mengangguk. Tak berapa lama kemudian, semua peserta bimbel masuk ke dalam kelas bersama mentor. Pelajaran pun di mulai. Raymond kembali berusaha fokus mengikuti bimbel itu.