Teriakan burung memang terkadang sesuai waktu, ada kicauan khas pagi, siang, sore, bahkan dini hari. Samping rumah May tepat sekali adalah ladang luas dengan tanaman kelapa, banyak kicauna burung yang bersarang, mereka menandakan waktu di sore hari.
Mereka bertiga masih sibuk dengan box telur yang menjadi sumber rejeki May dan kakaknya itu, yang setiap hari bagaikan emas yang harus mereka rawat sebaik mungkin. Tapi tidak semestinya mereka mendapat untung, tergantung harga telur yang naik dan tidaknya harga kerentuan dari pasar.
"Beneran capek?" Tanya kak Ahmad iseng, adiknya yang bermuka masam itu memang terlihat letih setelah ia berpura-pura mengusap jidadnya yang sebenarnya tanpa ada keringat yang menetes.
"Kelihatanya gimana?" Jawab May meyakinkan, matanya di buat terbuka berat sambil mengangkat nafas panjang. Kak Ahmad pun memaklumi lalu merangkul tubuh mungil adiknya itu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com