webnovel

DI SEPANJANG JALAN.

Hal terindah saat naik sepeda butut bersama Vino adalah ketika May menyandarkan kepalanya di bahu bidang milik Vino, lalu mengalungkan tanganya ke pinggang, dan bertukar cerita sambil tertawa. May menghela nafas, karena itu semua hanya hayalan.

Sepeda reot itu di ayuh dengan sepatu putih bernilai tinggi, di kendalikan sosok laki-laki yang menjadi idaman cewek satu sekolah. Lalu tiba-tiba muncul berulang kali suara dari jeruji sepeda May yang tua berkarat. Vino mengecek sumber suara itu dengan menoleh ke belakang, May buru-buru menyiapkan muka ramahnya.

" Apa sih yang bikin bersuara?" Vino menghentikan sepedanya dan turun di pinggir jalan. Tapi May tetap saja duduk manis sambil merapikan rambut kumalnya, melirik mata Vino yang seakan sedikit lagi pecah dengan amarahnya, May segera loncat dan pura-pura terjatuh tersandung batu.

Aaaaaa!!

Teriakan itu seperti reka adegan Film yang gagal akting karena tidak menguasai peran. Jelas sekali itu hanya ulah May mencari perhatian Vino, lalu Vino tersenyum sinis dan membiarkan May berguling di tanah.

" Kak Vino, sudah jelas aku jatuh, di tolongin kek" Akting May saat itu sudah benar-benar di buat maksimal, tanganya di ulurkan ke atas sambil mengelus pahanya yang sama sekali tidak sakit. Tapi Vino masih saja tidak menggubris dan lanjut mengecek sepeda May.

"Jangan seperti anak kecil, tinggal bangun pegangan pagar aja kok ribet. Ini sepeda kamu minta di musiumkan, sudah kadaluarsa" Celoteh Vino dengan tatapan prihatin sambil mengoyak sepada May yang hampir remuk.

"Itu aja sudah Syukur banget kak bisa punya sepeda, masa iya harus jalan kaki setiap hari ke sekolah " Kata May dengan tetap memasang wajah ceria.

Vino yang saat itu sibuk dengan jeruji, seketika diam lalu memandang wajah May yang tampak sekali kuat. Vino senyum sedikit tanpa ia sadari.

"Nah gitu dong kak senyum, kan tambah manis!" May girang melihat senyum Vino pertama kali, ternyata ada lesung di bagian pipi kanan Vino. Senyumnya begitu menghipnotis, menawan seperti pangeran Putra raja.

Vino berubah menjadi salah tingkah, ia cepat-cepat berdiri dan menatap May dengan dekat.

'Kenapa kak Vino mendekatiku? Apakah ini artinya dia sudah jatuh hati padaku? '

"Kenapa aku yang memiliki segalanya tapi masih belum bisa bersyukur?" Tanya Vino tiba-tiba. May masih belum bisa menangkap pertanyaan dari Vino, mata dan fikiranya masih bekerja sama mensurvey alis tebal Vino. May tetap diam dan sama sekali tidak mendengarkan ucapan Vino.

Vino meniup mata May yang melotot lebar, lalu ia kaget dan mengucek matanya yang perih karena debu yang terbawa dari mulut Vino.

"Aduh kak maaf, tadi kak Vino tanya apa?" Tanya May sambil meniup matanya sendiri. Vino bergedek dan mengulangi lagi pertanyaanya, tapi May malah diam dan tersenyum.

"Yang namanya bersyukur ya kak, jika kita memiliki sesuatu harus di nikmati, tidak boleh menegeluh. Ibarat gini deh, misalnya kakak ngasih sesuatu nih ke aku, terus akunya ngeluh, merasa kurang dan tidak puas. Apakah kakak masih ada keinginan ngasih aku lagi?" Kepala May mendongak dari bawah.

" Mungkin sudah males kali ya ngasih-ngasih lagi" Jawab Vino menebak-nebak.

"Nah itu sama dengan teori Allah, ketika hamba-Nya kurang bersyukur maka Dia tidak akan menambah nikmatnya" Tutur May gamblang.

Vino masih terdiam tidak percaya, di tatapnya lekat-lekat wajah May yang begitu mengagumkan baru kali ini. Seorang May yang terlihat seperti wanita dekil, polos, tidak berwawasan ternyata otak dan lidahnya licin mengutarakan wawasanya.

Memang sejak kecil May lebih di didik dalam hal ilmu Agama, di kampungnya dulu dekat sekali dengan lingkungan Pesantren. Jadi May seakan sudah mengenai magnet, yang ketarik dalam hal kebaikan apapun.

"Bentar-bentar, kenapa kamu mendadak jadi ustadzah gitu? Ini kamu kan, nggak kesurupan kan?" Vino memastikan sambil menapuk pipinya sendiri, May yang sedari tadi mengetahui Vino sedang tajam menatapnya lalu cepat-cepat mendekatkan wajahnya tepat di depan mata Vino. Ia hampir terjungkal melihat wajah burik May.

Wajah May masih sedikit dekat

" Bukan ini bukan aku" Bisiknya dengan versi menyeramkan, tentu saja Vino langsung heran dan melirik May curiga.

"Kalau bukan kamu siapa?" Tanya Vino penasaran, tidak ada jawaban satu kata pun. May masih terdiam menahan tawanya yang sebentar lagi mau meledak.

"Kalau bukan aku berarti pacar kakak haha" Tawa May Membuat Vino bergidik jijik, benar-benar vino telah di buat kagum dengan sikap May yang mendadak dewasa.

" Pacar aku ya harus cantik lah, lawong aku keren gini" Ucap Vino sambil menyisir rambut klimisnya, May hanya tertawa kecil, di balik hatinya yang mengakui ketampanan Vino.

"Berarti kalau aku cantik kakak bisa jadi pacarku?" Tanya May tanpa malu-malu, tanganya gatal ingin mencoel hidung mancungnya. Di fikiran May langsung muncul ide untuk berubah penampilan, meskipun nanti tidak tau hasilnya, mungkin Tetap saja norak.

"Dari tadi ngobrol aja, ini sepeda kamu suruh jangan berisik bisa gak sih?" Kata Vino sambil mengeplak sepeda May, seakan mau kasih kutukan.

"Bisa kok"

"Sepeda! Jangan berisik, tuan muda keganggu tuh!" May sambil melirik Vino yang masih bingung, tidak percaya mana mungkin sepeda bisa tau? Seorang Vino yang kerenya se jagat raya tidak bisa memperbaiki sepeda? Polos juga bisa ternyata.

"Hah udah-udah ribut aja dari tadi, udah Ayo naik lagi!" Seru Vino sambil meraih sepada.

"Sebentar kak, biar May benerin dulu sepedanya" Tangan May menghentikan Vino dengan menarik sepedanya dari belakang, Vino mengernyitkan dahi lalu menyetujui.

Entah bagaimana cara May benerin sepedanya nanti, yang jelas biasanya May sudah tau trik termudah dari bapaknya. Lalu di kencengin lebih dulu tali sepatunya, Vino kebingungan ketika melihat May mundur beberapa langkah.

Braaakkk!

May menendang sepedanya itu sangat keras, sampai menjerit karena kesakitan.

"Kamu ini jangan aneh-aneh, kebanyakan ulah dari tadi" Ucap Vino marah-marah, May masih memijit kakinya yang nyeri karena aksi tendanganya. Ia geregetan melihat Vino yang tidak ada reaksi apapun, lalu May berdiri mengambil sepedanya dan menaiki lalu mengayuh sebentar untuk mengecek hasil tendanganya.

Dan suara itu sudah tidak ada lagi, May senyum sambil nyengir ke arah Vino. Vino malah tertawa terpingkal-pingkal, entah apa sebabnya.

"Kok bisa sih?" Vino masih heran belum percaya, kali ini May melihat Vino tertawa setelah memergoki dia tersenyum. Ternyata semudah ini memboikot Vino, cowok sedingin kutub Utara.

"Memang begitu kak caranya, mudah kan?" Suara May tiba-tiba berubah kalem, bersikap mirip pramugari, dengan menggapitkan tanganya ke depan dan menundukkan badan, aneh.

Vino bergedek pasrah, lalu ia meminta May untuk naik ke sepeda. May terlalu bersemangat sampai tidak sengaja memeluk Vino dari belakang.