Seorang pelayan pun datang dengan beberapa pesanan yang baru saja diantarkannya tersebut sehingga membuat Rain yang melihat itu pun menjadi begitu bersemangat, sedangkan Rai yang memperhatikannya hanya tersenyum begitu manis.
"Makan yang banyak," ujar Rai yang baru saja mengacak-acak puncak kepala dari sahabatnya itu. "Kamu senang banget kayanya hari ini."
"Masa, sih?" tanya Rain dengan tidak percayanya. Sedangkan Rai yang mendengarnya pun langsung menganggukkan kepala, "Iya, kamu senang banget pas makanannya datang."
"Mungkin bukan karena makanannya, tapi ..."
Kedua alis Rai terangkat, laki-laki itu menatap sahabatnya untuk menunggu kalimat apa yang akan dikatakan oleh gadis di hadapannya.
"Tapi apa?" tanyanya.
Rain pun terkekeh, "Nggak ada." Kemudian gadis itu pun langsung mengalihkan perhatiannya dari seseorang yang sudah menunggu ucapannya yang menggantung.
Laki-laki itu mendengus, kemudian menggelengkan kepala. "Dih, dasar nyebelin banget."
Keduanya pun langsung menikmati makanannya dengan sesekali Rain yang memberikan pertanyaan kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Rai," panggil gadis itu. "Aku mau tanya sesuatu boleh?"
Laki-laki yang berada di hadapannya pun langsung mendongak setelah mendengar perkataan dari sahabatnya tersebut sehingga kini ia bisa melihat wajah Rai yang menatapnya dengan bertanya-tanya.
"Boleh," jawabnya. "Tanya aja."
Setelah itu Rain pun langsung mengulum bibirnya. Entah kenapa, tiba-tiba ia teringat dengan perkataan dari Denis yang mengatakan bahwa Rai pulang bersama dengan seorang gadis membuat dirinya menjadi penasaran siapa sosok yang beruntung bersama dengan sahabatnya itu.
"Rai, ada yang bilang sama aku tentang kamu."
"Bilang apa?"
"Kamu katanya pulang sama cewek, siapa?"
Deg.
Laki-laki itu yang sedari tadi sibuk menyantap makanannya pun langsung mendongakkan kepala menatap seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan mulut yang penuh. Rai pun mengunyahnya sebentar, lalu menelannya dan minum.
"Kamu tahu dari mana?"
Sebuah pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulutnya membuat Rain merasa sakit hati. Entahlah, apa yang terjadi kepada dirinya saat ini benar-benar merasa tidak nyaman sehingga ia kehilangan berselera dalam makan.
"Rai, aku pulang duluan, ya."
"Lho, kenapa?"
Laki-laki itu menatap semua makanan yang berada di depan mata mereka dengan kedua alis yang terangkat. Ia dibuat terkejut dengan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh gadis di hadapannya itu sehingga dirinya menatap intens seseorang yang berada di hadapannya.
"Makanannya nggak enak?"
Tetapi, Rain hanya diam menatapnya dengan gelengan di kepala. Ia tersenyum, lalu berkata, "Harusnya aku nggak di sini sama kamu, 'kan?"
Sungguh, Rai benar-benar tidak mengerti dengan yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Maksud kamu?" tanyanya kepada seseorang yang berada di hadapannya. "Rain, bilang sama aku, ada apa?"
"Nggak ada apa-apa, kok," jawab Rain. "Kamu habisin makanannya, ya. Aku pulang duluan, bye!"
Kemudian Rai melihat sahabatnya itu yang sudah berlalu pergi dari hadapannya sehingga membuat laki-laki itu langsung terdiam merenung apa kesalahan yang sudah diperbuatnya hari ini.
Tetapi, sudah berkali-kali ia berpikir, tidak ada satu pun yang membuat dirinya merasa sudah melakukan kesalahan membuat Rai dengan cepat beranjak dan meninggalkan beberapa lembar uang dan bergegas keluar Restoran dengan rasa khawatir yang begitu besar terhadap sahabatnya itu.
Ketika sudah berada di luar, Rai kehilangan jejak dari gadis itu sehingga kini ia merasa kesal karena terlambar mencegah gadis itu pergi dari dirinya.
"Rai," panggil seseorang yang membuat laki-laki itu dengan cepat menoleh dan mendapati temannya yang kini berdiam diri berada di sampingnya.
"Lho, El, ngapain lo di sini?" tanya Rai dengan terkejutnya. Sedangkan Samuel yang mendengarnya pun langsung menunduk dengan helaan nafasnya, "Rain."
Keningnya berkerut setelah mendengar Samuel yang baru saja menyebut nama sahabatnya membuat laki-laki itu langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah dan mendapati seorang gadis yang kini sudah berada di dalam sebuah mobil.
Kemudian Rai kembali menatap Samuel yang kini sedang memperhatikan dirinya sebelum ia berniat untuk mendekat ke arah Rain yang saat ini berada di dalam mobil temannya itu. Tetapi, Samuel dengan cepat menahannya sehingga laki-laki tersebut memberontak dengan wajah kesalnya.
"Lepas!" ujar Rai ketika kedua tangan Samuel menahannya. "Gue mau samperin dia, El."
"Rai," tegur Samuel sembari menggelengkan kepalanya. "Dia bilang lagi nggak mau ketemu sama lo."
Deg.
Perkataannya tersebut membuat Rai langsung menatap sepenuhnya ke arah seorang gadis yang berada di dalam mobil Samuel dengan tidak percayanya itu.
"Dia bilang gitu?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Samuel. Rai terkekeh, kemudian menggelengkan kepala seolah tidak mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh laki-laki itu. "Lo bercanda."
Mendengar respon dari Rai membuat Samuel langsung menghela nafas. Ia tahu bahwa saat ini laki-laki itu dan Rain sedang tidak baik-baik saja, atau mungkin hanya gadis itu saja.
"Biarin dia tenang dulu, Rai. Gue janji bakal pastiin dia pulang dengan selamat sampai Rumahnya."
Ada rasa ketidakrelaan ketika melihat gadis itu pulang bersama dengan laki-laki lain selain Vano yang merupakan kekasih dari sahabatnya sendiri. Rai terdiam cukup lama setelah mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Samuel kepada dirinya.
"Gue pegang janji lo," ujar Rai yang kini menatap tajam seseorang yang berada di sampingnya saat ini.
Samuel pun menganggukkan kepala setelah mendengar perkataan dari laki-laki itu. Senyuman tipis pun ia berikan kepada Rai yang kini sedang memandangnya.
"Tapi jangan senang dulu," lanjutnya lagi yang membuat senyuman itu luntur dalam sekejap. "Karena gue bakal ngikutin kalian dari belakang."
Setelahnya Rai pun benar-benar pergi meninggalkan Samuel yang kini menatapnya dengan terkejut. Laki-laki itu seolah tidak diberikan izin untuk berbicara sehingga Rai langsung pergi begitu saja memasuki mobilnya.
"Tapi, Rai ..."
Laki-laki itu pun mengacak-acak rambutnya, kemudian berjalan berlainan arah menuju mobil miliknya dimana di sana ada seorang gadis yang sedang menangis seorang diri.
Samuel langsung menghela nafas setelah ia masuk ke dalam mobilnya, kemudian menoleh ke arah dimana Rain berada.
"Rai tetap bakal ngikutin kita dari belakang," ujarnya memberitahu. "Jadi kemungkinan lo nggak bisa pergi kemana-mana."
"Kalau gitu, biar gue turun aja."
Saat hendak membuka pintu mobil dengan cepat Samuel menguncinya sehingga Rain kini langsung menoleh ke arah samping di mana laki-laki itu yang saat ini sedang memandangnya sembari menggelengkan kepala.
"Gue nggak bisa, Rain. Lo itu sahabatnya teman gue, dan gue nggak mau bikin dia kecewa karena gue nggak bisa tepatin janjinya."
Mendengar itu membuat Rain kembali menyandarkan punggungnya sembari memejamkan kedua matanya. Ia benar-benar lelah karena terus menangis sehingga dirinya tanpa sadar kembali melamun memandang jalanan yang kini diguyur air hujan.
Di sisi lain kini Rai sudah berada di belakang mobil Samuel yang sudah melaju pergi terlebih dahulu. Pikirannya benar-benar kacau setelah apa yang terjadi kepada Rain yang membuatnya merasa tidak bisa berhenti memikirkan sahabatnya itu.
"Kamu kenapa sih, Rain?" gumamnya dengan kekhawatiran dalam dirinya.