Saat ini mereka sedang duduk bertiga di salah satu restoran dekat dengan apartemen Nie Huaisang, mereka sarapan dan dilanjut membahas tentang rencana yang akan mereka lakukan hari ini, Lan wangji dengan tatapan malas mendengarkan ocehan Nie selaku managernya, dan Weiying dengan semangat mendengarkan dan tidak sabar untuk memulai bekerja di hari pertamanya.
Sebenarnya Weiying bukan tipe pendendam, jadi setelah semua yang terjadi dengan bosnya, dia dengan mudah melupakan dan kembali ceria lagi, tapi berbeda dengan Lan Wangji yang sepertinya masih menyimpan dendam kepadanya, karen merasa di lecehkan di awal pertemuannya dengan orang itu.
"Uaahh ..." Lan Wangji pura-pura menguap, dan dengan seenaknya dia menyuruh Weiying.
"Belikan aku coffe di ujung jalan sana, sekarang! aku mengantuk," perintahnya.
"Baik, tunggu sebentar," jawabnya semangat.
Weiying berdiri menunggu uang untuk membeli coffe itu.
"Apa yang kau tunggu? Segera jalan!" perintah Lan Wangji yang mendadak membuat Weiying kesal.
Tapi belum ada beberapa menit Weiying kembali lagi.
"Bos, di ujung jalan tidak ada kedai coffe?" tanya Weiying polos.
"Kau harus berjalan tiga blok dari sini dulu, baru kau akan menemukan kedainya," jawab Nie memberitahu.
Weiying mulai berdiri di depan restoran itu menunggu ojeg.
"Hai ... apa yang kau lakukan?" percuma kau menunggu angkot, di sini angkutan umum dan ojeg di larang melintas, jadi berjalan kaki lah!" ucap Lan Wangji yang menambah kesal Weiying.
Setelah menunggu lama akhirnya Weiying datang dengan segelas kopi, tapi setelah melihat, Lan Wangji meletakan lagi coffe itu, "Aku tadi ingin memberitahumu, jika aku tidak suka coffee dengan cream, tapi kau sudah langsung berjalan," ucap Lan Wangji datar.
"Jadi maksudmu?" tanya Weiying yang mulai memiliki firasat buruk, keringatnya saja belum mengering.
"Aku tidak akan meminumnya," jawab Lan Wangji santai.
"Baik, aku akan membelikan mu lagi yang original," jawab Weiying menahan emosi.
"Sudahlah Lan Wangji, nanti saja di jalan kita mampir ke kedai kopi," bujuk Nie.
"Tidak! Aku mau coffeeku sekarang juga!"
Dengan jengkel Weiying segera pergi untuk membeli coffe lagi, dan setelah kembali dia tidak mendapati kedua atasannya itu berada di tempat semula, Weiying menengok ke berbagai arah tapi tidak dapat menemukan mereka. Tiba-tiba suara dering telponnya berbunyi dari no tidak di kenal.
"Kau ambil baju di apartemenku, alamat xxxx no.xx dengan kode akses xxxx, aku tunggu di kantor Agensi Nie." Dan sambungan pun terputus.
Weiying hanya bisa melongo, "Jadi lelaki itu mempunyai no telponku? Lalu kenapa dia tidak menghubungiku tadi untuk memberitahu cream di atas cofeenya???" celoteh Weiying dengan putus asa, lalu dengan kasar dia buka tutup cofee itu dan meminumnya sendiri.
.
.
.
Weiying memandangi bosnya yang tengah di wawancara di salah satu stasiun tv, senyumnya ramah dan terlihat sangat menyenangkan, membuat para wanita yang hadir sebagai penonton dan mengklaim dirinya fans berat Wangji itu histeris setiap mendapat serangan senyum dari Wangji.
"Ih, apa-apaan wanita itu, terlalu berlebihan! Mereka tidak tahu saja jika orang yang mereka elu-elukan itu sangat menyebalkan aslinya." Weiying bermonolog sendiri, "Dasar memakai topeng!" Tepat setelah Weiying memaki, Wangji menoleh ke arahnya, seolah-olah dia dapat mendengar semua caci makinya, spontan Weiying salah tingkah dan menolak untuk bertatapan dengan lelaki yang di hari pertama kerjanya sudah membuat dirinya susah itu.
"Kau lihat tadi? Tatapan mematikannya? Sungguh sangat keren, sepertinya aku rela menjadi seorang Masokis jika Wangji adalah pasanganku!" Percakapan para wanita di belakang Weiying yang membuat kupingnya semakin panas. Weiying sengaja duduk di barisan depan untuk melihat bosnya itu di wawancara, tujuannya adalah selain belajar bagaimana nantinya dia menghadapi media, dia juga berharap siapa tahu dengan duduk di barisan depan, kamera akan menyorotnya dan ada produser yang tertarik dengan wajah tampannya, begitulah siasatnya.
Tapi sepertinya Weiying salah posisi, dia malah duduk di barisan fans berat Wangji berkumpul, bahkan seorang koordinator lapangan dengan semena-mena memakaikannya bando yang di atasnya terdapat LED yang menyala bertuliskan, 'Wangji wo ai ni' itu karena Weiying duduk di barisan paling depan, dan dalam hitungan detik kamera menyorot ke arahnya, dan dengan intruksi singkat, dia harus mengatakan 'Lan Wangji aku mencintaimu!!!' di tengah hiruk pikuk para fans yang tidak terkendali karena euforia, akhirnya Weiying menyerah, mengikuti alur, dan setelahnya dia muntah-muntah.
.
.
.
"Kau letakan semua di sana, dan baju-baju itu, besok kau antar ke laundry," perintah bro Nie saat mereka ke apartemen Wangji, dan menemukan apartemen itu berantakan dengan baju berserakan, yang punya tempat belum kembali karena saat pulang tadi ada seorang penting yang mengajaknya untuk makan malam bersama, jadi tinggalan Nie dan Weiying di apartemen Wangji.
"Weiying, mulai sekarang kau sudah resmi menjadi asisten Wangji, jadi hal yang harus kau lakukan adalah mengurus semua kebutuhannya, dari hal makan, pakaian, sampai apartemen kamu yang bertugas membersihkan, dan jangan lupa kau harus berada di apartemen ini setiap hari mulai pukul tujuh pagi untuk mempersiapkan semuanya." Terang Nie, yang membuat Weiying mengerti jika pekerjaannya sekarang tidak beda seperti baby sitter bayi gorila di banding asisten artis.
"Baik, bro Nie, aku mengerti," jawab Weiying santai, sambil menunduk mengumpulkan pakaian yang tersebar di mana-mana itu.
"Oh iya, aku harus kembali segera, kau rapihkan saja, setelah itu kau bisa pulang," perintah Nie yang hanya mendapatkan anggukan dari Weiying.
Setelah membersihkan apartemen yang tidak kurang seperti kapal pecah itu, Weiying kelelahan, dan tanpa sadar dia terlelap di kursi panjang di apartemen Wangji.
Beberapa jam kemudian Wangji pulang, menutup pintu dan langsung menuju kamarnya membuka pakaian dan menyalakan air untuk mandi tanpa menutup pintu kamar mandinya, sudah kebiasaan Wangji seperti itu karena dia berpikir dia hanya tinggal sendiri, jadi bebas untuk dirinya berkeliling di apartemen itu tanpa busana atau mandi dengan pintu tidak ditutup. Kamar mandi itu berada di sudut ruangan terpisah dari kamarnya, jadi saat dia membuka baju dari kamarnya dia akan berjalan telanjang dari kamarnya menuju kamar mandi.
Weiying terbangun, dia kaget setelah bermimpi buruk dikejar-kejar gorila albino, dia segera bangkit dan melihat jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam itu, dia akan segera pulang ke tempat kosannya, sampai dia melirik ke arah kamar Wangji yang terbuka, dia melihat pakaian yang bertebaran kembali di lantai kamar itu, padahal baru beberapa saat yang lalu kamar itu sudahlah dia rapikan, tanpa berpikir Weiying masuk ke kamar Wangji, mengambil kemeja itu dan menaruhnya di pundaknya, dan dia menunduk kembali untuk mengambil celana panjang, dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari dalam celana panjang itu, celana sempak merk Calvin Klein berwarna hitam terjatuh, dan spontan Weiying mengambilnya, bersamaan dengan itu terdengar seseorang mendorong pintu kamar.
Wangji memasuki kamarnya dengan santai setelah mandi tanpa menggunakan apa-apa, sedangkan Weiying masih dalam posisi menunduk memegang celana dalam hitam itu, mereka berdua seketika membeku.
Wangji menatap calana dalam hitamnya yang berada di tangan Weiying, sedangkan Weiying sedang menatap isi dari celana dalam itu.
TBC....