Berdoa? Menguburkan besok?
Apa maksudnya ini???
Suara airin masih terngiang-ngiang ditelingaku.. Vina.. Istriku.. Apa yang sudah kulakukan? Apa yang terjadi dengannya? Kenapa mereka meninggalkanku tanpa penjelasan seperti ini????
Perawat itu sudah menarik istriku pergi.. Airin mengikutinya.. Kemana mereka akan membawa istriku? Aku masih belum bisa mencerna semuanya dengan baik.. Airin.. Yah, aku harus meminta penjelasan padanya! Dia tidak boleh mengacuhkanku seperti ini!
Aku berlari mengejar Airin!
"berhenti! apa maksudmu mengatakan itu?", aku menarik tangannya. Membuatnya menatapku, tak akan kubiarkan dia pergi tanpa memberikan penjelasan kepadaku! Apa dia ga tahu, bagaimana hancurnya perasaanku saat ini.. Vina, aku ga akan pernah bisa menguburnya besok!!! Enak saja dia bicara seperti itu kepadaku!
"hey, lepaskan tanganku!"
"ga!"
"rangga, lepaskan! Tanganku sakiiiiit!"
"enggak!!"
"terus kamu mau apa??"
"jelaskan padaku semuanya! Ada apa ini?"
"aku ga punya waktu untuk itu! Lepaskaaaan!"
"jangan harap! aku ga akan lepaskan!"
"ya sudah, kalau itu maumu! pegang terus tanganku. Dan aku akan terus berdiri disini, tanpa melakukan pertolongan apapun, membiarkan istrimu mati!", airin kali ini berteriak, dan kata-katanya otomatis membuatku melepaskan tangannya. Dia lalu berlari mengejar perawat yang membawa vina. Sedang aku? Hanya bisa diam melihatnya pergi. Airin menggantungku seperti ini tanpa penjelasan.
Betapa bodohnya aku!! Kuacak-acak rambutku, kukendorkan dasi yang ada dileherku, berjalan bolak balik di koridor rumah sakit, tanpa tahu apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku perbuat! Aku duduk cukup lama dilantai rumah sakit.. Pikiranku tak tentu arah, kulihat kaki Orang lalu lalang melewatiku, argggghhhh.. Aku harus bagaimana sekarang? Apa yang terjadi dengan istriku?
Dreeeet Dreeeet Dreeeet
Suara handphone di saku celanaku berbunyi.. Aku membiarkan sampai getar itu berhenti. Tapi,
Dreeet Dreeet Dreeeet
orang diujung sana tak hentinya menghubungiku, membuatku terpaksa melihat siapa yang menghubungiku.
PAK BRAM
Nama dilayar monitor itu.. Aku mengangkat pergelangan tanganku, jam sudah menunjukkan hampir jam sebelas siang.
"halo?", aku mengangkat telepon itu.
"pak rangga, Berkas yang bapak minta, sudah saya letakkan di meja CEO. Tapi saya sedikit khawatir ada yang membacanya. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? Saya sudah menunggu didepan ruang CEO dari jam sepuluh.", aku berpikir sejenak sebelum merespon pertanyaannya. Kutarik napasku dalam-dalam.. Mencoba menjalankan kembali logikaku dan memperbaiki emosiku.
"pak rangga?"
"ehm.. Iya, bawa berkas itu kembali, tunggu aku di lobby FGC. Aku akan mengambilnya sekarang disana!"
"baik, pak!",
Klik
Aku menutup telepon dan menghubungi nomor lainnya.
"siapkan mobil didepan IGD!"
Klik.
Aku mematikan telepon sebelum orang yang kuhubungi memberikan jawaban.
Aku berdiri, memastikan, bahwa handphone telah aku silent, mematikan mode getarnya, dan memasukkannya kembali dalam saku celana. Aku membetulkan letak dasiku, kemudian melangkah meninggalkan koridor rumah sakit, memasuki IGD dan langsung menuju pintu luar IGD. Beberapa perawat, termasuk dokter jaga memperhatikanku dengan tatapan yang entahlah apa itu, ketakutan, atau justru kasihan, atau aneh atau lebih parah menertawaiku?! Tapi, sudahlah! aku tak ambil pusing. Bukan fokusku untuk saat ini.
Fadli sudah berdiri disamping pintu penumpang maybach. Aku mempercepat langkahku menuju mobil hitam itu.
Fadli membukakan pintu, sebelum aku sampai didepan mobil.
"duduk disampingku!", Aku langsung masuk ke dalam mobil. Setelah menyelesaikan kata-kataku.
Fadli mengikuti perintahku, dia masuk kedalam mobil, duduk dikursi yang biasa aku duduki. Sedangkan aku duduk di kursi tempat biasa istriku duduk. Tempat duduk dimana aku menggendongnya dengan memar diwajahnya dan tak sadarkan diri. Aku mencoba menguasai pikiranku, karena sebenarnya aku ingin tinggal di rumah sakit, berada didekat istriku dan menjaganya. Tapi, sepertinya dia lebih butuh airin saat ini. Aku percayakan semuanya kepada airin. Berat rasanya untuk pergi, hatiku masih berantakan seperti ini! Tapi apa gunanya aku sekarang disini? Fuih.. Baiklah, aku akan secepatnya kembali ke rumah sakit setelah menyelesaikan agendaku hari ini, Bertanya tentang kondisi istriku kepada airin, setelah emosinya tidak meluap-luap seperti tadi.
"pak?"
"ehm.. Iya?"
"kita mau kemana?", fadli bertanya seperti orang bodoh! Kutatap sekelilingku, kami masih didepan IGD. Apa maksudnya ini???
"tentu saja ke FGC! Apa kau pikir aku homo dan akan mengajakmu ke hotel???", jawabku sambik melotot kepadanya, sedikit kesal, sekaligus untuk meluapkan emosiku saat ini. Sebenarnya, fadli tidak salah juga, aku memang sepertinya lupa memberitahu tujuan kami kemana, tapi, sudahlah! Itu salahnya kenapa baru bertanya!
"baik pak!", dia langsung menginformasikan kepada supir kami.
"fadli, perintahkan masing-masing lima bodyguards pria dan wanita dan perawat istriku untuk tetap tinggal di rumah sakit. Cari dokter airin, jaga ruang perawatan istriku. Laporkan semua tindakan medis yang dilakukan oleh istriku! Jangan ada satupun yang terlewat!"
"baik pak!", fadli kembali ke telepon selularnya dan menjalankan perintah sesuai dengan apa yang telah aku jelaskan.
Aku kembali membuka tas ku, melihat data-data dan laporan dari accounting bayangan yang telah lama aku pekerjakan di source minning company, untuk merekap semua kejanggalan dalam keuangan perusahaan itu. Sudah lama aku ingin menyelesaikan masalah ini. Dan saat ini, sangat pas! Aku tak akan berbelas kasihan pada Andika! Sudah cukup banyak dia merugikan kami, kali ini, dia harus tahu dengan siapa dia berhadapan!
"fadli, minta tim kuasa hukum haris untuk datang ke souce minning company! Aku mau mereka sudah ada disana jam dua belas siang!", pintaku lagi. Dan fadli seperti biasa, melakukan semua yang kuperintahkan dengan benar.
11:30 siang, kami sudah tiba di FGC. Pak Bram, lelaki berusia empat puluh delapan tahun, sudah berdiri dilobby dengan map ditangannya. Dia tampak sedikit cemas dan memegang map itu dengan erat ditangannya.
"minta supir untuk berhenti tepat disamping Bram!"
"baik, pak!", Fadli langsung memberikan arahan kepada supir.
Aku membuka jendela mobil, Bram yang melihatku, langsung mendekat dan aku mengambil berkas yang diberikannya lewat kaca jendela.
"aku menunggumu di source minning company untuk hadir rapat perusahaan jam satu siang! Jangan terlambat!", perintahku kepada Bram.
"baik, pak!", Dia mengangguk mengerti.
Aku menutup lagi jendela, dan mengarahkan fadli untuk tujuan selanjutnya, yaitu source minning company (SMC).
Kantor SMC tidak terlalu jauh dari kantor utama FGC. Tapi, karena sudah mendekati jam makan siang, lalu lintas agak tersendat. Kami tiba pukul sebelas lewat lima puluh lima menit.
Aku turun dan langsung menuju ke ruang utama CEO. Fadli berjalan dibelakangku, tapi jarak kami tidak terlalu jauh, sehingga dia masih bisa mendengar apa yang aku katakan dan perintahkan. Sepuluh bodyguards ada dibelakang Fadli.
Kedatangan kami, seperti kejutan bagi semua karyawan, karena aku memang tidak mengabari kedatanganku. Wajah mereka menunjukkan kekhawatiran, karena saat ini mendekati jam makan siang, saat aku tiba, mereka terlihat agak santai dan hendak bersiap keluar. Mungkin mereka menganggap ini inspeksi dadakan. Hanya orang-orangku saja yang tahu rencana kedatangan kami.
"apa staff khusus sudah kau informasikan?", tanyaku pada fadli.
"sudah pak!", jawabnya, sambil kami melangkah masuk ke dalam lift menuju ruangan utama CEO, lantai dua puluh empat.
TING
Pintu lift terbuka, aku berjalan menuju ruang CEO. Diatas sini, hanya ada ruang CEO dan ruang meeting utama. Ruangan itu sudah lama kosong, karena papa hanya datang seminggu sekali. Atau paling sering tiga kali dalam seminggu. Tapi ada yang aneh, meja sekretarisnya kosong. Apa dia tidak masuk?
Heh, aku tidak heran kalau dia tidak masuk! Sekretaris ini bukanlah pekerja keras! Dia sudah berkali-kali menggoda papaku, untungnya, papa sangat menyayangi almarhumah mama, sehingga tak tergoda olehnya! Kubuka pintu dan.. Pemandangan dalam ruangan ini sungguh sesuatu yang diluar dugaanku!!!
"Apa yang kalian lakukan diruanganku???", Andika berteriak, terlihat sangat kaget.
Pas sekali, aku bisa menyalurkan semua emosi dan kemarahanku kali ini! Bagai mendapatkan jackpot!
Andika, dan sekretaris SMC, mereka dalam kondisi tanpa busana disofa ruang kerja CEO! Andika berada diatas tubuh wanita itu, dan wanita itu sedang mengerang menikmati permainan menjijikan mereka! Aku tidak peduli apa yang sedang aku lihat, aku tetap melangkah kedalam, tanpa memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk memakai pakaian mereka. Begitupun fadli, aku tetap menyuruhnya masuk dan semua bodyguards berjaga siaga
"fadli, ambil photo mereka sekarang!"
Klik
Bukan cuma fadli, bahkan para bodyguards itu juga melakukan hal yang sama, dengan meneriakkan berbagai kata tak senonoh, merasa mendapatkan hiburan!
"pak rangga!", andika dan Fani, sekretaris SMC memanggilku bersamaan. Tapi aku tak peduli.
"jangan lupa, untuk mengabadikan videonya juga!", aku mengingatkan mereka yang sedang asyik merekam dan menyimpan foto.
"selamat si...", haris telah tiba di ruang CEO. Tapi dia tidak menyelesaikan kalimatnya dan mundur keluar ruangan melihat apa yang sedang terjadi didalam.
"masuklah! Tak perlu sungkan!", jawabku. saat ini, aku duduk diatas meja kerja menghadap ke arah pintu masuk.
haris tampak enggan, tapi melihat tatapanku, dia pun masuk, bersama tim hukumnya dengan wajahnya yang mulai memerah.
Kedua pasangan itu, sibuk mengenakan pakaian mereka. Fani sudah menangis, sedangkan Andika memakai pakaiannya dengan wajah yang aku tak tahu bagaimana mengekspresikannya! Marah, kesal, malu, dendam, entahlah. Saat ini aku tak terfokus kepada mereka. Tapi sebentar lagi, habislah mereka
"kita akan melaksanakan rapat penting hari ini, akan ada beberapa perubahan dan aku butuh tim hukum ikut di dalam rapat ini! Draftnya ada di file itu!", aku menunjuk berkas file ditangan fadli. "Tolong pelajari, apa saja keuntungan yang bisa kudapatkan dari sana!", fadli memberikan map yang tadi diserahkan oleh Bram kepada hari., dan haris cukup pintar untuk mengerti apa yang harus dikerjakan.
"baik, pak Rangga!"
"baiklah, persiapkan tim anda, kita akan melaksanakan rapat jam 1 siang!", aku melihat jam tanganku, kini sudah jam dua belas lewat sepuluh.
"kalau begitu saya akan mengadakan briefing dengan tim, dan kami akan segera siap jam 1 siang nanti! Saya permisi..", haris menjabat tanganku dan pergi dari ruang CEO.
"apakah staf khusus sudah datang?", aku berjalan ke arah kursi utama dalam ruangan ini, sambil menanyakan kesiapan timku kepada fadli...
"kau tak bisa berada diruangan ini! Ayahmu, Anwar Pranata telah menjadikanku sebagai penanggungjawab dari Source Minning Company! Aku akan melaporkan pelecehan yang telah kau lakukan padaku, dan bersiaplah, pelecehan ini, aku akan menuntutnya melalui jalur hukum!", andika, yang kini telah mengenakan pakaiannya, walaupun masih berantakan, berbicara menunjuk-nunjuk ke arahku dengan tatapan sangat kesal.
"pergi kau dari ruangan ini! Anak manja!", serunya sambil menggebrak mejaku.
Aku menaruh bolpointku, mengangkat kepalaku, dan menatapnya.
"fadli, bacakan isi map hitam yang tadi pagi saya berikan padamu!"
"baik, pak Rangga!"
Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini
ANWAR PRANATA
menyatakan, bahwa akan menyerahkan seluruh aset yang saya miliki, tanpa terkecuali, kepada anak laki-laki saya,
RANGGA PRANATA
Segala keputusan yang diambilnya, sepenuhnya adalah haknya dan saya tidak akan melalukan intervensi apapun.
10 maret 2020
"aa..aaapaaaa????", wajah Andika kini terlihat panik.
"untuk kalian!", aku menunjuk ke arah bodyguards.. "amankan mereka berdua! Saya ingin mereka hadir diruang rapat utama hari ini!"
"rangga, aku tak akan pernah lupa penghinaanmu padaku hari ini! Lihat saja, aku segera menuntut balas padamu! Aku akan memanggil kuasa hukumku, dan aku akan membuat perhitungan secara hukum denganmu!!!", andika berteriak ketika para bodyguards menariknya keluar. Aku tak peduli, mataku kembali kepada data-data yang sedang kuperiksa.
"fadli, suruh orang keluarkan sofa disana, dan ganti dengan yang baru!", aku memberikan tugas baru pada fadli, dengan mataku tetap fokus pada data-data yang sedang kuperiksa
"baik pak!"
"aku ingin sudah ada sofa baru selesai rapat nanti!"
"baik pak",
Klek
Suara pintu ditutup.. Kuletakkan bolpoint ditanganku, aku meremas kepalaku dengan kedua tanganku, sebelum akhirnya aku mengambil handphoneku yang ada disaku celana.
Pesan singkat dan beberapa telepon tak terjawab,
KAK AIRIN
nama itu menelponku hampir lima puluh kali. Beberapa pesan singkat juga dikirim olehnya.
*rangga dimana kau?
*rangga, cepat kesini, vina mencarimu!
*rangga, vina mencarimu! Dia menangis mencarimu
*rangga, apa yang sedang kau lakukan? Cepatlah kesini!
*rangga, operasi harus segera dilakukan, vina masih belum tenang, tapi ini tidak bisa ditunda! aku butuh tanda tanganmu!
*rangga, apa kau mengerti???
*rangga, apa kau tahu betapa pentingnya operasi ini untuk vina???
*
*
*
*
*
Dan puluhan pesan singkat airin kepadaku yang berisi makian.
Aku memang memang meng-silent handphoneku, aku juga menghentikan nada getar handphoneku, sehingga aku tak mendengar satupun telepon atau pesannya.
"halo, dimana kau????", suara airin, saat aku menghubunginya. Dia mengangkat sebelum dering pertama berhenti
"aku di source minning company."
"apaaaaa? Apa kau gila??? Istrimu sekarat kau..."
"airin diaaaaam!", aku berteriak, menggebrak meja dan berdiri. "dengarkan aku kali ini!", masih sambil berteriak "lakukan apapun yang terbaik untuk istriku, tenangkan dia untukku, ada yang harus aku lakukan disini untuk melindungi istriku, aku mohon, aku percayakan dia padamu.. Aku akan kembali sesegera mungkin kesana setelah masalah ini kuselesaikan dan aku yakin istriku dan perusahaannya aman!", dadaku bergemuruh.. Aku ingin sekali berada disamping istriku saat ini, tapi aku harus tetap kuat disini menyelesaikan semuanya! Air mataku menetes memikirkan vina.
"tolong.. Aku mohon padamu, jaga vina untukku..", kali ini aku menelpon airin sambil menangis.
"baiklah, rangga! Kau lakukan tugasmu, aku akan lakukan yang terbaik untuknya. Operasi akan berlangsung setelah aku menandatangani surat kuasa. Paling cepat, ini akan selesai dalam delapan jam. Berdoalah rangga.. Semoga takdir masih menjadikan kalian berjodoh!"
Klik
Airin mematikan teleponnya.
Aku masih menangis, hatiku sungguh sakit.. Apa yang harus aku lakukan? Apa doaku sanggup untuk membuat kami tetap bersama dan dapat menyelamatkan vina? Takdir??? Apa kini aku hanya bisa bergantung pada takdir???