webnovel

Blue Diamond Ring

Berawal dari kegagalan hubungan sebelumnya, Vina akhirnya tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat tangguh, mandiri dan memiliki kerajaan bisnis yang besar. keluarganya mencoba untuk membantunya melupakan masa lalunya dengan menjodohkan Vina pada beberapa eksekutif muda. tetapi, semua ditolak oleh Vina yang belum bisa melupakan pria di masa lalunya. setelah sepuluh tahun perpisahan, tanpa sengaja, Vina bertemu kembali dengan seseorang yang telah dirindukannya selama 10 tahun. akankah mereka kembali bersama? Atau dapatkah Vina menghindarinya, sehingga Ia tidak akan jatuh pada luka yang sama sepuluh tahun lalu? ikuti kisah vina dalam blue diamond ring..

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
44 Chs

Lari

"vin, tolongin gue lah.. Surat rumah itu.. Be..lum gue tebus, vin.. Gue.. !"

BRAAAAK!!!

"Rapat sudah selesai, kita bicarakan ini dikantor polisi, siapkan saja kuasa hukum anda! Haris, fadli, giring mereka ke kantor polisi, segera selesaikan masalah ini!", Rangga menggebrak meja, wajahnya sudah sangat mengerikan, aku sendiri sudah ga berani berbicara apalagi bernegosiasi dengannya.

"vin.. Vin.. Tolong gue, viiiin...!!", reza memanggilku, tapi aku ga bisa berbuat apa-apa, hanya membiarkan reza dan staffnya ditarik oleh algojo yang dibawa rangga. Dia terlalu serakah, dan sekarang harus menanggung akibatnya. Sebetulnya, aku juga ga tega reza diperlakukan seperti itu dan aku saat ini memikirkan indah. aku ga enak sama indah istrinya, yang juga teman dekatku di PMR sekolah. Bagaimana nasibnya kalau reza dipenjara? Tapi, aku juga ga yakin rangga mau melupakan masalah ini, apalagi melepaskannya dari penjara..

"metha, panggil masuk pihak asuransi yang menangani kasus kecelakaan kapal pengangkut barang-barang ekspedisi! Kita sudah terlambat 5 menit dari jadwal yang seharusnya!", rangga dengan tegas memerintah metha. Tanpa menatapku, atau sekedar tersenyum padaku. Dia terlihat kaku dan masih sangat marah.

"baik, pak!", metha setengah berlari keluar dan mempersilahkan pihak asuransi untuk masuk. Saat ini sudah pukul sembilan lewat lima menit. Jujur, aku ga berani menatap wajah rangga, kualihkan pandanganku ke pihak asuransi. Mereka masuk, dan metha langsung mempersilahkan duduk. Tanpa jabat tangan.

Aku sudah memberikan catatan pada metha untuk menghindari jabat tangan tadi, dan dia sangat paham apa yang harus dilakukan.

Perbincangan tidak terlalu rumit, mereka menjelaskan point-point pencairan dana, termasuk didalamnya prosedur yang harus kami lakukan dan syarat-syarat yang juga harus kami lengkapi. Kurang dari sepuluh menit, rangga sudah setuju dan menandatangani surat-suratnya. Dan mereka berpamitan.

"berikan surat pencairan dana pajak untuk ditanda tangani!", lagi.. Rangga memberikan metha perintah.

"baik pak, ini suratnya!"

Tanpa berlama-lama, semua selesai pukul 9:17 pagi.

"segera siapkan mobil, kita ke FGC sekarang!", perintah rangga kepada Fadli yang baru saja memasuki ruang rapat setelah menyelesaikan urusan fast auto car

"beri laporan ke pesan singkat vina seperti biasa! Saya juga ingin seluruh departemen mengaudit data dari saat perusahaan berdiri, besok saya ingin data itu sudah ada di email ceo jam 8 pagi!"

"baik, pak rangga!", metha mengangguk. Aku sebenarnya ingin tertawa.. Pasti hari ini sangat sulit bagi semua departemen dikantorku. Menyiapkan audit cuma dikasih waktu satu malam. Mereka pasti ngelembur, pikirku. Hihi.. Wajah metha sudah sangat panik sekarang. Tapi, kondisiku juga tidak terlalu baik. Aku belum mengerti, kenapa suamiku sekesal ini. Apa emosinya memang mudah berubah-ubah? Pshyco, pikiriku!!

"ayo, kita harus berangkat sekarang!", kini rangga berdiri dari tempat duduknya dan menggendongku saat aku bersiap berdiri.

"a... Aku bisa jalan!", tapi sepertinya dia tidak menghiraukan kata-kataku. Bahkan tidak menatapku! Haaah.. Habislah aku.. Dia berjalan sangat cepat walau ada beban berat tubuhku ditangannya. Tak ada kata-kata keluar dari bibirnya. Dia hanya diam mematung, sangat dingin! Aku sungguh tak suka melihat rangga yang seperti ini! Dia seperti mafia yang ingin menbunuhku! bahkan, rangga sama sekali tak melihat ke arahku.. Tak menghiraukanku.. Walaupun aku berada diatas kedua tangannya saat ini. Aku juga tidak berani menatapnya, hanya melalui pantulan dikaca lift aku mencoba mencuri pandang, mengamatinya.

Seluruh pasang mata di lobby melihat kearah kami, tapi rangga tidak peduli. Dia tetap berjalan lurus menuju mercedes maybach. fadli membuka pintu, rangga mendudukkanku dikursi, dan kemudian fadli menutup pintu kembali. Seperti tadi pagi, rangga duduk dikursi disampingku. Tapi kali ini, aku seperti bersebelahan dengan kutub selatan yang sangat dingin! Bagaikan berada dikandang buaya yang sangat buas, yang membuatku sangat ketakutan! Bagaikan tenggelam disamudera atlantik, yang membuatku hampir mati kehabisan napas! tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya. Wajahnya benar-benar tidak menyenangkan..

Aku ingin sekali menyapanya, bertanya padanya, ada apa ini? Kenapa dia memperlakukanku seperti ini? Apa salahku sampai membuatnya semarah ini? Hatiku sangat sakit kali ini.. Perlakuannya seperti ini sangat menyiksaku. Air mataku sudah hampir terjatuh, tapi aku masih berusahan menahannya.. Menahan gemuruh dan sakit di dadaku. Kutundukkan sedikit wajahku, untuk membuat rambutku dibagian kanan terjatuh menutup sisi wajahku disebelah kanan. Setelah aku yakin sudah cukup rambutku menutup wajahku sebelah kanan, aku menegakkan kembali posisi kepalaku. Butiran air mengalir sedikit dari sisi mataku, kukedipkan mataku untuk menghentikan air mataku. Aku yakin rangga tak melihatnya. Karena kini wajah kami, satu sama lain terhalang oleh rambutku.

Tak ada rasa peduli yang ditunjukkannya padaku. Sejak masuk kedalam mobil, rangga duduk, mengeluarkan laptop dan berbagai kertas-kertas dari tas kerjanya. Tak berapa lama, sudah sangat sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang dia ketik disana. Dia juga seperti membolak balik kertas-kertas itu. Suaranya membalikan kertas itu sangat berisik, rangga membaliknya dengan sangat kasar dan terburu-buru. Aku tidak menatap kearahnya, tapi semua yang rangga lakukan, sudah terbaca dalam pikiranku, suara, gerakan tubuh, aku tahu yang dia lakukan Tak ada lagi kehangatan diantara kami. Bahkan aku merasa dia tak memperdulikan keberadaanku disini. Aku hanya kursi kosong disebelahnya!

Aku tersenyum sinis, kuubah posisi dudukku, dari tegak, menjadi bersandar pada kursi, melipat kedua tanganku didada supaya rangga tidak bisa memegang tanganku dan memalingkan wajahku ke arah jendela. Dengan posisi rambutku masih menutupi wajahku disebelah kanan. Air mataku sudah hampir jatuh lagi saat ini. Tapi aku coba menahannya, dengan merubah fokus pikiranku. Untuk apa aku menangisi seseorang yang tidak memperdulikanku? Bahkan saat ini aku berada disampingnya, dia hanya menganggapku seperti kursi kosong! Hatiku semakin muak! Emosiku semakin meningkat dan Pikiranku semakin kacau! Aku ingin memakinya, ingin sekali. Tapi, aku ga yakin bisa melakukannya.. Aku takut, saat berhadapan dengannya dan memulai bicara, aku justru akan menangis dan terlihat lemah dihadapannya.. Karena aku yakin, aku.. Aku.. Memang akan terlihat lemah dihadapannya! Aku ingin dia memelukku sekarang dan menenangkanku didadanya. Aku.. Aaargghhhh, aku semakin kesal dengan diriku sendiri! Kenapa aku berpikir seperti ituuuu? Kenapa aku jadi lemah dihadapannya? Kenapa aku jadi seperti ini?

Aku coba melupakan pikiranku.. Kutatap trotoar dari kaca mobil yang melaju. Orang-orang yang berjalan kaki, pedagang yang mendorong gerobak, motor yang melewati mobil ini, berbagai macam warna helm pengendara.. Helm.. Aduuh . Kenapa mengingat helm pikiranku kembali teringat helm rangga? Motor.. Pertama kali perjumpaanku saat menabrak motornya.. Hatiku jadi semakin perih!!! Arrghhh.. Aku coba memikirkan hal lainnya.. Kupaksa otakku, Apa saja kupikirkan! Sesuatu yang lucu.. Ya, yang bisa mengalihkan fokus otakku. Aku mulai dari mengingat film mr. bean dengan tingkah kocaknya walaupun tanpa kata-kata selalu berhasil mengundang tawaku, doraemon anime kesukaanku dari kecil yang membuatku ingin sekali memiliki pintu ajaib, sinchan anime jepang dengan bentuk wajah lucu dan suara yang sangat lucu, bahkan aku memikirkan tentang berita gosip artis-artis, metha sering mengikuti gosip-gosip artis, kadang dia cerita padaku saat senggang, walaupun aku malas mendengarnya, tapi kali ini mengingat itu cukup membantu, membuatku dapat menahan air mata ini menetes. Untuk kali ini saja, untuk kali ini.. Aku tak ingin terlihat lemah didepannya! Aku kembali mencoba memikirkan hal lain, kali ini, Memikirkan tentang masa-masa indah hidupku.. acara akhir tahunku di disneyland, liburan musim panasku tahun lalu di hawaii, kartu previllage diskon belanjaku yang belum terpakai, dan berbagai hal untuk melupakan semua yang terjadi saat ini! Aku cukup senang.. Metodeku berhasil! Tapi.. Kini kekhawatiranku yang lain kembali muncul! Kami sudah masuk gerbang utama FGC.. Haduuuh.. Bagaimana ini? Aku ga ingin bersamanya! Aku ingin sendiri, aku ga ingin tangan dingin yang nyuekin aku saat ini seperti kursi kosong menyentuhku!!

Mobil berhenti didepan lobby FGC pukul 9:55 pagi. Detak jantungku semakin kencang! Dan rangga sudah memasukkan laptop dan seluruh kertas-kertas filenya. Bersiap turun. Saat itu aku sungguh benar-benar marah dan emosi dengannya! Aku menegok kekursinya setelah dia turun untuk membuka pintu mobilku. Tapi, tanpa sengaja.. Aku melihat motor kawasaki ninja berwarna hijau diseberang mobil rangga. Ya, motor itu.. Pengendara motor itu! Aku kenal dia. Lelaki itu sedang menelpon seseorang! Semoga aku tidak salah orang!! Karena saat ini, ide gila muncul dalam kepalaku!!!

Tanpa pikir panjang, aku melangkah ke tempat duduk rangga, membuka pintu mobilnya dan berlari sekencang yang aku bisa ke arah motor itu. Aku tahu waktuku hanya sedikit, sepersekian detik untuk kabur sekarang, atau aku ga akan punya kesempatan lagi!

"vinaaaaaa!! Vinaaaaaa!", rangga memanggilku. Aku tetap berlari tanpa menoleh!

"hey, cepat jalankan motornya!"

"vina?"

"cepeeet!", aku berteriak dan dennis segera tancap gas.

"vinaaaaaaaa!!!", aku masih mendengar rangga berteriak, sebenarnya aku tak ingin meninggalkannya.. Aku ingin kembali mendengarnya memanggilku seperti itu, tapi.. Hatiku benar-benar sakit dengan perlakuaannya yang seperti tadi padaku. Untuk kali ini saja, aku tak ingin peduli dengannya. Aku ingin pergi..

"ngebut cepeeeet! Jangan jalan raya, cari jalan kecil, jalan tikus, cepet dennisssss!", aku berteriak histeris, kukencangkan pegangan tanganku ke pinggangnya. Berusaha untuk tidak kaku, dan bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya supaya motor ga oleng.

Karena ini adalah pertama kalinya aku naik motor, aku agak gugup!

"oke oke.... Tapi kenapa vin?", masih ngebut, sambil berteriak dennis bertanya kepadaku.

"jangan tanya! Pokoknya pergi sejauh mungkin!!", aku memberi instruksi pada dennis. Dan dia mengerti maksudku tak ada lagi pertanyaan yang diajukannya. Motornya Segera mengarah ke jalan-jalan sempit, dan sepertinya dia sudah hapal kawasan ini.

Aku bersembunyi dibalik punggung dennis. Hati dan fisikku, benar-benar sakit saat ini. Kepalaku seperti sudah mau pecah, sakit sekali. Tapi hatiku lebih sakit!

"Vin, kita mau kemana?"

"cari tempat sembunyi yang aman!"

"oke, kalau itu yang kamu mau!", dennis melaju tanpa bertanya lagi.

Dennis sangat lihai berkendara motor. Aku menengok kebelakang, para bodyguard rangga sudah ga bisa menyusul kami. Jalanan ini sangat sempit untuk mobil! Dan terakhir aku melihat mereka sebelum dennis memasuki ujung jalan sempit. Untuk saat ini kami masih aman, pikirku. Hatiku memang sakit pergi meninggalkannya, tapi.. Sikapnya, perlakuannya yang menganggapku seakan ga ada, kasar dan dingin sangat tidak menyenangkan dan menyakitkan. Aku sudah ga peduli lagi! Sekarang aku ingin pergi darinya, walaupun ini menyakitkan. Menyakitkan karena aku ga berada didekatnya.. Dan saat ini aku sudah merindukan pelukannya.. Haishhhh

Ciit..

Dennis mengerem.

Motor dennis berhenti disebuah rumah. Tampak rumah sederhana yang sangat asri dan nyaman.

"turun, vin! Disini udah aman!", aku mengikuti anjurannya dan mengamati sekitar.

"dimana kita, den?"

"rumah sewaan aku! Masuk yuk!"

"kamu tinggal disini?"

"iya!"

"sejak kapan?"

"sejak kemaren. Aku juga udah kirim pesen ke kamu! Kamunya aja yang cuek, ga bales pesen aku!"

"pesen?"

"iya!"

Tentu saja aku ga baca. Handphoneku di rangga.. Dan.. Aku pergi sekarang tanpa membawa apapun! Handbag ku.. Hufff.. betapa bodohnya akuuu!!! Rangga pasti sangat panik sekarang karena ga bisa menghubungiku..

"kenapa vin?", dennis terlihat khawatir saat melihatku panik.

"gapapa, yuk kita masuk..!" aku terbangun dari lamunanku! Aku kan sedang kabur darinya, kenapa harus kasihan kalau dia panik ga bisa menemukanku? Bukan itu tujuanku??

"Bawa motor kamu masuk, sekalian! Biar ga ada yang ngenalin!", aku mengingatkan. Karena aku yakin, orang-orang rangga sangat profesional.

"Hah?? Yang bener aja vin.. Berat lho.. Ada tangga gitu!", dennis bernegosiasi padaku.

"yaudah, tutupin aja pake tutupan motor! Punya ga?"

"oh, ada.. Sebentar aku ambil didalem!", dennis membuka pintu, masuk ke dalam, aku mengikutinya dan menaruh tubuhku di sofa.

Tak lama, dennis keluar lagi, membawa tutupan motor dan keluar untuk menutup motornya. Handphone dikantongnya berbunyi, dia mengangkat dan berbicara dengan seseorang di ujung sana. Aku tak mendengar apa yang mereka bicarakan. Karena saat ini dennis sudah keluar dari rumah.

Rumah sewaan dennis memang sangat nyaman. Sederhana, tapi asri. Dalamnya juga sangat nyaman dan bersih. Jauh dari kata mewah. Tapi sungguh nyaman. Seperti aku berada jauh dari kota jakarta. Padahal sekarang aku hanya berada dirumah dalam gang sempit di kota jakarta.

Dennis masuk kedalam rumah, menutup pintu, dan langsung menuju kedapur, membiarkanku yang sedang beristirahat menyenderkan tubuhku disofanya, menaikkan kakiku disofa. Dan berusaha untuk senyaman mungkin menghilangkan rasa penat, sakit dan lelahku.

"minum dulu, vin!", dia kembali dengan secangkir teh.

"makasih!", aku mengambil cangkir yang diberikan dennis. "hmm.. Ocha?"

"iya! Aku bawa banyak, sengaja buat oleh-oleh!", dia duduk sambil mengambil majalah dimeja, untuk kipas..

"siapa yang ngejar kamu?"

"oh, itu...!", aku enggan menjawab. "kamu sendiri, ngapain disitu?", kucoba alihkan pertanyaanku dengan bertanya balik padanya.

"oh, Tadi? Nganterin cewek aku, lah! Dia kerja di Situ.", dennis menjawab santai

"haaaah??? Kenapa baru bilang?", sekarang giliran aku yang panik.

"kamu ga nanya! kenapa emangnya?"

BRAAAAAK!!

Aku dan dennis menengok spontan! Pintu rumahnya sudah dijebol, dan rangga berdiri disana... Haishhhhh... Matilah aku..

"hey, apa-apaan ini?", dennis berdiri dan melangkah ke arah pintu.

BUG!!

Rangga memukul dennis.. Tanpa ada aba-aba. Beberapa kali rangga memukul dennis sampai akhirnya dennis terjatuh. Aku berdiri segera dan mendekatinya.

"rangga, jangan.. Dia ga salah.. Aku coba memisahkan, dan menghentikan pukulan rangga, tapi rangga tak menghiraukanku. Kini tangannya sudah siap melayang lagi hampir mengenai dennis dan.. Aku berusaha melindunginya.

BUG!!!

Tinju itu mengenai pipi kananku. rasanya.. Pipiku panas, sakit, kepalaku pusing seakan mau pecah..luka dikepala belakangku menimbulkan rasa sakit sampai kejantungku.

"Vinaaaa!!!" itu kata-kata terakhir yang ku dengar, sebelum kesadaranku hilang. Semua menjadi gelap.