2 tahun berlalu setelah kematian Fajri dan Anna. Alarm handphone berbunyi di atas meja tepat di samping kasur. Nico mematikan alarm handphone itu dan segera duduk di kasur.
"Hoamm~"
Nico menguap, mengusap kedua mata nya lalu menggaruk kepalanya. Nico segera turun dari kasur dengan kondisi tidak pakai baju memperlihatkan tubuh otot yang sudah dia latih.
Nico berjalan ke kamar mandi dan mengambil anduk nya yang digantung. Selesai mandi Nico memakai seragam sekolah SMA dan memakai sepatu sneakers hitamnya.
"Oke... Sudah selesai. Mari kita berangkat."
Suara ketukan di pintu dari luar kamar terdengar. Yang mengetuk pintu itu adalah Adri Nobunaga. Adri perlahan mengetuk pintu dan memanggil Nico dengan lembut.
"Tuan muda, kau sudah siap?"
Ucap Adri di depan pintu kamar Nico
Nico menghela nafas "Om... Sudah kubilang jangan memanggil ku "Tuan Muda" terus menerus. Kita adalah keluarga dan Om lebih tua dariku. Aku tidak pantas mendapatkan panggilan seperti itu."
Adri perlahan membuka pintu memperhatikan Nico yang sedang memasang sepatu nya di kasur sambil duduk. Adri tertawa pelan-pelan.
"Maafkan saya, tapi anda sudah berubah dan sudah pantas mendapatkan panggilan seperti itu."
Ucap Adri.
Nico selesai memakai sepatu nya dan perlahan berjalan menuju Adri dan menatap wajahnya. Nico menghela nafas perlahan.
"Pasti karena julukan ku "Kaisar" kan?"
Ucap Nico dengan nada sedikit cemberut.
Adri tertawa perlahan dan mengelus kepala Nico "Betul, kami sekarang sudah pantas menganggap anda sebagai pemimpin clan Nobunaga."
"Terserah kau sajalah om."
Nico perlahan keluar dari kamarnya. Dia melirik ke belakang ke arah Adri yang masih ada di dalam kamar yang sambil melihat Nico di luar.
"Apa om yakin, kalau aku sekolah disini?"
Ucap Nico.
Adri perlahan keluar dari kamar Nico dan menutup kamar Nico secara perlahan.
"Tenang saja Tuan Muda, kau hanya bersikap seperti culun saja, supaya mereka tidak mengetahui kamu."
Nico dan Adri berjalan bersama keluar rumah menuju mobil yang sudah disiapkan di depan rumah. Nico memasuki mobil itu dan duduk di kursi belakang dan Adri duduk di kursi depan untuk menyetir mobilnya.
"Baiklah. Terlihat Culun dan lemah."
Nico bergumam.
Guru memasuki kelas semua murid murid memberi salam kepada guru. Nico menunggu di depan pintu sebelum dipanggil masuk ke dalam kelas.
"Baik, anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru."
Semua siswa saling memandangin ke teman sebangku nya dan mencoba tebak murid baru nya seperti siapa. Ada yang membayangi seperti culun dan pecundang lalu bagi murid yang perempuan membayangkan murid cowok yang ganteng.
"Baik semuanya. Silakan masuk nak."
Ucap Bu Guru sambil memandangi pintu kelas menunggu Nico masuk.
Nico menghela nafas perlahan "baiklah... Rambut sudah culun, kacatama sudah terlihat seperti kutu buku. Oke waktunya masuk!"
Nico membuka pintu kelas berjalan menuju kedepan papan tulis sambil memandangi semua murid murid kelas tersebut. Nico tersenyum lawaknya seperti orang konyol dan menyapa semua murid di kelas.
"H-hai... Aku Nico Nobunaga!"
Semua murid pada tegang mendengar nama tersebut. Mereka terkejut tidak main seperti merasa tidak bisa bergerak sama sekali. Salah satu dari murid tersebut memulai pembicaraannya.
"N-Nico Nobunaga? Tidak kusangka sang Kaisar berada di sekolah sini."
Nico yang merasa seperti membuat kesalahan hanya bisa menelan ludah nya sebelum kepalanya di tepuk oleh Bu Guru.
"Dasar bodoh, kenapa kau langsung menyebut nama panjang mu, Tuan Muda?"
Nico sedikit menyengir "Hehe, maafkan aku karena keceplosan Vanessa..."
Vanessa menghela nafas "Karena sudah ketahuan mau bagaimana lagi sih..."
Nico berjalan mencari tempat duduk yang kosong. Semua murid merasa tegang karena kehadiran Nico. Tapi mereka menawarkan bangku yang kosong di samping Fadil.
Nico mendekati bangku yang kosong disamping Fadil "Boleh aku duduk disini?"
"B-boleh... Silakan duduk disini Nico."
Ucap Fadil dengan kalimat patah-patah karena tegang.
"Terimakasih!" Nico segera duduk disamping Fadil.
Semua murid memandangi Nico yang duduk santai di samping Fadil. Nico merasakan bingung karena semua murid memperhatikan dirinya.
"Ada apa?"
Ucap Nico.
Semua murid segera menghadap kembali ke arah depan. Vanessa yang melihat sedikit kekacauan oleh Nico hanya bisa menerima apa yang sudah terjadi. Dia menghela nafas perlahan sebelum memulai pelajarannya.
"Baiklah, karena kalian sudah kenal oleh sih Kaisar Bodoh itu, Ibu akan memberikan kalian materi sekarang."
Nico hanya bisa menyengir sambil berkeringat dingin karena merasakan amarah dari Vanessa.
"Maaf..." Gumam Nico.
Vanessa membuka Buku pelajaran dan memulai menjelaskan materi dari pelajaran tersebut. Nico hanya bisa mendengarkan penjelasan dari Vanessa sembari sedikit mencatat materi yang dia ngerti sedikit.
"Jadi begitulah... Penjelasan dari ibu dan!!!" Vanessa mengeluarkan suara sedikit besar.
Vanessa memperhatikan Nico yang tidur saat penjelasan darinya. Vanessa merasa sedikit kesal dan mulai mendatangi Nico.
Vanessa melirik ke Fadil "Kapan dia tertidur?"
"Se-sekitar... 20 menit yang lalu."
Vanessa menghela nafas secara perlahan dan menarik kerah belakang seragam Nico.
"Bangunlah Tuan Muda!!!"
Ucap Vanessa dengan nada sedikit keras.
Nico perlahan membuka matanya dan merasa tercekik sedikit karena bagian kerah seragamnya di cengkram kencang oleh Vanessa sehingga membuat dia terangkat dan merasakan tercekik.
"Ekkhh... Maaf... Maaf..."
Ucap Nico sambil memegang kerah seragam bagian depan.
Vanessa melepaskan cengkraman dari seragam Nico. Membuat Nico terjatuh ke lantai. Nafas Nico menjadi terengah engah karena cengkraman yang kuat dari Vanessa.
"Ahh... Ahhh... Sialan." Gumam Nico.
"Saat dirumah, jangan sampai melupakan hukuman mu ya, Tuan Kaisar~"
Vanessa menyengir nakal.
Nico merasa sedikit takut. Dia menelan ludah nya berharap mencari jalan kabur dari Vanessa. Jam pelajaran dilanjutkan kembali dan Vanessa melanjutkan penjelasan Materi bagian ke 3 lalu memberi tugas dan mengumpulkannya sampai bel istirahat.