webnovel

Blanc Et Noir

Blanc Et Noir adalah kata yang artinya memiliki warna hitam dan putih. Bagi Sehun Orlando sendiri cinta adalah definisi seperti kata diatas. Yang tak selamanya penuh dengan kebahagiaan dan keindahan tetapi memiliki bagian gelap yang selalu meninggalkan bekas luka. Baginya dia adalah analogi yang paling tepat dari sebuah kata hampir bahagia, hampir bersama, dan hampir memiliki. Namun filosofi dan pemikirannya tentang itu mendadak hilang dan berubah setelah bertemu dengan Dinata Ayu, mengapa bisa begitu?

Billaaz15 · Teen
Not enough ratings
217 Chs

BEN 1.O.1 Perhatian Jaehyun

Menatap Nata dari arah depan masih saja lelaki itu lakukan. Bahkan Segaf berulang kali membasahi sang bibir. Suara yang tiba-tiba tercekat dengan pompaan jantung begitu cepat. "Semalam lampu di rumah kamu padam ya?"

Nata mendongakkan kepala—menatap Segaf dengan alis bertaut. Dari mana lelaki itu tahu? "Semalam saya habis dari rumah teman, kebetulan alamat nya sama dengan tempat yang kamu tinggali" jawab Segaf cepat, seakan tahu dengan bentukan alis Nata yang menukik.

Tentu saja itu hanya alibi. Bahkan sepertinya Segaf kalah cepat untuk menghampiri rumah Nata. Tubuh nya terbujur kaku tanpa bergerak sedikit pun. Melihat seorang lelaki berkulit putih—yang sangat—amat Segaf kenali. Putra kedua dari seorang Bintang ternama.

Masih teringat kala wajah sembab Nata yang sedang membuka pintu. Hati Segaf mencelos seketika. Apakah trauma nya sedang kambuh? Yang sangat Segaf ingat tentang Nata dari oma nya. Gadis itu selalu menyalahkan diri sendiri tentang kepergian mendiang sang ibu dan ayah.

"Ah iya bang, tapi Cuma sebentar kok. Sekitar sepuluh menit kemudian sudah hidup lagi" jawab Nata sambil kembali mengerjakan tugas kuliah nya.

Segaf mengangguk, seperkian detik kemudian lelaki itu menoleh ke arah belakang. Mendapati Lukas dan Jaehyun sedang jalan berdampingan. Aha. Sudah masuk jam sebelas rupa nya—sebentar lagi Nata akan berangkat kuliah.

"Lo sakit Nat?" itu suara Jaehyun. Yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di samping Nata. Tangan putih nya memegang kening sang teman. "Panas, lo lagi sakit ya?"

Benar saja. Segaf tidak menyadari itu. Lingkaran kantung hitam di sisi mata gadis itu disertai wajah pucat membuat Segaf iba. "Dinata nggak pa-pa?"

Jaehyun mendelik malas ke arah Segaf. Apa-apaan pemilik café di seberang ini. Sok perhatian!

Anggukan serta senyuman tipis menjadi jawaban. Nata bangkit dan berjalan mendekati Lukas. "Titip kedai ya Kas, gue Cuma ada satu kelas kok" yang dijawab Lukas dengan acungan jempol. "Tapi lo beneran nggak pa-pa kan kak?"

"Iya nggak pa-pa"

Keberuntungan bagi seorang Jaehyun. Ternyata rencana ia membawa mobil untuk pergi ke kampus tidak sia-sia. Nata sedang tertidur pulas di sampingnya. Efek diberikan obat oleh Jaehyun tadi.

Tangan yang bebas bergerak di sampirkan tepat di atas kening Nata. Berusaha mengecek suhu tubuh, lagi. Entah yang ke berapa kali ia sudah melakukan hal itu. Sudah mendingan batin Jaehyun lega.

Tidak beranjak, tangan putih nya masih berada di sana. Mengelus surai hitam nata tanpa ragu. Bahkan senyum lebar menghiasi wajah tampan Jaehyun. "Cepat sembuh Nat" bisik nya pelan.

Rosseane Citra Disastro atau gadis yang kerap di sapa Mawar itu menatap Nata dengan alis bertaut. "Lo lagi sakit ya Nat? demam begini. Sudah minum obat?"

"Sudah" yang di jawab oleh Jaehyun. Lelaki tampan itu memberikan sepiring makanan dan air mineral di hadapan wajah Nata. Ketiga nya baru saja menyelesaikan mata pelajaran kuliah. Hanya dua jam tapi rasanya sudah seperti ingin mati saja bagi Nata.

Saat lirihan kata terimakasih menguar dari bibir pucat Nata. Gadis itu menegakkan sang badan. "Kalian nggak ikut makan?"

"Nggak, masih kenyang gue. Nanti malam lo tidur di rumah gue aja Nat" saran Mawar. Nata menggeleng pelan, masih dengan alasan yang sama. "Nggak usah War, ngerepotin nanti. Badan gue juga sudah mendingan kok"

Ingin sekali Jaehyun dan Mawar menggetok kepala Nata yang sangat bebal. Menerima bantuan orang lain apa susah nya sih?!

"Kalo nggak mau, ya sudah. Nanti malam gue aja yang kerumah lo" Tidak ingin berdebat, maka Nata anggukan saja kepala nya.

"Gue boleh ikut?" tentu itu suara Jaehyun. Mawar menatap teman laki-laki nya dengan horror. "Kita berdua perempuan loh Jaehyun, kalau perlu di ingatin"

Sedang Jaehyun merotasikan bola mata nya dengan malas. "Iya gue ingat, jadi boleh nggak?"

Belum sempat Nata menggeleng—tidak menyetujui ucapan sang teman. Jaehyun kembali berbicara. "Tenang aja, nanti gue bawa satpam dari rumah biar kita bertiga nggak jadi fitnah"

"Mau kemana kamu?"

Jaehyun menoleh kala mendengar suara yang sangat ia kenali. Sehun yang sedang berdiri dengan celana pendek tanpa baju di depan pintu kamar—seperti sedang memamerkan ABS.

"Nginep di rumah Nata, sudah bilang sama mami juga!"

Entah perasaan Sehun saja atau tidak. Sekarang adik nya jadi lebih sedikit ketus jika menyangkut paut tentang Nata. Dendam Jaehyun tentang Nata yang di tolak mentah-mentah oleh Sehun kala melamar pekerjaan di kantornya sana benar-benar menyulut emosi.

"Berapa hari?" ah, ternyata belum pergi juga abang nya dari sana. "Seminggu" alibi Jaehyun. Yang saat itu juga pelototan tajam dari Sehun menghujani nya. "Lama banget. Sekalian aja kamu pindah di rumah Nata"

"Iya, tenang aja bang. Nanti aku pindah kerumah Nata, tapi nunggu surat nikah kami jadi"

Setelah mengucapkan itu, Jaehyun pergi. Meninggalkan Sehun sendiri dengan rahang yang hampir terjatuh. Saat kesadaran nya kembali pulih dengan cepat ia berjalan menuju kamar sang ibu. Jangan sampai ia kalah cepat dengan Jaehyun.

"Lo sudah kayak orang yang di usir dari rumah, Jae" suara Mawar menggema di seluruh ruangan. Melihat barang bawaan Jaehyun yang ternyata banyak sekali. Bahkan alat pemanggang daging pun di bawa oleh lelaki itu. Membuat Nata terkekeh karena nya.

"Kebetulan tadi pagi mami abis belanja daging di pasar, War. Jadi gue bawa aja sekalian" jawab Jaehyun sembari menyusun makanan di dalam kulkas yang berada di dapur.

Sesaat Nata merasakan kehangatan keluarga yang diberikan oleh kedua temannya. Bahkan benar saja, Jaehyun membawa seorang satpam untuk berjaga di depan rumah nya. "Itu, satpam lo ajak masuk aja Jae. Banyak nyamuk" saran Nata.

"Eh? Boleh?"

"Boleh, nanti dia suruh tidur di sofa ruang tamu aja"

Kini, hingga tengah malam ketiga belum juga memasuki alam mimpi. Jaehyun yang sedang sibuk memolesi daging dengan margarine dan Mawar serta Nata yang memotong buah. Sedang si bapak satpam, yang di ajak Nata untuk bergabung sedang memanaskan arang di pemanggangan.

"Ini arang nya sudah panas, Den Elsa" Doni—si satpam dengan tubuh atletis berbadan tegap itu bersuara. Membuat Nata dan Mawar lagi-lagi tertawa karna mendengar kalimat terakhir.

"Pak! Jangan panggil Den Elsa dong... Jaehyun aja!"