webnovel

Bab 2: Pertarungan Pertama

Hari itu suasana di *Blackthorn Academy* begitu tenang, hampir terlalu tenang bagi Aveline. Ketika ia melangkah keluar dari asrama, ia bisa merasakan hawa dingin menyelinap di antara lorong-lorong sekolah yang besar. Biasanya, jam istirahat adalah waktu di mana siswa-siswi berkumpul di halaman atau ruang rekreasi. Namun, kali ini, atmosfer di sekeliling mereka tampak jauh lebih mencekam.

"Kau merasa ada yang aneh?" bisik Sera di sebelahnya, seperti membaca pikiran Aveline.

Aveline mengangguk perlahan. "Ini terlalu sepi untuk sebuah pagi. Seharusnya mereka sudah tahu kita akan bergerak."

Mereka berjalan beriringan menuju gedung pusat, tempat di mana pertemuan dengan beberapa siswa baru yang ingin bergabung dengan *Iron Roses* akan diadakan. Namun, ada sesuatu yang salah. Aveline merasakan ketegangan yang tak biasa, dan intuisi lamanya memberi peringatan yang membuatnya berjaga-jaga.

"Kita perlu lebih waspada," kata Aveline akhirnya, setelah menyadari bahwa setiap langkah mereka diikuti oleh mata-mata tak terlihat. "Aku punya firasat buruk tentang ini."

Sesampainya di pintu ruang pertemuan, Aveline memperhatikan bahwa suasana di dalam sudah penuh sesak. Sebagian besar anggota baru dari berbagai kelas hadir. Ada yang mengenakan seragam dengan rapi, ada pula yang tampak berantakan akibat beberapa bentrokan kecil di hari-hari sebelumnya. Wajah-wajah mereka penuh rasa ingin tahu dan, tentu saja, ketegangan.

"Aveline," panggil seorang gadis dari pojok ruangan, menghampiri mereka dengan langkah cepat. Itu adalah Elena, dengan luka memar yang masih terlihat jelas di wajahnya. "Kami sudah siap, tetapi ada kabar buruk."

Aveline menatap Elena dengan alis terangkat. "Kabar buruk seperti apa?"

"Kita diawasi. Sepertinya Val dan *Silver Blades* sudah tahu kita akan bertemu di sini. Mereka mungkin merencanakan serangan balasan."

Tangan Aveline mengepal erat, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Berapa banyak orang yang mereka miliki?"

Elena menghela napas, ragu sejenak sebelum menjawab. "Sepertinya mereka mengerahkan semua yang mereka punya. Mereka tahu kekuatan kita semakin bertambah, jadi mereka akan mencoba menghancurkan kita sebelum kita benar-benar kuat."

Sera mendengus, suaranya penuh sinis. "Tentu saja mereka akan melakukannya. Itu taktik khas Val. Menyerang sebelum kita siap. Tapi sayang, dia salah kali ini. Kita sudah lebih siap daripada yang mereka kira."

Aveline menatap sekeliling, memindai wajah-wajah penuh harapan yang menunggu perintahnya. Meski dirinya tahu bahwa ini adalah pertempuran awal, ia juga tahu bahwa kemenangan atau kekalahan hari ini akan sangat menentukan posisi *Iron Roses* ke depannya.

"Kita tidak akan lari," kata Aveline dengan tenang. "Kalau mereka datang, biarkan mereka. Kita akan melawan balik. Tapi kita harus pintar."

Sera mendekatkan diri pada Aveline, suaranya berubah menjadi bisikan. "Kita tidak bisa melibatkan semua orang dalam pertempuran langsung, Ava. Tidak semua dari mereka siap."

Aveline memikirkan kata-kata Sera sejenak. Itu memang benar, tidak semua anggota *Iron Roses* punya pengalaman bertarung. Banyak dari mereka baru bergabung karena semangat membalas dendam, bukan karena kemampuan tempur mereka. Jika mereka langsung dihadapkan pada *Silver Blades*, mungkin mereka akan jatuh dalam kekacauan.

"Kau benar," bisik Aveline akhirnya. "Kita harus bagi dua tim. Tim pertama bersiap untuk serangan langsung—mereka yang siap bertarung. Tim kedua akan fokus pada pertahanan dan mundur jika keadaan memburuk."

Sera mengangguk. "Siapa yang kau pilih untuk memimpin tim kedua?"

"Elena," jawab Aveline dengan cepat. "Dia bisa diandalkan. Dia juga tahu cara mengendalikan situasi meskipun di bawah tekanan."

Elena, yang mendengar namanya disebut, terlihat sedikit terkejut, tetapi tidak menolak. Aveline menatapnya dengan keyakinan penuh. "Kau harus memastikan semua orang yang tidak terlibat dalam pertempuran dapat keluar dari sini jika keadaan tidak terkendali. Aku tidak mau ada korban yang tidak perlu."

Elena mengangguk tegas. "Aku mengerti. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Aveline mengangguk singkat, lalu mengarahkan pandangannya pada Sera. "Kita yang akan memimpin tim pertama. Val mungkin berpikir kita hanya sekumpulan anak lemah, tapi hari ini kita akan membuktikan bahwa dia salah."

Suara langkah kaki berat terdengar dari luar ruangan. Jantung Aveline berdetak lebih cepat. Sudah waktunya. Anggota *Silver Blades* telah tiba, dan mereka tidak datang untuk berbasa-basi.

Pintu aula terbuka dengan keras, memperlihatkan sosok Val di ambang pintu bersama pasukannya. Ia berjalan masuk dengan percaya diri, mata birunya bersinar dengan dingin. Senyum sinis tergambar di wajahnya saat melihat Aveline.

"Kau benar-benar berani menantangku, Aveline," kata Val, suaranya tajam seperti pisau. "Aku kira kau sudah kapok setelah terakhir kali."

Aveline tak bergeming. Ia sudah mempersiapkan dirinya untuk momen ini. "Aku tidak akan kalah dari orang seperti kau, Val. Kau sudah terlalu lama berkuasa, dan sudah waktunya semua ini berakhir."

Val terkekeh, lalu melipat tangannya di depan dada. "Kau bicara besar, tapi lihatlah sekelilingmu. Kau hanya punya segelintir anak-anak lemah ini. Apa kau benar-benar percaya mereka bisa melawan pasukanku?"

Sera melangkah maju, berdiri di samping Aveline. "Lebih baik kau tidak meremehkan kami, Val. Kami mungkin tidak punya banyak otot seperti kalian, tapi kami lebih pintar."

Val memutar matanya, seakan-akan tak terkesan. "Baiklah. Kalau begitu, mari kita buktikan."

Dalam hitungan detik, Val mengangkat tangannya, memberi sinyal kepada pasukannya untuk menyerang. Anggota *Silver Blades* berlari maju dengan semangat buas, mata mereka penuh dengan keinginan untuk menghancurkan. Mereka langsung mengarah pada kelompok *Iron Roses* yang sudah bersiap di barisan depan.

Aveline bergerak cepat, memberi isyarat kepada timnya untuk menyerang balik. Sebelum ada kesempatan bagi Val untuk bergerak lebih jauh, Aveline sudah meluncur ke arah musuh pertama yang mendekat. Tinju pertama menghantam rahang lawannya dengan keras, membuatnya jatuh terhuyung.

Suara perkelahian memenuhi aula. Jeritan, bunyi tinju menghantam, dan benda-benda yang pecah memenuhi udara. Sera berada di sisinya, bergerak cepat dan akurat, menjatuhkan lawan-lawannya dengan ketepatan yang luar biasa. Dalam hitungan menit, aula berubah menjadi medan perang kecil.

Namun, meskipun mereka telah mempersiapkan diri, perbedaan kekuatan antara *Iron Roses* dan *Silver Blades* masih terasa. Anggota *Silver Blades* terlatih dan berpengalaman dalam bertarung. Mereka menyerang dengan brutal dan tanpa ampun, sementara beberapa anggota *Iron Roses* mulai terdesak.

Di tengah kekacauan, Val mendekati Aveline, matanya penuh kebencian. Mereka berdua saling menatap dengan intensitas yang membara, seolah dunia di sekeliling mereka memudar.

"Aku sudah lama menunggu saat ini," kata Val, suaranya rendah namun penuh ancaman. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku? Kau tidak lebih dari bayangan masa lalu yang menyedihkan."

Aveline tidak berkata apa-apa, hanya mempersiapkan dirinya. Ia tahu bahwa inilah momen penentuan. Jika ia bisa menjatuhkan Val hari ini, maka *Iron Roses* akan mendapat tempat di atas. Namun jika ia gagal, maka segalanya akan hancur.

Val melangkah maju dengan gerakan cepat, melancarkan serangan pertamanya. Aveline menangkis dengan lincah, tetapi Val lebih kuat dari yang ia perkirakan. Serangan demi serangan diluncurkan dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, memaksa Aveline untuk terus bertahan.

Namun, Aveline tidak gentar. Ia telah berlatih keras untuk momen ini. Dengan naluri tajam dan strategi yang terukur, ia mulai membaca gerakan Val, mencari celah dalam serangannya.

Dan ketika momen itu tiba—hanya sepersekian detik saat Val melonggarkan pertahanannya—Aveline melancarkan serangan balasan. Tinju kerasnya menghantam perut Val dengan kekuatan penuh, membuatnya terhuyung ke belakang.

Untuk sesaat, waktu seolah berhenti. Val terhuyung-huyung, terkejut oleh kekuatan serangan Aveline. Para anggota *Silver Blades* yang melihat pemimpin mereka kesakitan mulai kehilangan semangat.

Aveline tidak menyia

-nyiakan kesempatan itu. Ia melangkah maju, kali ini dengan keyakinan penuh. Namun sebelum ia sempat melancarkan serangan terakhirnya, Val tersenyum licik.

"Kau pikir kau menang, Aveline? Ini baru permulaan," bisik Val sebelum mundur perlahan, memberi sinyal kepada pasukannya untuk mundur.

Pertarungan hari itu mungkin belum berakhir, tetapi Aveline tahu satu hal: ini adalah langkah awal menuju kejatuhan *Silver Blades* dan kebangkitan *Iron Roses* yang sesungguhnya.

**To be continued...**