webnovel

Tidak Tahu

Rasya memarkir mobilnya, lantas berjalan memasuki rumahnya.

Jalannya bersama Aileen malam ini sangatlah kacau, Aileen benar-benar tidak peduli dengan Rasya.

Tidak peduli dengan perasaan tidak nyamannya karena harus ada Marsya, Aileen lebih memikirkan Marsya hanya karena Marsya adalah sahabatnya.

Menjengkelkan sekali wanita itu, kenapa sulit sekali untuk peka terhadap keadaan hati seseorang.

"Kamu baru pulang ?"

Rasya menoleh dan melihat ayahnya disana.

"Iya, papah belum tidur ?"

"Sebentar lagi"

"Rasya duluan ya"

"Ok"

Rasya kembali melanjutkan langkahnya, menaiki tangga untuk bisa sampai ke kamarnya.

Rasya melempar kunci mobilnya begitu saja, semua kacau tidak sesuai dengan apa yang telah Rasya rencanakan.

Kenapa harus tiba-tiba ada Marsya, apa Rasya yang telah salah memilih tempat singgah tadi.

"Aaahh kacau semua"

Baru kali ini Rasya merasa kesal karena acaranya tidak sesuai, Rasya merasa sangat kacau karena kegagalan yang dirasakannya.

"Marsya .... kenapa harus ada dia disaat yang tidak tepat"

Rasya mungkin tidak boleh kesal, karena memang Aileen dan Marsya sudah saling mengenal jauh sebelum Aileen mengenal Rasya.

Tapi rasanya tidak bisa, Rasya tetap kesal dengan kejadian tadi, Aileen sangat tidak menghargai perasaan Rasya.

Matanya perlahan terpejam, tapi kembali terbuka ketika mendengar dering ponselnya.

Rasya merogoh saku celananya, dan melihat layar ponselnya.

"Marsya ?"

Ucapnya pelan, saat malam telah larut Marsya masih saja menghubungi Rasya.

"Untuk apa menghubungi ku"

Rasya memejamkan matanya sesaat, kekesalan terhadap Marsya kini telah bertambah lagi.

Rasya merasa kalau Marsya memang sengaja mengganggunya saat ini, ini jamnya istirahat harusnya tidur bukan malah menghubungi Rasya.

"Menyebalkan sekali"

Rasya lantas menjawab panggilan Marsya, dengan malas Rasya menyapa Marsya di seberang sana.

Marsya juga menjawab sapaannya.

"Ada apa, Sya ?"

" .... "

Rasya menghembuskan nafasnya perlahan, apa pentingnya sambungan ini.

Marsya hanya menanyakan hal-hal yang tidak penting saja, membuang waktu dan yang jelas menambah kesal Rasya saja.

"Tidak masalah, akan aku kerjakan besok, sekarang istirahatlah malam sudah larut"

" .... "

"Ya, ok"

Rasya lantas memutus sambungannya, memang tidak ada kerjaan wanita itu, kenapa bisa menghubungi Rasya tanpa ada kepentingan yang berarti.

Ponsel Rasya kembali berdering, kini gantian Aileen yang menghubungi Rasya.

"Apa mereka janjian untuk menghubungi ku sekarang, kenapa kompak sekali"

Rasya menjawabnya dan bisa melihat wajah Aileen di layar ponselnya, Aileen tampak tersenyum pada Rasya, tapi Rasya malas membalas senyuman itu.

"Masih marah ya, aku gak bisa tidur sekarang"

"Kenapa memangnya ?"

"Kamu masih gitu aja"

"Apa urusannya, kalau mau tidur ya udah tidur aja, gak usah ribet"

"Kan .... masih judes aja"

"Kenapa sih Aileen, udah tidur udah malam"

"Gak bisa tidur"

"Ya kenapa ?"

"Karena kamu masih marah sama aku"

"Memangnya kamu peduli"

"Udahan marahnya, maaf"

Rasya terdiam, kenapa Aileen harus seperti ini, kalau memang Aileen peduli dengan Rasya lalu kenapa sikapnya seperti itu tadi.

Padahal Rasya yang mengajaknya jalan, tapi Aileen justru sibuk dengan Marsya.

"Rasya"

"Hemm"

"Maaf"

"Iya, udah sana kamu tidur"

"Maaf"

"Iya udah dimaafkan, udah sana tidur"

"Bohong, wajahnya masih gitu aja"

Rasya mengernyit dengan sedikit tersenyum, lalu harus seperti apa lagi, wajah Rasya memang seperti itu adanya.

"Maaf, Sya"

"Iya Aileen, gak apa-apa udah"

"Bohong"

"Terus aku harus gimana biar dianggap jujur"

"Maaf"

"Iya udah gak apa-apa, udah kamu tidur"

"Kamu mau bilang apa tadi pas jalan, kamu belum bilang apa-apa"

Rasya kembali diam, apa masih berarti semua itu sekarang, Rasya sudah malas dengan semuanya.

"Sya"

"Apa .... kamu mau dengar apa ?"

"Mau dengar apa yang memang mau kamu bilang"

Jika tidak bisa secara langsung mungkin melalui sambungan telepon pun tidak masalah.

"Rasya"

"Aku suka sama kamu Leen, aku tidak mau kita hanya berteman saja"

Aileen balik diam, ekspresinya sangat sulit diartikan oleh Rasya.

"Aku minta untuk dikenalkan sama kamu bukan untuk berteman"

"Gak apa-apa, kita bisa sahabatan"

"Gak mau Leen, aku mau kita statusan"

"Status apa ?"

"Kekasih, atau kamu mau aku langsung melamar"

Aileen mengernyit, sepertinya Aileen telah terjebak oleh pertanyaanya sendiri.

Kenapa Rasya harus mengatakan itu sekarang, bukankah tadi Aileen sudah mengatakan dengan jelas, kalau mungkin Marsya menyukai Rasya.

"Aileen"

"Apa harus secepat ini .... kita baru kenal beberapa beberapa hari saja"

"Lalu harus kenal berapa lama untuk bisa bersama kamu lebih dari sekedar teman"

"Rasya, kita akan tetap baik kalau kita berteman"

"Menurut mu aku lelaki tidak baik untuk jadi pasangan ?"

"Bukan, maksud aku itu, pertemanan sepertinya lebih menyenangkan"

"Tahu dari mana .... lelaki mana yang pernah jadi pasangan kamu ?"

"Tidak ada"

"Kamu belum merasakan apa pun, tapi kamu sudah berani menyimpulkan seperti itu"

"Rasya, aku tidak mau bermasalah dengan siapa pun, kita sekarang baik-baik saja kenapa kita tidak bertahan dititik ini"

"Aku gak bisa"

"Kenapa ?"

"Karena perasaan aku memang bukan buat seorang teman, kamu tidak mengerti itu ?"

Aileen tersenyum, lalu Aileen harus apa sekarang.

Aileen tidak pernah berfikir untuk pacaran, Aileen suka dengan kebebasan yang selama ini dijalaninya.

"Kamu tidak percaya sama aku ?"

"Percaya dalam hal apa ?"

"Aku bisa menjaga kamu, menjaga perasaan kamu"

"Kita tidak tahu akan seperti apa hidup kita untik setiap detiknya, Rasya aku tidak pernah berfikir untuk pacaran"

"Kamu menolak ku ?"

"Tidak, aku hanya tidak siap dengan status"

"Apa alasannya ?"

"Aku takut salah bersikap atau berkata, setahu ku kalau kita berpasangan terlalu banyak hal yang mengunci kita, aku tidak mau dikekang dalam hal apa pun"

"Kita bisa bicarakan itu Leen"

Aileen terdiam, apa benar ini yang tadi ingin disampaikan Rasya.

Apa ini yang membuat Rasya marah pada Aileen, karena Rasya tidak bisa mengungkapkannya pada saat jalan tadi.

"Aileen, aku tidak akan melarang kamu untuk hal apa pun, selagi itu baik dan kamu menyukainya maka silahkan saja"

"Sekali pun kamu tidak menyukai apa yang aku sukai ?"

"Iya, kita akan berjalan perlahan, tidak ada satu pasangan pun yang bisa cocok 100%, mereka tetap saling mengimbangi satu sama lain"

"Aku takut tidak bisa mengimbangi kamu"

"Kita bisa belajar untuk itu, saling mengerti satu sama lain"

Aileen diam, kenapa sepert ini, Aileen selalu menganggap semuanya teman.

Tidak pernah terfikir untuk berpacaran atau pun status lainnya, Aileen hanya ingin berteman dan bersahabat saja.

"Aileen"

"Rasya, aku harus berfikir dulu, bisa beri aku waktu ?"

"Sampai kapan ?"

"Sampai aku berani memutuskan"

"Satu minggu lagi, aku akan tanyakan ini, kamu harus sudah siapkan jawabannya"

"Bulan depan"

"Minggu depan"

Rasya lantas menutup sambungannya begitu saja, Aileen yang bertanya dan Rasya sudah menjawabnya.