webnovel

2. Menjadi Sarjana (2)

Awal hubungan laras dan rio sangat sulit, selain di tentang kedua orang tua Laras dan reaksi dari teman-teman sekolah. laras dan Rio juga mengalami kesulitan menyesuaikan perbedaan karakter mereka, Laras yang pendiam dan dingin sering membuat Rio merasa frustasi, Rio selalu menjadi pihak yang berusaha menghangatkan suasana banyak bercerita dan bercanda tetapi respon Laras sangat sedikit sehingga kadang Rio berpikir Laras tidak benar-benar nyaman bersamanya.

Di awal hubungan mereka banyak teman yang mengatakan bahwa Rio mendapatkan Laras dengan cara yang tidak wajar, merasa agak terganggu dengan hal ituvsuatu hari rio menanyakan hal itu kepada Laras "gimana menurutmu apakah kamu percaya aku melakukan hal yang tidak wajar kepada-mu agar kau mau menjadi kekasihku?" Laras terdiam beberapa saat seperti berfikir "aku pikir jika kau melakukan hal yang tidak wajar kepadaku hanya agar aku mau menjadi kekasihmu maka Tuhan yang akan menghukummu" jawab Laras dengan dingin dan anggun seperti biasa, Rio menoleh kearah Laras dengan berbinar "jawabanmu benar-benar luar biasa" senyum Rio "kalau kau sama sekali tidak terganggu dengan berita itu maka aku pun tidak akan mempedulikan mereka" ujar Rio kemudian.

Tetapi untuk banyak hal Rio merasa Laras terlalu cuek terhadap dirinya, tidak pernah marah ketika dia membolos seolah membiarkan apapun yang dilakukan Rio tanpa dia terpengaruh sedikitpun, hal itu yang kadang membuat Rio bertanya-tanya Apakah sebenarnya Laras peduli pada dirinya. Suatu hari waktu kegiatan sore di sekolah Rio sengaja menghampiri Laras dengan sebatang rokok di tangannya, Rio duduk tepat di samping Laras dan mulai menyalakan rokoknya, teman-teman Laras yang duduk di dekat situ akhirnya meninggalkan mereka berdua agar bisa berbicara. Laras menoleh kearah Rio dan tersenyum tipis sebelum kembali membaca novelnya, Rio sedikit gemas dengan reaksi Laras yang sangat sedikit itu, "kamu lihat aku merokok, apa kamu marah? tanya Rio, Laras mendongakkan kepala dan melirik Rio kemudian menggeleng "tidak, aku tidak marah" "Kenapa kau tidak marah? Bukankah biasanya para gadis marah ketika tahu pacarnya merokok di sekolah menengah?" Laras tersenyum "Ayahku seorang perokok dan ibuku baik-baik saja akan hal itu jadi aku sudah terbiasa melihat pria merokok" Rio tampak muram mendengar jawaban Laras, rokoknya dia lempar dan diinjaknya dengan sepatunya "Kau matikan rokokmu padahal baru saja kau hisap" Laras heran "Aku sebenarnya bukan perokok aku hanya cuma menguji seberapa pedulinya kau padaku" gumam Rio gusar. "aku rasa aku tidak marah karena kau merokok bukan berarti aku tak peduli padamu" Laras membela diri.

"oh ya? apakah itu artinya kau baru saja bilang kalau kau cinta padaku" goda Rio dengan senyum usil "kau....aku tidak mengatakan apapun" Laras memukul bahu Rio ringan dan Rio menangkap tangan Laras dan menggenggamnya "kenapa harus malu? aku menunggumu bilang kalau kau mencintaiku, aku sering mengatakan aku cinta padamu jadi kapan giliranmu mengungkapkannya?" Rio masih menggoda sambil terus menggenggam tangan Laras.

" aku tidak akan mengatakanya" wajah Laras merah karena malu "sebaiknya kau segera kembali ke kelasmu karena aku juga akan mengerjakan tugas dengan temanku" usir Laras tidak tahan digoda Rio.

Rio mengusap kepala Laras sambil tertawa dan beranjak pergi.

Di bulan berikutnya Rio terlibat perkelahian dengan siswa lain, perkelahian itu disebabkan oleh salah satu siswa jurusan IPA yang tiba-tiba berteriak saat jam istirahat "anak dari jurusan IPS memiliki IQ dan EQ sangat buruk dibandingkan anak-anak di jurusan IPA" anak itu mengucapkan kata-kata itu dengan sengaja pada saat Rio berjalan dari arah kelas Laras kembali ke kelasnya, laras adalah anak kelas jurusan IPA sedangkan Rio adalah anak jurusan IPS. Mendengar hal itu Rio langsung menghentikan langkahnya dan berbalik memukul anak tersebut dengan sangat cepat, siswa yang sedang berkerumun sangat kaget tapi para siswa itu tidak ada yang membela si anak bermulut besar tersebut mereka kebanyakan justru menyalahkan anak bermulut besar tersebut dan membela tindakan Rio "wajar saja kalau Rio marah karena omonganmu itu sangat tidak pantas" ujar sang ketua OSIS "kenapa sih harus ngomong hal-hal yang nggak penting seperti itu kita semua adalah teman tidak peduli itu anak IPS ataupun anak IPA" timpal yang lain "iya nih cari masalah saja, jaga mulut besarmu bro!" cemooh anak yang berdiri paling dekat dengan anak itu, bagaimanapun Rio yang supel dan ramah selalu punya banyak teman yang mendukungnya di sekolah ini sedangkan si anak bermulut besar terdiam dan masuk ke dalam kelas tetapi kejadian itu sampai ke telinga guru dan Rio pun mendapat skorsing selama satu minggu dia harus tetap masuk sekolah tetapi tidak boleh masuk kelas dia diberi tugas yang sangat banyak di dalam perpustakaan sekolah, saat Laras mengunjunginya ke perpustakaan Rio bertanya "kamu marah padaku?" "tidak, aku tidak marah" jawab Laras dingin seperti biasa "Hei aku pacarmu dan aku baru saja Memukul orang, aku mendapat hukuman dari sekolah dan kamu sama sekali tidak marah" tanya Rio gusar "Kenapa aku harus marah? bahkan semua teman-temanku di kelas IPA tidak ada yang menyalahkanmu dan sebagian besar dari mereka menyalahkan si mulut besar itu" jawab Laras "tapi setidaknya kamu menasehatiku untuk tidak lagi berkelahi dengan anak lain, itu kalau kau peduli denganku" keluh Rio sedih, dia merasa Laras tidak peduli dengannya "Aku hanya tidak ingin membuatmu lebih tertekan ketika aku juga ikut marah denganmu" Laras menatap Rio dengan lembut "kadang aku berfikir Apakah kamu benar-benar menyukaiku? kamu sangat dingin, Apapun yang aku lakukan tidak pernah membuatmu marah kamu seolah tidak peduli denganku" Rio kembali mengeluh "Aku tidak tahu cara menunjukkan kepedulian kepada Mu tapi seperti inilah aku, maaf jika kau keberatan dengan segala sikapku" ujar Laras dingin seperti biasa, Rio menghela nafas panjang "aku sering sengaja membuatmu kesal atau marah untuk menguji apakah kau peduli padaku, Kadang aku merasa kau sangat dingin kepadaku Apakah kau benar-benar suka padaku?" tuntut Rio "terserah Bagaimana pendapatmu tapi menurutku segala sesuatunya tidak perlu harus diucapkan Bukan?" jawab Laras lebih dingin "oke, aku akan menganggap kau dingin karena memang seperti itulah dirimu tapi aku rasa kau benar-benar menyukaiku kalau tidak kau sudah lama memutuskanku di saat orang tuamu menyuruhmu, bukan begitu! goda Rio seperti biasa, Laras hanya tersenyum dan menunduk "sudahlah mulai saat ini ini aku akan berhenti mencoba membuatmu kesal atau marah, aku tidak masalah selalu menjadi pihak yang bertugas menghangatkan hubungan ini karena misiku adalah membuatmu mendapatkan yang terbaik dan ternyaman dariku" ucap Rio dengan penuh percaya diri. Laras menoleh dan menatapnya dengan penuh rasa Terima kasih rasa hangat menyelimuti hatinya.

Sejak saat itu hubungan mereka semakin lama semakin membaik, Laras tidak sedingin dulu seperti pertama kali menjalin hubungan dengan Rio. Mereka jarang bertengkar seperti pasangan lain yang saling mendiamkan selama beberapa hari. Kalaupun mereka berselisih pendapat Laras akan segera diam dan Rio akan menggunakan berbagai trik cara agar Laras kembali tersenyum mereka nyaris tidak pernah bertengkar lebih dari 15 menit dan itu terjadi selama 5 tahun ini.

Laras tidak pernah bisa menjadi seperti gadis yang lain, pada saat malam Minggu gadis yang lain akan kencan dengan pacarnya tetapi Laras hanya bisa mengurung diri di kamar dengan membaca novel-novel kesayangannya Rio tidak akan pernah datang kerumah Laras pada malam minggu karena dia pernah mencobanya dan berakhir dengan pengusiran orang tua Laras terhadapnya. pada saat ulang tahunnya Laras juga tidak bisa dengan terang-terangan pergi untuk merayakan ulang tahunnya Bersama sang pacar, laras harus puas membuka kado dari Rio secara sembunyi-sembunyi di dalam kamarnya dan kemudian menyimpannya dengan rapi di dalam lemarinya, Rio tidak pernah mengeluh tentang sulitnya hubungan ini.

Saat lulus dari sekolah menengah orang tua Laras memaksanya untuk mengambil kuliah di jurusan kedokteran karena nilai-nilai Laras yang sangat bagus tetapi Laras menolaknya karena dia phobia dengan darah saat itu orang tuanya sangat marah "jadi kamu ingin mengambil jurusan apa untuk kuliah?" tanya sang ayah "aku ingin mengambil jurusan matematika Ayah,aku suka dengan pelajaran matematika" jawab Laras. ibunya tersenyum sinis "Jurusan Matematika? mau jadi apa kamu? kamu cuma hanya akan menjadi guru les matematika setelah lulus" ujar ibunya dengan sinis "kalau kamu tidak mau mengambil jurusan kedokteran kamu tidak boleh mengambil jurusan jurusan yang lain di jalur IPA, kamu harus mengambil jurusan ekonomi karena belajar bisnis sangat bagus untuk masa depanmu" kata sang Ayah dominan "tapi bagaimana mungkin aku mengambil ekonomi? aku sangat lemah dalam hafalan" keluh Laras "kami tidak peduli dengan itu, kamu hanya punya 2 pilihan kedokteran atau ekonomi!!" bentak sang ibu. "baiklah aku akan ambil jurusan akuntansi paling tidak akuntansi lebih banyak berhitungnya daripada menghafal" Laras akhirnya mengalah dengan orang tuanya, "lalu di mana kamu akan kuliah? tanya sang ayah "aku ingin kuliah di Kota Semarang saja Ayah" jawab Laras, lagi lagi Ibu menatapnya sinis "di Kota Semarang untuk lebih dekat dengan Rio,Agar kalian lebih sering ketemu?" ujar si ibu dengan marah "tidak! kamu tidak boleh kuliah di Semarang kamu harus kuliah di Jogja" tegas ayahnya dengan dominan "Baiklah aku menurut Apapun kata kalian" ujar laras lemah, dia sudah sangat letih untuk berdebat dengan orang tuanya.

karena keterbatasan biaya orang tuanya Rio hanya kuliah di universitas lokal di kota G, Rio mengambil jurusan hukum.

selain kuliah Rio juga magang di perusahaan kontruksi milik teman ayahnya dan setiap kali dia terima gaji dia akan langsung pergi ke jogja untuk menemui Laras selama 3 hari melepas rindu mereka meskipun hampir tiap hari mereka selalu berkirim kabar lewat telepon.

Sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan jarak jauh dan selalu sembunyi dari orang tua laras, sebulan lagi Laras akan diwisuda menjadi sarjana.

meskipun awalnya Laras tidak menyukai akuntansi tetapi karena pada dasarnya laras adalah murid yang pintar dia bisa sangat cepat menyesuaikan diri, dia dengan sangat mudah mengikuti pelajaran akuntansi dan menyelesaikan kuliahnya selama 3 tahun dia menjadi lulusan termuda dengan nilai terbaik di tahun ini.

sedangkan Rio karena waktunya terbagi antara kuliah dan bekerja sehingga dia masih harus menyelesaikan beberapa semester lagi 2 tahun mendatang tetapi walaupun Rio belum menyelesaikan kuliahnya, dia sudah mampu menghasilkan banyak uang dia sudah bisa membeli mobil dengan uangnya sendiri walaupun masih mobil dengan jenis yang murah. tahun ini dia berencana keluar dari perusahaan teman ayahnya dan mulai membuka perusahaannya sendiri dari uang hasil tabungannya selama ini. Rio adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan pekerja keras,cdia tidak pernah hanya menggantungkan dari pemberian orang tuanya, sejak kecil terbiasa bekerja keras untuk memenuhi segala keinginannya termasuk memanjakan Laras.