webnovel

Yiren Sayang, Ambillah!

Editor: Wave Literature

Setelah bertengkar dengan saudara perempuannya, akhirnya Yan Yiren bisa menjenguk Neneknya.

Nenek Yan berbaring lemah di atas ranjang. Sesekali ia terbatuk dua kali. Di sana juga terlihat Ruan Yufeng yang sedang memapah obat dan membantu Nenek Yan meminum obatnya. Ia tampak sangat cekatan merawat ibu mertuanya itu. 

Mendengar suara itu, Nenek Yan menelan obatnya. Mata sayunya seketika berbinar-binar saat melihat cucunya, "Apakah Yiren yang datang?"

Yan Yiren muncul dari belakang Yan Shudan. Ia pun tersenyum sambil membalas pandangan Neneknya, "Nenek, ini aku. Aku datang untuk menjengukmu."

"Yiren, cepat kemari, Nenek ingin melihatmu."

Ruan Yufeng berdiri sambil membawa obat-obatan Nenek Yan, "Ma, kalau begitu silakan mengobrol dengan Yiren. Aku akan mengajak Shudan ke dapur membuatkan kalian makanan."

Setelah mengatakan itu, Ruan Yufeng menatap Yiren, "Yiren, makan siang di sini saja. Bibi memasak beberapa makanan kesukaanmu."

Bakat akting Yan Shudan menurun dari ibunya, Ruan Yufeng. Mereka berdua memang layak jadi pasangan ibu dan anak.

Yan Yiren mengangguk perlahan. Setelah ibu dan anak itu keluar ruangan, Yan Yiren menutup pintu dan menguncinya.

Ia tidak ingin ada orang lain yang mengganggu.

Kemudian ia kembali mendekati Nenek Yan. Ia menggenggam tangan ringkih Nenek Yan untuk ditempelkan ke wajahnya. Dengan lembut ia berkata, "Nenek, Nenek harus segera sembuh, jangan membuatku takut."

"Nak, kau sudah cukup menderita." Ucap Nenek Yan. Mendengar itu, mata Yan Yiren berkaca-kaca. Neneknya pun berkata lagi, "Mereka berdua menyiksamu lagi, kan?"

"Tidak." jawab Yan Yiren.

"Tidak usah menutup-nutupinya. Nenek lebih tahu dari siapapun." Nenek Yan mengeluh kepala Yan Yiren, "Nenek tidak bisa membantumu dengan tulang rapuh ini. Nenek juga tidak tahu kapan dapat pergi..."

"Nenek!" Yan Yiren memotong ucapan sedih neneknya dan tersenyum penuh harapan, "Nenek akan panjang umur. Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak, aku tidak suka mendengarnya."

"Baiklah, Nenek tidak akan bicara lagi." Nenek Yan kemudian mengeluarkan sebuah map berisi dokumen dari laci dan memberikannya pada Yan Yiren.

Yan Yiren tampak kebingungan. Ia tidak membuka map itu langsung dan bertanya, "Ini apa?"

"Ini tabungan Nenek. Semuanya kuberikan padamu. Ayahmu juga brengsek, jadi Nenek tidak akan menelantarkanmu. Dokumen ini adalah tabungan nenek yang sudah dikumpulkan seumur hidupku. Semuanya Nenek wariskan padamu, cucuku tersayang."

Mata Yan Yiren semakin basah, "Nek, tidak usah." Ujarnya dengan suara yang terisak.

"Ambillah. Jangan sampai diambil oleh Ruan Yufeng dan anaknya. Kau ingin Nenekmu mati karena marah?" Ucap Nenek Yan sambil menggenggam erat tangan Yan Yiren. Ia langsung meletakkan dokumen itu di atas tangannya, "Yirenku tersayang, ambillah!"

Setelah keluar dari kamar neneknya, Yan Yiren langsung menyembunyikan dokumen itu di dalam bajunya. Pandangannya kosong tenggelam dalam pikiran.

Ibu dan anak itu, telah membuat ibu Yan Yiren jatuh sakit, depresi, dan akhirnya meninggal.

Ibu dan anak itu akhirnya mendapatkan posisi yang mereka inginkan. Mereka tampak baik dengan Yan Yiren. Namun di belakangnya, mereka memikirkan berbagai cara agar Yan Yiren menderita dan tidak dianggap oleh ayahnya. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan cinta sejati dari sang Tuan Rumah, yaitu ayah Yan Yiren yang bernama Yan Ningkang.

Yan Yiren menarik napas dalam-dalam. Ia memeluk dokumen itu erat-erat dan meninggalkan rumah besar ini. Meski seharusnya ia bekerja, ia izin terlebih dahulu untuk tidak masuk kantor saat siang hari. Yan Yiren berjanji akan kembali ke kantor lagi pada sore harinya. 

Yan Yiren pun kembali ke apartemennya yang berada di tengah kota. Ia tidur sejenak selama setengah jam untuk mengumpulkan energi, barulah ia kembali ke kantor.

****

Sesaat Yan Yiren telah kembali ke kantor. Seorang kepala divisi tanpa Dengan ekspresinya yang datar ia mengetuk mejanya, "Yan Yiren, Presdir mencarimu."

Di perusahaan ini ada satu peraturan untuk orang cantik yang mencolok, yakni dikerumuni orang banyak atau terisolasi dari orang banyak.

Yan Yiren salah satu wanita cantik yang terisolasi di kantor ini.

Sejak hari pertama Yan Yiren masuk ke kantor ini, teman sekantor yang ada di sebelahnya memandangnya berbeda. Namun ia tidak peduli dengan hal itu. 

Hal yang terpenting baginya adalah menjaga hubungan yang bermanfaat diantara teman sekantornya, jadi tidak perlu menjalin hubungan terlalu dekat.

Yan Yiren juga tidak akan berpikir naif bahwa nanti akan mendapatkan teman sejati di kantor ini.

Ia pun tidak mendengar gosip di antara perempuan-perempuan sekantornya. Teman lelaki sekantornya yang terlalu bersemangat juga masih beberapa kali menggodanya.

"Ya, saya mengerti."

Setelah merapikan dokumen yang baru ia kerjakan, Yan Yiren berdiri dan berjalan menuju ruang presdir perusahaan ini.