webnovel

Jadi Janda

Cuma emang ada satu kendala. Eh, bukan kendala sih tapi lebih tepatnya keingintahuan. Masyarakat banyak yang nggak tau asal-usul Rianti. Pada hari-hari menjelang pernikahan, banyak orang yang datang di rumahnya dan keliatan banget kalo Ucok bangga sama bininya yang baru. Dan di situ ke-kepo-an orang makin menjadi-jadi karena bener-bener – sampai hari itu - nggak ada seorang pun dari keluarga calon wakil pengantin wanita yang datang atau dikenalin. Boro-boro orangtua, saudara atau teman aja gak ada!

Ini misterius kan. Seolah Rianti, gadis berkacamata minus itu, nongol dari muka bumi dan dipetik begitu aja tanpa orang tau asal-usulnya. Bagi beberapa orang hal itu penting tapi buat Ucok sih nggak penting-penting banget. Rupanya kecantikan dan kemolekan Rianti bikin orang itu mengabaikan keanehan.

“Jangan-jangan, dia itu kuntilanak,” kata Yahya.

“Hush.”

“Habisnya misterius banget. Prinsipnya kan sama tuh. Datang tak dijemput, pulang tak diantar.”

“Gue sih ngeduga kalo dia itu mata-mata pemerintah,” Yayad berasumisi. “Masuk ke daerah ini cuma untuk nandain mana warga yang suka bikin kacau sebelum kemudian mereka diciduk.”

“Gue nggak mikir sejauh itu.”

“Menurut elo gimana tuh, Roy?”

“Jangan-jangan dia itu…. Cowok.”

“Haaaa?!” – 3x

Akibat pandangan seperti itu, Jayat langsung di-bully. “Gile, lu bisa kepikiran sejauh itu. Jangan-jangan elo yang tertarik sama cowok?”

“Lu ketauan boss ngomong gitu bisa digantung lu.”

“Mangkanya gue hanya ngomong sama elo-elo pada. Gue yakin kalian semua gak ada yang bocor mulut kan? Maklum aja gue kepikiran gitu. Ini udah sebulan sejak pertama kali info, koq kayaknya masih misterius banget dianya. Jadi, siapa tau dugaan gue bener.”

Mimik muka Yahya serius. “Elu kudet sih. Boss udah pernah cerita sama gue. Yayad juga tau waktu si boss bilang dia pernah…”

“Apa?”

“Udah pernah gituan sama calonnya.”

“Ooooh.”

“Iya kan, Poy?”

“Yang gue tangkep sih boss hanya remas-remas. Dia tuh masih perawan.”

“Jadi mana yang bener?”

“Yang bener adalah artinya bu Ucok ini asli cewek. Kan udah dicek fisik dulu semua onderdilnya.”

*

Astuti sadar bahwa duit di tangannya bisa habis dengan cepat kalo dia nggak gunain dengan cara bijaksana. Setelah habis buat beli rumah, perabotan, motor, dan macem-macem keperluan otaknya mikir sedikit lebih serius. Walau dirinya berpendidikan terbatas dan kadang dia tahu beberapa orang ke-gap ngomong di belakangnya bahwa dia itu IQ jongkok, Astuti nggak mau nyerah. Dia mau buktiin bahwa dia juga kadang bisa cerdas juga. Karena itu Astuti mikir bahwa dengan sisa duit yang ada hasil harga gono-gini, dia harus buka usaha kalo mau tetap hidup.

Dengan minimnya skill, dia nggak berharap bisa kerja di kantoran. Lagipula, apa yang bisa didapat dengan pendidikan yang hanya tamat SMA? Saat dirinya tamat, ia sudah langsung dikawinin Ucok yang nggak tahan nabung dosa terus selama mereka pacaran. Saat itu, kepalang tanggung, Astuti juga nerima lamaran itu dan mereka sah jadi suami isteri biarpun benih di kandungan udah jalan empat bulan.

Yang lalu biarin aja lewat. Sekarang dia harus mikir ke depannya kayak apa. Dan ada juga satu hal lagi. Dengan dirinya masih semuda ini, ada hasrat yang musti dipenuhin.

Gimana cara ngatasinnya?

*

Di hari-hari berikutnya, kasak-kusuk antara mereka bertiga makin heboh. Yayad, Yahya, dan Jayat jadi semangat gara-gara satu kata tadi yaitu ‘remas.’ Apalagi makin dekat hari H, boss mereka makin sering didampingin Rianti si gadis dengan kulit seputih bangkuang.

Dan karena nggak jelas asal-usulnya itu juga, rumor makin menjadi-jadi. Sekarang yang lagi hot adalah rumor bahwa alasan Ucok nggak mau ngungkapin asal-usul bininya karena Rianti itu mantan gadis panggilan, padahal jelas itu ngaco. Ini emang tuduhan yang kejam. Tapi ya apa boleh buat. Ketika sebuah rahasia dibiarin tetap ketutup dan nggak mau dibuka maka resikonya seperti itu dan imajinasi liar bisa mengembara kemana-mana.

Cuma ya apa pun itu, siapa pun Rianti, gadis itu tetap berkilau. Penuh pesona dan sangat menggoda. Terlebih buat tiga orang itu tadi yaitu: Jayat, Yayad, sama Yahya. Mulanya mereka berpikir mereka hanya bisa ngiler dengan ngeliat dari jauh. Tapi di kunjungan-kunjungan berikut suasananya koq beda. Ini diketahui oleh Jayat lebih dulu.

Kita bahas dulu sedikit soal si Roy. Orang itu adalah yang termuda di antara mereka bertiga, tapi Jayat paling pengalaman dalam hal cinta. Kalo 2 temannya yang lain baru pernah sekali punya pacar – dan masing-masing hanya bertahan dalam hitungan bulan - Jayat udah berkali-kali gonta-ganti pacar. Waktu ditanya sudah berapa yang dipacarin, teknisi HP di sebuah konter gadget di mall ini nggak inget persis. Tapi yang jelas minimal 8 dan mereka itu punya latar belakang beda-beda. Ada yang anak SMU, mahasiswi, karyawati, buruh pabrik, sampe SPG. Keren kan si playboy ini? Di antara mereka bertiga, Jayat emang paling keren. Sebetunya kalo dia kaya sedikit aja bisa jadi dia udah direktur jadi boyband. Dua teman lainnya wajahnya standar sih. Nggak ada istimewanya.

Nah, karena dianggap pengalaman dalam hal cinta – biarpun masih belum kawin – Jayat sering diminta pendapatnya oleh Yahya atau Yayad. Mereka nanya tentang banyak hal mulai dari teknik pendekatan. Dengan senang hati Jayat ngasih semua ilmu yang dia tahu. Mulai dari teknik ngerayu, teknik pacaran hemat modal, sampe teknik – kalo udah bosen – bagaimana ninggalin mereka tanpa ngerasa sedih berkepanjangan.

Dasar Jayat itu playboy. Dia nyoba peruntungan dengan ngasih senyum dan kadang sedikit tindakan rayuan yang sangaaaaaat halus dan maut. Pikirnya, itu semacam iseng-iseng berhadiah. Ternyata si ibu boss anteng-anteng aja. Dia mau tingkatin dengan mulai nyentuh-nyentuh badan tapi takut juga kalo nanti digaplok.

Tapi yang dia nggak nyangka, saat dia ninggalin jauh-jauh ide begitu, Rianti ternyata seperti ngasih angin. Saat Jayat ngasih senyum di awal-awal pertemuan, Rianti diem. Jayat memberi bantuan, dia diem. Bantuan lain pun bermunculan seperti sekedar menyiapkan minum, membawakan bangku untuk dirinya duduk, memayungi dari panas dan hujan, membawakan obat saat demam, serta banyak lagi yang lain.

Rianti yang merasa diperlakukan istimewa jadi mulai respek. Di hari-hari berikutnya, senyuman Jayat pun udah nggak didiemin. Rianti balas ngasih senyum. Rianti balas bersikap ramah dan kadang-kadang bawain gorengan untuk Jayat nikmatin sama-sama temannya yang lain. Melihat perkembangan yang menggembirakan, Jayat coba ningkatin sedikit keberanian.

Pada waktu ngebeliin makanan siangnya, seperti biasa Jayat ngasih senyum. Biasanya Rianti balas ngasih senyum. Tapi siang itu situasi beda. Rianti bukan hanya ngasih senyum tapi juga ngasih yang lain ke Roye: kedipan mata.

“Nggak salah lu?”

“Bo’ong kali lu.”

“Paling lu yang ge-er.”

“Nggak mungkin ah…”

Semua itu adalah reaksi tanggapan dari Yahya dan Yayad menanggapi kunjungan Rianti yang hari itu terasa beda sampai-sampai kemudian – masih menurut Jayat – mulai ngedipin mata.

“Tapi apakah kedipan mata itu udah pasti artinya dia naksir elo?”

“Emang nggak selalu. Tapi 90% begitu deh.”

“Artinya ada kemungkinan 10% elo salah duga?”

“I-iya juga sih.”

“Betul. Gimana kalo dia ngedip gara-gara kelilipan?”

“Nah itu dia. Elo nggak pantes ge-er.”