4 Chapter 04

Seharusnya wanita malam sepertinya sudah kebal dengan penghiaan dan juga perlakuan tak layak, akan tetapi sebagai wanita tercantik di Barnard Club sudah seharusnya seorang Merry Qarrshicx diperlakukan layaknya princess.

--

"Mr. Qilbert, Anda tidak bisa bersikap seperti ini. Dia itu, Merry. Dia bekerja di club ini dan malam ini Anda sudah merusak riasannya. Jika seperti ini, Merry bisa kehilangan banyak pelanggan dan club saya mengalami kerugian besar." Nada suaranya terdengar menajam diakhir kalimat.

Ekor mata Darren melirik sekilas. "Sudah bicaranya?"

"Anda harus bertanggung jawab, Mr. Qilbert. Anda harus mengganti kerugian dalam jumlah yang sangat besar."

Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran telah memaksa Darren menolehkan wajahnya pada Barnard, selaku pemilik club.

Bermanjakan siluet biru yang menyilau tajam telah membuat tubuh Barnard menggigil hebat. Bersamaan dengan itu beringsut mundur. Satu hal yang Barnard inginkan saat ini adalah menghilang dari hadapan sang billlionaire saat ini juga.

Takut? Tentu saja!

Siapa yang tidak takut bermandikan siluet biru yang terbiasa menyilau indah. Kini, berubah nyalang senyalang tatapan Iblis Lucifer ketika ingin meluluh lantahkan para musuh - musuhnya.

Siapa pun yang melihat penampakan sang billionaire saat ini pasti akan dibuat lari tunggang langgang. Begitu pun dengan yang dirasakan oleh, Barnard.

Sungguh, bermanjakan siluet biru malam ini terasa sangat mencekam hingga jantungnya terasa dihancurkan saat itu juga. Tidak hanya tatapan. Sang billionaire telah menebar aura mematikan.

Satu hal yang Barnadr rasakan, jantungnya bagaikan diremas dengan sangat kuat. Setelahnya dilemparkan ke tengah - tengah kobaran api.

Tuhan, please selamatkan aku. Bawa aku menghilang dari sini, detik ini juga. Pintanya dalam hati dengan tubuh menggigil hebat.

Sialnya, Dewa keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Terdengar suara bariton yang mendominasi dengan arogansi tinggi tampak menyapu pendengaran.

Tak ada yang Barnard lakukan selain mematung pada posisinya saat ini. Tidak hanya mematung, tubuhnya pun bergetar hebat atas tatapan tajam mematikan yang terus menerus dilemparkan padanya.

"Apa telinga mu itu tuli, hah? Kemari!" Bentak Darren hingga suara bentakannya mengalahkan bisingnya suara musik club.

Sialnya, Barnard seperti tidak mendengar sehingga masih saja mematung pada posisinya saat ini.

Apa yang harus ku lakukan? Tuhan, bantu aku. Selamatkan aku dari kekejaman sang billionaire. Please, bantu aku, Tuhan. Bawa aku pergi dari sini saat ini juga. Please ... batinnya dengan tatapan mengunci pada wajah tampan setampan Dewa Yunani.

Sementara itu, bibir kokoh tampak menyungging senyum smirk. "Aku bukan Iblis Lucifer yang bertindak dengan sangat kejam pada orang yang yang tidak bersalah. Kemari atau ku patahkan kedua kaki mu sehingga kau tidak bisa lagi berjalan, hah?" Nada suaranya terdengar lirih, akan tetapi penuh perintah tak terbantahkan.

Tidak ada pilihan lain, akhirnya Barnard mendekat. "Iya, Sir." Lirihnya dengan wajah menunduk takut.

"Tidak ada tikus di bawah sana! Angkat wajah Anda, Mr. Barnard!"

Dengan takut - takut mengangkat wajahnya sehingga bermanjakan manik biru yang menghujaninya dengan ketajaman penuh. Tidak ada satu patah kata pun yang mengiringi pergerakan bibir kokoh kecuali melemparkan segepok dollar bernilai ratusan juta. "Ambil dan pergilah! Jangan mengganggu kesenanganku."

Refleks sang pemilik club langsung membeliakkan tatapannya. Ini nyata atau? Sambil menepuk - nepuk pipinya sendiri.

Seketika rasa takut hilang bergantikan dengan rasa bahagia yang tak terkira. Langkah kaki terlihat semakin mendekat ke arah Darren beriringan dengan bibir terbuka. Namun, gerakannya tertangguhkan oleh kata - kata sarkastik. "Apa uang itu belum cukup untuk membungkam mulut mu, hah?" Tanyanya tanpa mau melihat ke arah lawan bicara.

"Cukup, Sir. Sangat cukup bahkan uang ini lebih dari cukup."

"Lalu, apa lagi yang kau tunggu? Pergilah!"

"Baik, Sir. Saya permisi." Sembari membungkukkan badan sebelum melenggang dari hadapan sang billionaire.

Sialnya, baru beberapa langkah sudah dihentikan oleh suara bariton yang mendominasi dengan arogansi tinggi. Bersamaan dengan itu langsung memutar tubuh dengan segera. Barnard tampak membungkukkan badan. "Iya, Sir."

"Sterilkan ruanganku dari barang bekas!" Perintahnya tanpa melihat ke arah lawan bicara. Bersamaan dengan itu langsung melenggang menuju ruangan VVIP.

"Baik, Sir." Jawabnya dengan tatapan mengunci pada punggung kekar yang semakin lama semakin hilang dari pandangan.

Paham dengan yang dimaksudkan oleh sang billionaire. Dia pun langsung memberi peringatan keras kepada seluruh wanita yang bekerja pada Barnard Club untuk tidak mendekati ruangan VVIP, apalagi sampai memasukinya.

"Paham?" Tanyanya yang langsung diangguki oleh para wanita bertubuh molek tersebut.

"Jika kalian melanggar maka, nasib kalian akan sama dengan, Merry. Bahkan lebih buruk."

Dan berbicara tentang Merry telah membuatnya bertanya – tanya, bagaimana keadaan wanita itu sekarang?

"Ah, buat apa juga perduli. Yang terpenting adalah … " kalimatnya terjeda berpadukan dengan senyum smirk pada banyaknya uang ditangan.

"Kerja bagus, Merry. Malam ini kerja mu benar - benar luar biasa bagus, baby." Sembari mengurai senyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Tanpa harus bekerja keras. Uang pun berdatangan," ucapnya diiringi dengan gelak tawa. "Uh, seandainya saja setiap harinya seperti ini. Aku pasti akan kaya raya seperti mu, Mr. Qilbert."

Barnard kembali tertawa terbahak - bahak hingga suara tawanya tampak menggaung ke seluruh ruangan. Namun, tawa seketika reda ketika terdengar suara ketukan.

"Masuk!" Perintahnya tanpa mau beranjak dari posisinya saat ini.

Sang bodyguard tampak membungkukkan badan. "Permisi, Sir."

"Ada apa? Cepat katakan!" Sembari memasukkan segepok dollar ke dalam brankas.

"Ms. Merry, mengajukan libur untuk hari ini dan meminta Anda segera menemuinya di apartement."

Shittt, berani sekali wanita hina itu memerintahku. Aku tahu dia yang paling cantik dan paling banyak diminati. Tetapi tidak seharusnya dia bersikap selancang ini. Geramnya.

"Kau saja yang ke sana! Penuhi apa pun kebutuhannya!"

"Baik, Sir. Saya permisi." Setengah membungkukkan badan sebelum melenggang dari hadapan Tuan nya.

Mengganggu kesenanganku saja! Umpatnya beriringan dengan tatapan yang dia lemparkan pada punggung kekar sang bodyguard.

"Hai, tunggu!"

Yang dipanggil langsung menghentikan langkah, bersamaan dengan itu memutar tubuh dengan segera. "Iya, Sir."

"Saya sedang ingin sendiri. Jangan biarkan siapa pun masuk!"

"Baik, Sir. Saya permisi." Yang dijawab dengan deheman.

Kau sudah sangat lancang, Nona Merry. Semakin hari sikap mu semakin semena - mena. Kau bersikap seolah - olah kau lah pemilik dari Barnard Club. Wanita hina menyedihkan. Umpatnya.

Ah, tapi dia juga aset di club ini. Bagaimana pun juga dia telah memberiku banyak keuntungan termasuk hari ini. Lanjutnya dalam hati.

Barnard terlihat menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi berpadukan dengan seulas senyum penuh arti. Hati Barnard masih saja melambungkan angan bahagia.

"Besok kau harus membuat sang billionaire mengeluarkan uang dalam jumlah yang lebih fantastis, baby." Ucapnya entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian di dalam ruangannya.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

avataravatar
Next chapter