32 BB.031 CAN I LOVE YOU?

Senyum Jean tidak mau hilang setelah mendapat perlakuan manis dari Dominic. Bagaimana pun juga, Dominic hanyalah manusia biasa, terlepas dari siapa dia, dan apa yang dilakukannya diluar. Janjinya untuk membuat Dominic mengeluarkan sikap aslinya bukan hanye sekedar janji. Jean bersungguh-sungguh ingin membuat Dominic menjadi dirinya sendiri, tanpa bertopeng untuk menutup-nutupi siapa dia sebenernya. Karena Jean yakin jika Dominic memiliki sisi hangat dan baik, meski orang lain tidak mengetahuinya. Dan kalau bisa, Jean ingin merubah Dominic, menghilangkan kebiasaannya bertarung seperti hewan liar yang dilepaskan dari kandang setelah beberapa tahun dikurung. Meski Jean tidak tahu caranya akan membuat Dominic berubah. Tapi setidaknya Jean sudah berusaha, meski nanti hasilnya nol. 

"Apa terlalu lama di dalam rumah membuat akal sehatmu menjadi berkurang?" Dominic tiba-tiba datang dari belakang saat Jean sedang mencuci piring sambil melamun. 

"Hah?" Jean sedikit bingung apa yang diucapkan Dominic, ditambah fokusnya menjadi hilang karena Dominic hanya mengenakan handuk melilit dibagian bawahnya. Harum dari shampoo dan juga sabun memyeruak karena Dominic baru selesai mandi, tidak lupa rambut basahnya menambah kesan seksi dimata Jean. 

Jean segera menggelengkan kepalanya. Entah sejak kapan dia menjadi berotak mesum saat melihat Dominic. 

"Apa yang sedang kau pikirkan." Dominic melihat semua gerak-gerik Jean. 

"Tidak." Jawab Jean cepat. Tidak mungkin juga dia mengatakan jika Jean sedang menatap tubuh seksi dari suaminya. 

"Kau memang sudah kehilangan kewarasanmu gara-gara terus berada di salam rumah." Ejek Dominic, tapi dengan bibir sedikit terangkat. 

"Ya, aku sudah sedikit gila karena terlalu lama terkurung dirumah ini." Ujarnya. Dominic terdiam untuk beberapa saat. 

"Kau ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya Dominic. 

Lagi-lagi Jean terbingung dengan lontaran pertanyaan Dominic. Apa tadi Dominic menganggap serius ucapannya? Batin Jean. 

"Itu.. Ya, aku memang ingin pergi kesuatu." Jawab Jean. Sekalian saja dia meminta untuk pergi. Karena Jean ingin sekali mengunjungi rumah ayahnya. 

"Kemana kamu ingin pergi? Jepang? Korea? Paris? Italy? Atau Roma?" Tanyanya beruntun. 

"Tidak, aku tidak ingin pergi jauh-jauh. Aku hanya ingin pergi mengunjungi daddy. Sudah lama sekali aku tidak mengunjunginya." Jean mengucapkan itu dengan wajah penuh harap. Dia benar-benar sangat merindukan daddy nya. Apakah wanita ular itu memperlakukan dengan buruk? Apakah wanita berbisa itu terus bermain dengan pria-pria muda di belakang ayahnya.

'Ngomong-ngomong tentang brondong ibu tiri Jean, bagaimana kabar pria itu? Terakhir Jean melihat saat dia disekap dan diikat. Persetan dengan kabarnya, dia pantas untuk mendapatkannya.' batin Jean. 

"Baiklah, kita pergi." Dominic menyanggupi Jean untuk pergi berkunjung ke ruang ayahnya. Tapi Jean baru sadar kalau Dominic mengatakan kata 'kita'. Kita yang dimaksud Dominic ini Jean dengan Dominic, atau bagaimana? 

"Kita?" Tanya Jean memastikan.

"Kau tidak mau aku ikut mengunjungi ayah mertua?" Pertanyaan Dominic membuat perut Jean tergelitik. Ada apa dengannya beberapa hari ini. 

"Tidak, maksudku-" Jean tidak melanjutkan ucapannya. Karena, ya, dia tentu saja senang karena Dominic ikut bersamanya mengunjungi rumah ayahnya. Jean juga takut ditanya-tanya jika Dominic tidak ikut bersamanya. 

"Kalau begitu, cepat bergegaslah dan mandi." Perintah Dominic. 

Belum Jean menjawab, Dominic melangkah maju lebih dekat kepada Jean dan berbisik tepat di telinganya. "Atau kau mau aku mandikan." Bisiknya sensual. 

Jean menahan nafasnya karena jarak Dominic begitu dekat. Padahal udah sering Dominic melakukan itu, dan sudah sering juga mereka melakukan 'itu' tapi tetap saja Jean masih malu jika Dominic menggodanya. 

"Bernafas." Kata Dominic dengan sedikit kekehan karena melihat Jean yang menahan nafasnya. 

Jean pun segera menghirup udara banyak-banyak. Diperlakukan seperti itu membuat Jean sampai lupa untuk bernafas. 

"Cepat, kuhitung sampai tiga, kalau kau tidak pergi juga, aku akan segera menyeretmu ke atas ranjang dan mengurungmu selama satu harian penuh." Ancamnya. 

"Satu, dua, ti-" Sebelum hitungan ke tiga Jean langsung lari dengan cepat sambil menggerutu. 

"Dasar Dominic gila.." Teriakan Jean menggema. Buka marah, Dominic malah tertawa. 

"Kau membuatku memiliki warna baru, Ms Flo." Cicit Dominic. 

****

Jean dan Dominic sedang dalam perjalanan menuju rumah kediaman ayah Jean. Wajah ceria Jean kembali terlihat. Dia senang karena ingin bertemu ayahnya, dan juga bisa ditemani oleh Dominic. 

"Kau begitu senang bertemu dengannya?" Tanya Dominic melihat betapa bahagia nya wajah Jean saat ini. 

"Tentu saja. Sudah cukup lama kita tidak bertemu." Jawab Jean. 

"Begitu? Apa kau sangat menyayangi daddy mu?" Tanya Dominic lagi. 

Jean mengerutkan dahinya, karena Dominic tiba-tiba bertanya seperti itu. 

"Tentu saja, seorang ayah akan menyayangi anaknya." Jawaban Jean membuat smirk smile Dominic keluar kembali. 

Jean melihatnya, melihat senyum mengerikan itu. 'Apa aku salah bicara?' batin Jean tidak mengerti untuk beberapa saat, sampai Jean teringat jika hubungan Dominic dengan ayahnya begitu buruk. 

Jean menaruh kepalanya di dada Dominic. Jarinya membentuk pola bulat-bulat di dada bidamg suaminya. 

"Apa aku salah bicara?" Tanya Jean. 

"Tidak." Jawabnya cepat. 

Tapi Jean tahu betul jika mood Dominic menjadi buruk karena menyebut satu kata 'ayah' padahal tadi Dominic lah yang bertanya-tanya lebih dulu. Tapi moodnya menjadi turun karena pertanyaannya sendiri. 

Jean pun berpikir keras, agar mood Dominic menjadi lebih enak. Satu menit, dua menit, bahkan sampe lima menit pun Jean tidak menemukan apapun. Karena memang minimnya informasi tentang Dominic. 

"Pada usia berapa kau ditinggalkan oleh ibumu?" Tanya Jean. Ia tidak tahu kenapa ingin bertanya seperti itu. Padahal niat awalnya jean ingin mengembalikan mood Dominic.

Tidak ada jawaban dari Dominic. Jean tahu jika Dominic tidak akan menjawab pertanyaannya, dan Jean sudah terbiasa dengan itu. 

"Tiga belas tahun." Jawab Dominic. Jean terkejut karena Dominic mau menjawab pertanyaan nya.

"Bagaimana sosok ibumu?" Tanya Jean lagi. dia berharap Dominic kali ini mau menjawab juga meskipun presentasi nya hanya 0,01% 

"Seperti kamu." Jawab Dominic tanpa menoleh pada Jean. 

"Cantik? Aku kan cantik." Jean sedikit mencairkan suasana dengan gurauannya. 

"Apa kau cantik Ms Flo?" Dominic menatap Jean. Wajahnya sudah tidak setegang tadi. 

"Tentu saja, kalau aku tidak cantik, kau tidak akan memilihku di pelelangan itu." Kali ini Jean sudah tidak ragu lagi mengatakan itu, karena memang mereka dipertemukan ditempat terkutuk itu. 

"Aku memilihmu bukan karena cantik. Aku memilihmu karena 'kau memiliki bokong yang sangat seksi' Dominic kembali menggoda Jean. Sepertinya menggoda adalah Hobi baru Dominic. 

Diluar dugaan memang Dominic mau menjawab, tapi Jean bersyukur Dominic mau terbuka dengan nya sedikit demi sedikit. Jean juga senang saat ini sedikit demi sedikit bisa mencairkan es yang ada di diri Dominic. 

"Bolehkah aku mencintaimu selayaknya istri mencintai suaminya, sampai waktu kita akan benar-benar berpisah?" Jean menatap serius Dominic. 

_____________________

Jean syudah mulai berani XD

Terimakasih banyak review, power stone dan gift dari kalian <3 jangan bosen2 ngasih PS, review dan gift ya.. Biar aku makib semangat nulisnya <3< p>

Aku balik lagi kalau udah rame hihihi 

TENGKYU SOMAT All:*:*

Oh iya, aku minta maaf sama typo kemarin yang salah nama 'Dominic jadi Damian, Jean jadi Tatiana' karna aku buka cerita yang namanya begitu dan.. Kebetulan aku abis nulis itu jadi masih kebayang2 akhirnya kecampur deh... Maaf ya <3< p>

avataravatar
Next chapter