Sang bidadari cantik ini masih berjalan sembari mengusap perutnya yang telah berbunyi dari tadi, " Ya Tuhan .. bagaimana aku mendapatkan makanan karena aku sungguh lapar"
Ucapannya itu seperti sebuah doa untuk permohonannya karena masih merasa asing berada di tempat yang dipijaknya sekarang.
Tak lama dalam perjalanan dia melihat seorang gadis kecil yang duduk di sebuah bangku di taman.
Sang bidadari datang mendekati gadis kecil itu .. "Hey, apa yang kau makan?" tanya nya dengan suara merdu sembari tersenyum dan duduk disamping anak itu.
Si anak melihatnya bingung, mengerjap lalu tersenyum dan menyodorkan makanan itu padanya "Roti .. kau mau?" tanya si kecil polos lalu dia mengangguk karena benar benar lapar.
Roti itu dibelah dan diberikan sebelah kepadanya, dengan teliti dia mengamati roti itu membolak baliknya dan menekan nekan lalu menciumnya.
"Heum...ini harum sekali.." gumamnya lalu memakannya pelan pelan.
Menikmati setiap gigitan yang masuk dalam mulutnya .. mengunyahnya lama sampai roti itu habis ditangannya.
Tidak pernah dia merasakan makanan selembut dan kenyal seperti ini di surga karena surga hanya memberikan limpahan buah yang segar baru dipetik dari pohonnya.
"Ini lezat, kau mendapatkannya dimana?"
"Disana" tunjuk si kecil pada toko roti yang berada diseberang jalan
"Bagaimana kau mendapatkannya" tanyanya
Si kecil terlihat bengong lalu berkata "Mommy ku yang membelikannya"
"Membeli?" Keningnya berkerut mendengar kata asing lagi
"Ya .. kau punya uang?" tanya si kecil padanya lalu dia menggeleng karena dia tidak punya apa apa.
Tak lama kemudian seorang wanita datang menghampiri
"Hey, siapa kau..jangan dekati anakku" Hardik wanita itu padanya
Sang bidadari terkejut lalu berdiri karena omongan kasar wanita itu membuat jantungnya yang berdegup kencang tak beraturan.
"Dia hanya minta roti mom" bela sang anak dan
Si wanita itu berdecih "Tidak tahu malu, minta roti sama anak kecil .. beli jika kau ingin!" bentaknya
Si anak menjawab lagi "Tapi dia tidak punya uang mom, beri dia uang..kasihan dia lapar mom"
Wanita ini tergelak lalu tertawa, kemudian matanya menatap sinis ke arah si cantik ini
"Kau .. tidak punya uang, tapi pakaianmu merk ternama dan sangat mahal, begitu juga sendalmu, wajahmu pun terkesan penuh perawatan .. hanya sepotong roti kau tidak mampu membeli .. itu mustahil .. dasar pembohong!"bentaknya diakhir kalimat.
Lagi, sang bidadari terkejut lalu berkata "Maaf, aku memang tidak punya uang, bagaimana aku bisa mendapatkan uang"
"Dasar bodoh, wajah saja yang cantik .. kerja .. kau bisa jadi model .. ah ..jangan jangan kau pura pura bodoh .. siapa yang merekammu .. apakah ini hanya sebuah konten bodoh demi menjadi viral dan terkenal." ucap wanita itu kesal mencari cari orang yang mungkin bersembunyi disekitarnya atau adakah kamera yang terbang melayang merekam semua ini.
Sang bidadari memasang wajah lugu dan polosnya karena tidak mengerti maksud wanita ini namun si wanita malah bertambah kesal lalu pergi meninggalkannya.
"Sepertinya aku harus mencari seseorang yang bisa membantuku memahami bagaimana hidup di dunia" gumamnya sambil berjalan menuju toko roti yang dimaksud si kecil tadi.
Sesampainya disana di disambut sangat ramah oleh sang pemilik
"Ada yang bisa saya bantu nona cantik"
"Aku mau roti tapi aku tidak punya uang"
Wanita paruh baya ini mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu mengajaknya duduk bersama
"Kau ingin makan roti .. makanlah tanpa kau membayar .. pilih mana pun yang kau mau .. cantik" ucapnya dan tersenyum ramah lalu mengajak untuk memilih jenis roti apa pun yang si cantik ini mau.
Setelah habis makan dan minum dengan kenyang dia berpamitan dengan wanita tua ini, berterima kasih atas apa yang wanita itu berikan.
Sedikit dia mengenal makanan yang di makan oleh manusia dari semua jenis roti juga minuman yang tadi diberikan kepadanya dari campuran buah yang segar, juga ada yang terasa pahit dengan warna yang begitu pekat, kemudian minuman dengan rasa yang bercampur manis sedikit asam.
Sang bidadari kembali berjalan menelusuri jalan perkotaan hingga senja menyapa, kemudian malam pun datang.
Sang surya telah tenggelam dan digantika oleh cahaya rembulan. Para penguasa kegelapan mulai menampakkan dirinya.
Sang bidadari dapat melihat arwah arwah yang tak tenang di alam baka, berjalan kesana kemari .. berwajah pucat menyedihkan.
"Aku tidur dimana malam ini" gumamnya sembari melihat sekelilingnya, gedung gedung bertingkat yang menjulang tinggi seakan ingin menembus cakrawala. Tak ada tempat untuknya menyandarkan tubuh atau pun berbaring karena lelah berjalan seharian.
Lama kakinya melangkah, sampailah ia disebuah tempat sepi yang mana terdapat bangku panjang dibawah pohon yang rindang.
Dia berjalan cepat lalu duduk menyandarkan tubuhnya kesana dengan kakinya yang membentang panjang juga diatas bangku itu.
Tiba tiba aroma busuk menyengat masuk ke dalam indera penciumannya.
Matanya mengawasi sekitar tempat ini lalu sebuah suara menggema, besar, mencekam , berat dan tertawa menakutkan
"Angel..Hahahhaha.."
Si cantik ini berdiri menghadap asal suara itu, tubuhnya tak gentar meski penampakkan sosok didepannya ini sungguh mengerikan
Sang iblis dari neraka yang bertubuh besar, berkulit gelap, tinggi, bermata merah dengan kepala bertanduk, seringainya menampakkan taring yang begitu tajam dan panjang .. menatap tajam ke arah bidadari nan cantik dan Jelita ini.
"Stupid Angel, untuk apa kau ingin merasa menjadi seorang manusia yang selalu mudah untuk ku goda.. atau kau ingin merasakan nikmat dosanya dunia ..hahahhahaha"
Sang bidadari menyunggingkan senyumnya "Kau tidak akan bisa menggodaku, iblis terkutuk!"
"Bisa Angel .. bisa .. aku akan terus menggodamu hingga kau tidak akan bisa kembali lagi ke dalam surgamu yang indah dan suci itu. Kau dan semua keturunanmu kelak akan menjadi budakku .. budak dosa yang tak termaafkan"
"Tutup mulut besarmu itu makhluk laknat .. atau aku kibaskan sayapku untuk mendepakmu ke neraka sekarang juga!"
Setelah dia berkata seperti itu..sang iblis menggeram marah lalu pergi meninggalkannya.
"Berani sekali dia mengancamku..aku tidak akan membuatnya menang untuk mempengaruhi diriku!