webnovel

Bagian 6

"Bang Aldi! Shinta kangen, Bang! Enggak sabar banget balik ke Indonesia!" Suara bernada riang langsung terdengar begitu panggilan tersambung.

Wajah dingin Aldi seketika berubah lembut. Senyuman hangat terukir di sudut bibirnya. Kerinduan bisa terpancar dari sorot mata sipit namun tajam itu.

Si penelepon adalah Shinta, adik semata wayangnya. Sejak kecelakaan yang menewaskan orang tua mereka, Shinta tumbuh menjadi anak pemalu. Saat kelas 4 SD, sang adik juga mendapat perundungan. Shinta mengalami trauma, sehingga akhirnya tinggal di Singapura ikut keluarga bibi mereka yang tak bisa dikaruniai momongan.

Setiap ada kesempatan, entah waktu libur atau bisnis ke Singapura, Aldi akan mengunjungi adiknya. Namun, rasa rindu tentu tidak bisa terobati hanya dengan pertemuan singkat. Dia sangat bahagia ketika 3 bulan lalu, adiknya memutuskan kembali ke Indonesia setelah selesai studi S2.

"Bang? Bang Aldi?"

"Iya, Shinta, Abang juga kangen. Bagaimana persiapannya? Sudah beres semua?"

"Siiplah, Bang! Pokoknya tanggal 20 langsung cuss ke sana."

Aldi menghela napas.

"Ada apaan, Bang?"

"Abang cuma merasa bersalah, enggak bisa jemput kamu."

"Eh, kenapa, Bang?"

"Ada perubahan jadwal mendadak. Jadi, nanti Rama sama Pak Supri yang jemput kamu."

"Rama, Bang?" Suara Shinta malah terdengar antusias.

"Iya."

"Oke deh, kalo Babang tamvan yang jemput, aku enggak jadi ngambek."

"Jangan jail sama Rama."

"Iya, Bang, iya. Btw, udah dulu, ya, Bang. Dipanggilin Aunty nih."

"Iya."

"Dadah, Abang."

Panggilan terputus. Aldi menggeleng pelan. Dari dulu, adiknya tak banyak perubahan, menggemari lelaki tampan.

***

Pembukaan Hotel Diamond Inn berlangsung meriah. Jumlah tamu yang melebihi kapasitas akibat ulah perusahaan Pak Broto untunglah berhasil diatasi. Acara yang awalnya akan diadakan indoor saja harus berubah konsep menjadi indoor dan outdoor. Hanya tamu prioritas saja yang berada di aula utama,sisanya bisa menikmati pembukaan dari taman hotel dengan tema back to nature.

Sedari pagi, bagian dapur sibuk menyiapkan hidangan. Adapun bagian-bagian lain melaksanakan tugas masing-masing untuk memberikan kenyamanan bagi para tamu. Manajer pemasaran juga terus mondar-mandir, memastikan tak kesalahan. Dia tengah memberikan pengarahan kepada pembawa acara di panggung megah.

Ponselnya mendadak berdering. Katering Emak Paijo calling tertulis di layar. Si manajer permisi kepada pembawa acara dan segera menjawab panggilan.

"Assalamualaikum, Bu, ini kami sudah di basement hotel," ucap seseorang yang menelepon.

"Waalaikum salam, iya, saya akan segera turun. Anda bisa segera menuju pintu."

"Siap, Bu!"

Manajer pemasaran bergegas menuju lift. Dia memencet tombol B1. Kecemasan terasa mencekik saat lift perlahan turun. Ini pertama kalinya mereka menggunakan pihak ketiga untuk persiapan pembukaan hotel. Jadi, banyak kekhawatiran yang hinggap.

Bagaimana kalau para tamu undangan menyadari dessert bukan dari hotel dan menilai kinerja hotel kurang profesional?

Bagaimana kalau kualitas dessert tidak sesuai ekspektasi?

Suara lift terbuka membuyarkan lamunan sang manajer. Dia segera menuju pintu menuju basement. Rasa khawatirnya menjadi bertambah saat melihat si pengantar pesanan, seorang pemuda dengan model rambut aneh.

Manajer cepat menggeleng. Sejak lama, dia telah memegang prinsip untuk tidak menilai seseorang dari penampilan. Terlebih, toh si pemuda bersama dua gadis manis yang tampak seperti karyawannya. Manajer pun segera mengatur raut wajah agar terlihat lebih ramah.

"Silakan ikuti saya," ucapnya.

"Siap, Bu!" sahut si pemuda yang tak lain adalah Paijo.

Ternyata, Katering Emak Paijo memang milik ibu pemuda itu. Dia juga datang bersama Putri dan Tyas.

Tak ingin membuang waktu, Paijo segera mengangkut wadah-wadah berisi aneka kue, lalu mengekori manajer pemasaran. Putri dan Tyas juga melakukan hal sama. Namun, langkah kaki si manajer terlalu cepat mereka pun agak tertinggal. Sialnya, Tyas malah disenggol dengan seorang gadis berpenampilan bak putri negeri dongeng.

"Aduh, kalo jalan liat-liat dong!" ketus si gadis yang ternyata adalah Rani.

"Lho, yang nabrak, kan, Anda!" balas Tyas tak kalah galak.

Tentu Tyas tak terima. Rani yang menyenggol, tapi dia juga yang sewot. Tyas sampai hampir menjatuhkan wadah kue. Rani mendelik. Wajahnya bertambah garang saat mengenali Tyas.

"Eh, kalian pengamen jalanan kemaren itu, 'kan? Ngapain kalian di sini? Pergi jauh-jauh deh entar ninggalin bau di sini!" cecar Rani dengan wajah jutek.

Tyas melotot. Dia meletakkan wadah kue di lantai dan tampak sudah siap baku hantam. Putri dan Paijo dengan sigap menurunkan wadah kue dan memegangi gadis itu. Untunglah, si manajer pemasaran yang tadi berjalan lebih dulu kembali.

"Lho, kenapa kalian masih di sini? Waktu kita tidak banyak, ayo ikuti saya!" titahnya.

"Siap, Bu!" sahut Paijo refleks.

Sementara itu, emosi Tyas mereda. Meskipun bar-bar, gadis itu selalu mengutamakan pelayanan terbaik saat bekerja. Mereka pun segera mengekori manajer pemasaran, berlalu meninggalkan Rani yang hanya bisa menggeram kesal.

Akhirnya, mereka tiba di dapur. Koki segera memeriksa dessert yang dibawa. Lelaki tua itu mengangguk-angguk, menandakan makanan penutup dari Katering Emak Paijo lolos dan cukup bergengsi untuk disajikan.

Selanjutnya, mereka dibantu staf pemasaran bolak-balik basement dan dapur untuk memindahkan wadah-wadah berisi kue. Staf dapur hotel juga bergerak cepat memindakan dessert-dessert itu ke piring dan menghiasnya dengan cantik. Pekerjaan tersebut selesai tepat waktu. Manajer pemasaran seketika menghela napas lega. Paling tidak satu permasalahan, sudah berhasil diatasi dengan mulus.

"Untuk pembayarannya langsung saya transfer ke nomor rekening Ibu Romlah, kan, ya?" tanya si manajer kepada Paijo.

"Iya, Bu, langsung ke rekening ibu saya saja. Ini sudah tidak ada yang diperlukan lagi, Bu?"

"Iya sudah beres semua. Terima kasih, ya."

"Sama-sama, Bu. Kami pamit."

Paijo segera mengajak Putri dan Tyas untuk pulang. Baru saja mereka hendak melangkah. Seorang gadis bertubuh mungil berlari panik ke dapur. Dia hampir menubruk manajer pemasaran.

"Gawat, Bu! Gawat!" seru si gadis panik.

Dia tampak terengah-engah, hendak bicara, tetapi tak ada kata yang keluar. Manajer pemasaran dengan sigap menepuk bahunya menenangkan, juga membimbing untuk mengatur napas. Untunglah, staf tersebut bisa lebih tenang.

"Gawat, Bu. Salah satu penari mengalami cedera. Tiga puluh menit lagi acara dimulai. Bagaimana dengan Tari Renggo Manis yang harus ditampilkan untuk penyambutan tamu?"

"Bukankah masih ada penari lain. Mereka tinggal menari saja tanpa penari yang cedera, 'kan?" tanya manajer pemasaran.

"Tidak bisa. Formasi yang sudah disusun dengan apik dari awal bisa kacau jika terjadi perubahan jumlah penari secara mendadak," celetuk Putri tiba-tiba.

Jika menyangkut soal tari, dia memang tidak bisa menahan diri. Manajer pemasaran melongo, lalu menatapnya penuh selidik. Putri tersadar dan merasa sungkan.

"Maaf saya seenaknya menyela. Saya sangat suka menari, jadi setiap mendengar hal itu refleks menjawab."

"Tidak apa, Mbak. Coba Anda jelaskan lagi soal yang tadi," pinta manajer pemasaran.

Putri mengangguk. Dia mulai menjelaskan efek buruk yang akan terjadi jika jumlah penari berubah secara mendadak. Manajer pemasaran menghela napas. Dia menoleh kepada stafnya.

"Mereka tidak membawa penari cadangan?" tanyanya dengan suara terdengar putus asa.

Staf pemasaran menggeleng pelan. Suasana kembali terasa muram. Manajer mengetuk-ngetuk buku catatan yang sedari tadi dibawanya.

"Menghilangkan tarian dari susunan acara juga pasti akan membuat Pak Aldi marah." Manajer pemasaran menekan kening, tetapi dia mendadak semringah saat melihat Putri. "Tadi, kamu bilang kalo kamu seorang penari juga. Jadi, apa kamu bersedia membantu kami? Kami akan memberikan komisi sebaik-baiknya," tawarnya.

"Saya ...."

Putri terdiam sejenak. Ekspresi wajahnya tak bisa terbaca. Manajer pemasaran menunggu dengan tegang. Sementara Tyas malah heboh membujuk Putri untuk menerima tawaran sang manajer. Menurutnya, tawaran itu bisa menjadi kesempatan besar. Akan banyak orang penting yang menyaksikan pertunjukan, siapa tahu salah satunya bisa membantu pengembangan keterampilan Putri.

***