Mereka sudah sampai di sebuah rumah dengan cat putih dan bergaya minimalis itu. Pintu pagar sudah terttutup dan beberapa lamppu terlihat padam dari arah bhie yang masih berada di dalam mobil.
"Umma pasti sudah tidur " ucap bhie.
"Pasti " pak alan menganggukkan kepalanya seraya melihat ke arah jadi tangannya.
"Ini sudah jam dua belas maam syabhiena "
"Bhie saja pak "
"Baik, bhie. Sekarang cepat masuk ke rumahmu "
Bhie hanya terdiam mematung dan lalu menoleh ke arah dosen yang ada di sampingnya.
"Pak... " dia bicara dengan rengekan.
"Apa lagi? "
Bhie memperlihatkan wajah manisnya, "saya janji akan ikut kelas bapak dan siapin semuanya "
"Tapi... " ucapannya terhenti sejenak.
"Tolong bantu saya sekali lagi buat bilang sama umma kalau saya tidak berbat yang aneh-aeh malam ini "
Dia merapatkan kedua telapak tangannya dan diperlihatkan pada pak alan ditambah dengan wajah yang sangat menyedihkan agar dia bisa mendapatkan pertolongan.
"Umma tidak boleh stress nanti sakit, dan saya tidak mau umma sakit karena cua umma yang saya punya di dunia ini "
"Kenapa kamu tidak berhenti menyusahkanku? "
Bhie pura-pura tidak mendengar ucapan pak alan dan hanya menggaruk kepalanya yangtidak gatal.
"Saya mohon... "
"Kalau bapak tidak mau bilang sama umma, saya tidak akan turun dari mobil bapak! "
"Kamu ini... "
Kedua matanya melotot ke arah bhie dan dia terlihat menarik nafasnya dalam-dalam karena bhie yang sengaja bertahan di dalam mobilnya. Membuatnya mau tidak mau harus mengikuti kemauan bhie atau dia akan semakin lama untuk pulang ke rumahnya.
"Kamu yang ketuk pintunya " pak alan memberikan perintah pada bhie.
Bhie mengangguk dan dia mengetuk pintu rumahnya dengan jantunganya yang berdebar kencang karena dia takut sekali jika harus melihat reaksi ummanya yang akanmarah besar padanya.
Tidak lama setelah bhie mengetuk pintu ada sosok wanita paruh baya berdiri melihat ke arah bhie dan seseorang yang ada di belakangnya.
"Bhie kenapa kamu pulang selarut ini? " tanyanya dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas.
Satu tangannya meaih tangan bhie dan membawanya untuk masuk ke dalam rumah.
"Umma, bhie tadi sama malla... " dia tidak melanjutkan ucapannya karena kedua mata ummanya itu menatap tajam ke arahnya.
Bhie menundukkan kepalanya dan dia tidak berani menatap wajahnya ummanya kali ini. Dia lupa jika beberapa waktu yang lalu ketika dia pergi dengan malla dan melihat cara berpakaian sahabatnya itu tidak di sukai oleh ummanya. Dia sangat ketakutan malla akan membawanya ikut ke sebuah pergaulan yang sangat tidak di sukai umma.
"Maaf umma, tapi bhie tidak berbuat hal yang aneh-aneh " bhie mencoba membuat umma percaya dan lalu menoleh ke arah pak alan yang masih berdiri mematung di depan pintu.
"Kalau umma tidak percaya tanya saja pak alan "
Umma seketika menoleh ke arah sosok lai-laki yang berdiri di depan pintu, memandangi laki-laki yang dia tahu usianya tidak sama dengan putrinya. Walaupun laki-laki memakai pakaian rapi lengkap dengan jas berwarna abu tua dan dasi serta sepatu yang hitam mengkilap membuatnya tidak lantas bersikap baik.
"Dia siapa, bhie? " tanyanya.
"Dosen bhie di kampus umma " jawab bhie pelan.
Umma menghampiri pak alan, "anda tega sekali menggunakan murid sendiri untuk kesenangan diri sendiri di luar kampus! "
Bhie membulatkan kedua matanya dan mulutnya menganga kesulitan untuk menutup mendengar ucapan ummanya pada pak alan.
"Saya bisa jelaskan " pak alan dengan suaranya yang lembut dan sikap tenangnya mencoba memberikan penjelasan pada ibu bhie.
"Tidak perlu " umma menjawab dengan sinis, "apa lagi yang akan anda jelaskan, mengantarkan putri saya pulang larut malam dengan pakaian lain seperti itu dan aroma alkohol yang menyengat "
"Anda itu sengaja menginginkan putri saya yang malang dan tidak berdaya sebagai korban yang tidak akan membuat kesulitan karena dia tidak akan melapor! "
"Itukan yang anda pikirkan? "
Mata bhie bertemu dengan sepasang mata indah milik pak yang menatap ke arahnya dan menaikkan kedua alisnya yang seolah-olah sedang bertanya pada bhie karena situasinya mulai runyam dan nama baiknya sedang di pertaruhkan.
"Anda mau jadikan putri saya tidak punya masa depan? " tanya umma dengan tangannya yang gemetar karena menahan rasa kesalnya.
"Umma dengar dulu " bhie menyela.
"Kamu tidak perlu bicara! " umma memotong dan menunjukkan jari telunjuknya ke arah bhie memintanya untuk diam.
"Umma akan laporkan dosen kamu ini ke kampusmu! "
'Kenapa malah jadi semakin runyam masalahnya! ' teriak bhie dalam hatinya.
Dia terlihat sangat bingung harus menjelaskan seperti apa lagi pada ummanya, dan hanya bisa mengacak-acak rambutnya sendiri memperlihatkan keputus asaannya.
"Kita bisa bicarakan baik-baik, bu " ucap pak alan.
Umma menggelengkan kepalanya, "anda lihat dari jendela ini "
Dia membuka tirai jendela dan memperlihatkan padanya meskipun telah larut malam sudah ada dua orang tetangga yang sengaja berdiri di depan teras rumah mereka hanya untuk melihat siapa laki-laki yang mengantarkan putrinya sekarang ini.
"Mereka itu... " ucapan pak alan lalu terhenti.
"Mereka sedang mencari bahan pembicaraan paling menarik untuk besok pagi " jawab umma.
"Umma jangan dengar mereka " bhie lalu berdiri di samping ibunya itu.
"Bhie minta maaf " dia terus menerus mencium tangan wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya dengan sangat baik.
"Karena mereka ingin membuktikan ucapan mereka benar " ucap umma pada bhie.
Bhie menutup kedua telinganya, "bhie tidak mau dengar "
Kedua pandangan umma beralih ke arah laki-laki yang mengantar putrinya malam ini.
"Putri saya tidak mempunyai ayah, saya yang membesarkannya sendirian. Dan mereka bilang jika putri saya pun akan bernasib sama dengan ibunya "
Bhie tertunduk kembali dan dia tidak memiliki keberanian untuk melihat semua orang yang ada di depannya.
"Dan hari ini mereka akan menang melihat putri saya yang pulang seperti ini di larut malam "
"Jadi maaf jika saya harus melaporkan anda ke pihak kampus, karena saya tidak mau putri saya dikatakan sebagai wanita perayu "
Terlihat oleh bhie pak alan yang mengusap wajahnya dan menarik nafasnya dalam-dalam.
'Anak itu menjebakku! ' cetus pak alan dalam hatinya.
'Kenapa justru sekarang aku yang berada di dalam kesulitan ini '
Mereka semua terdiam dan membuat suasana seketika sunyi, baik bhie maupun pak alan tengah berpikir keras untukk keluar dari masalah rumit malam ini.
"Saya ijin bicara dengan bhie sebentar "
Dia meminta pada bhie untuk mengikutinya ke sebuah sudut ruangan untuk bicara empat mata.
"sekarang bagaimana? " tanya pak alan pada bhie dengan suaranya yang sangat pelan.
Bhie menggelengkan kepalanya, "umma sudah bikin aku malu di depan bapak, jadi saya tidak memiliki kekuatan untuk berpikir "
Dia memandangi bhie yang sepertinya sangat ingin menangis tetapi dia menahannya, pak alan bisa melihat pandangan bhie yang kosong.
"Tapi pekerjaan dan nama baik saya terancam "
"Kalau umma sampai melaporkan bapak, saya yang akan bicara dengan dekan bapak yang menolong saya "
"Jadi yang di keluarkan dari kampus itu saya "
Dia mengerutkan dahinya mendengar jawaban bhie yang kali ini terdengar sangat putus asa. Dan lagi-lagi dia hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam sambil memikirkan satu-satunya jalan keluar yang menurutnya sedikit lebih baik.