webnovel

Sebuah Catatan

"Jadi seperti itu... " ternyata pak alan menanggapi dengan serius apa yang di katakan oleh bhie yang secara tidak sengaja di ucapkannya tadi.

Bhie membulatkan kedua matanya, "bapak jangan salah paham "

"Saya lupa menambahkan kata kebanyakan wanita " sambungnya.

"Apa itu juga dari film yang kamu tonton? " lalu pak alan menebak asal referensi pernyataan bhie tadi.

Bhie tertawa kecil dengan wajahnya yang ketakutan, "iya, pak. Jadi itu belum bisa di percaya seratus persen "

"Terserah kamu saja "

Bhie baru bisa bernafas lega ketika melihat wajah pak alan yang kembali seperti semula yang datar dan seperti telah kehilangan banyak ekspresi.

"Kamu punya rekomendasi untuk panggilan kita? " tanya pak alan.

Bhie lalu berpikir untuk menemukan nama panggilan yang di maksud oleh pak alan tadi, karena dia hanya punya satu panggilan aneh hanya untuk temannya saja.

"Apa bisa kamu panggil sayang? "

Bhie terperanjat mendengar panggilan yang membuat tubuhnya seketika merinding.

"Panggil apa, pak? " suara bhie memelan.

"Sayang "

Bhie berpikir keras untuk membuat dirinya menjadi orang tidak waras ketika dia melihat wajah pak alan yang masih dengan tenangnya ketika dia meminta bhie untuk memanggilnya dengan sebutan sayang.

'Bisa-bisanya dia setenang air di got, minta aku panggil dia sayang! ' cetus bhie dalam hatinya di tambah dengan detak jantungnya yang bekerja dua kali lebih cepat, suhu tubuhnya memanas dan dia yakin pasti kali ini wajahnya seperti apel merah karena malu.

'Apa kabar sama aku yang naik suhu, tapi dia masih cool!! '

"Kenapa malah diam? " tanya pak alan, "apa itu artinya kamu setuju "

"Bukan begitu, pak " bhie menyela.

"Maaf ini pak sebelumnya, sepertinya ini sedikit aneh kalau panggilan sayang "

"Sedikit berlebihan kalau kata teman-teman saya.... " bhie mencoba berhati-hati untuk bicara supaya tidak di salahkan lagi.

Pak alan dengan cepat bereaksi dengan anggukan kepalanya, sepertinya dia setuju dengan apa yang dikatakan oleh bhie tadi.

"Menurutmu sebaiknya apa? "

"Kakak? paman? " bhie menganjurkan nama panggilan yang spontan keluar dari mulutnya.

"Apa bedanya sama bapak " jawab pak alan tidak setuju.

"Yang sedikit akrab dari pasangan "

Bhie terdiam sejenak, "memang penting sekali pak nama panggilan itu? "

"Tentu saja " jawabnya dengan cepat, "kamu tahu ayah dan mama itu orangnya penuh kecurigaan jadi dia tidak akan percaya kita menikah kalau kamu tetap panggil bapak "

Bhie mengangguk, dia tahu pasti kedua orang tua pak alan menaruh curiga di usianya yang matang tetapi dia belum menikah dan terlihat membawa pasangan.

"Ya sudah panggil mas " bhie lalu memberikan nama panggilan yang sering dia dengar ketika di angkutan umum.

"Kalau mama papa itu biasanya sudah punya anak " sambung bhie, "mas itu kayaknya cocok pak "

"Kenapa kamu tidak bilang itu dari tadi! " cetus pak alan.

"Kamu lihat " dia menunjuk ke arah jam di tanganya pada bhie.

"Masa buat nama panggilan saja harus menghabiskan waktu hampir dua jam "

Bhie tersenyum kikuk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'Kenapa aku terus yang di salahin sih! ' celetuk bhie dalam hatinya.

"Nanti kamar hotel bay bersebelahan dengan kamar kita "

Ucapan pak alan itu membuat bhie berhenti menulis dan terdiam. Dia baru saja merasa sedang senang tapi ketika di sebut nama yang sosoknya tidak bhie ketahui membuatnya seperti sudah memiliki seorang pesaing.

"Saya harus apa, pak? " nada bicara bhie berubah.

"Tidak perlu lakukan apa-apa " jawabnya, "saya cuma beritahu saja, supaya kamu tidak terkejut jika nanti akan sering melihatnya "

"Untuk bay biar saya yang urus " sambungnya.

"Baik " bhie kembali fokus pada catatannya lagi.

"Apa ada yang harus saya ingat tentang kamu? " lalu pak alan bertanya pada bhie.

Bhie tersenyum tipis, "saya tidak ada hal yang spesial, kecuali jika saya sedang datang bulan saya pasti marah-marah dan mudah menangis, atau jika saya memakan banyak coklat itu artinya saya sedang sedih yang sangat tidak tertahankan "

"Katanya tidak ada... " tanggap pak alan dengan suaranya yang pelan.

"Baik, saya catat "

Bhie menaikkan kedua alisnya dan mengelilingkan pandangannya di sekitar pak alan.

"Bapak catat dimana? " tanya bhie, "saya tidak lihat buku catatan bapak? "

"Disini " jawan pak alan menunjuk ke arah kepalanya.

Secara tidak langsung dia mengatakan pada bhie bahwa ingatannya jauh lebih cemerlang dan baik dari pada bhie yang masih muda.

"Iyaaaa... " bhie menganggukkan kepalanya dengan wajah yang memerah.

"Boleh saya tanya sesuatu tentang bapak? " bhie mencoba untuk mencari sebuah jawaban dari semua pertanyaan yang ada di pikirannya.

"Boleh "

"Berapa usia bay? " pertanyaan bhie yang pertama.

"Sama seperti kamu "

"Wow... " bhie terkejut sekali mendengar jawaban dari pak alan yang membuatnya berpikir walaupun sudah berusia pak alan tetap mencari daun muda supaya lebih segar.

"Dia tidak marah kita menikah? "

"Tidak " jawab pak alan cepat, "justru dia setuju jika kamu yang menjadi istri saya "

"Saya ceritakan semua tentang kamu, dan kejadian yang membuat ibu kamu salah paham " sambungnya.

"Dia juga merasa kamu orang yang bisa di percaya, sampai kami mempersiapkan diri untuk bisa mengatakan pada semua orang "

"Kalau saya hanya setuju untuk menutupinya saja dan tidak ada kesepakatan tentang anak bagaimana? " bhie kembali bertanya.

"Tidak masalah itu hak kamu " jawab pak alan.

"Kita bisa mencari wanita lain yang mau menjadi ibu pengganti "

"Tapi bagaimana caranya saya hamil? " tanya bhie lagi.

"Dengan proses in virto fertlization, kamu sebagai ibu pengganti. Tanpa melalui hubungan intim, tetapi itu darah daging saya "

Bhie mengangguk kembali, dia pernah sedikit mendengar tentang ibu pengganti yang lagi-lagi dari televisi. Seorang artis besar yang istrinya telah memasuki usia resiko untuk hamil, dia memilih adiknya untuk menggantikan sang istri hamil. Tetapi anak itu asli darah daging mereka, tanpa melakukan hubungan intim.

Dia merasa mungkin itu bukan hal yang sulit, karena setelah melahirkan nanti yang juga akan dengan proses operasi tidak akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Dan dia tidak perlu mengurusi anak tersebut karena pasti setelah anak itu lahir pak alan dan pasangan sesama jenisnya akan mengambil dan mengasuhnya.

Jadi bhie hanya berpikir bagaimana caranya dia bisa mengelola hidupnya setelah melahirkan dan mendapatkan uang yang banyak nanti selain membelikan rumah yang nyaman untuk ibunya.

"Kamu pikirkan saja baik-baik tentang hal itu " ucap pak alan.

"Kalaupun kamu setuju, saya juga harus pikirkan masa depan kamu "

"Kamu boleh hamil setelah kamu selesai kuliah nanti "

Bhie tersenyum lega, "terima kasih pak "

Suasana kembali lagi menjadi hening setelah beberapa waktu mereka mengobrol dan sedikit akrab,

"Apa saya boleh bertanya lagi? " bhie memecah keheningan.

"Boleh "

"Apa saya boleh tahu bagaimana bapak bisa jatuh cinta pada seseorang bernama bay itu? "

Pak alan terkejut dengan pertanyaan bhie kali ini, terlebih dia melihat wanita itu memasang wajah yang begitu serius untuk tahu tentang hal yang membuatnya jatuh cinta.

Sesuatu yang sama sekali tidak pernah dia ceritakan pada orang lain...